webnovel

Castilia Academy

••• Sebuah anak panah melesat cepat ke arah seorang gadis tanpa dapat dicegah pemuda itu, anak panah itu menggores lengan kiri sang gadis membuat luka sayatan menganga di sana. Sang gadis membuka matanya, ia meringis sambil memegangi lengannya yang terkena panah, bermaksud menutupi lukanya agar darah tidak keluar lebih banyak lagi. "Kau tak apa?" tanya pemuda itu masih melempari bola api dari tangannya. "Aku ... tak apa," kata sang gadis sambil merintih. "Awas!" seru pemuda itu saat melihat sebuah anak panah meluncur ke arah sang gadis yang saat ini terduduk di tanah. Gadis itu hanya mampu menutup matanya rapat, saat anak panah itu mengarah padanya. •••••

sasco_ryder · Fantasi
Peringkat tidak cukup
7 Chs

Part 5 - Seleksi Kelas Elemen

"Maggie, Sofia, bangun! Hari ini kita ada seleksi kelas element!" Teriakan Jessie jelas membahana sampai dapat membangunkan Maggie dan Sofia yang tengah bermanja-manja dalam mimpi.

Maggie berusaha mengumpulkan nyawanya sebelum masuk kamar mandi. Setelah 15 menit ia keluar kamar, ia telah disambut oleh Sofia dan Jessie yang memakai seragam academy.

Kemeja putih dengan blazer motif kotak-kotak hijau di luarnya, dasi berbentuk berwarna hitam dan rok dengan motif sama seperti blazer yang panjangnya hanya sebatas lutut.

Mereka bergegas keluar area asrama menuju academy berharap tidak terlambat mengikuti seleksi kali ini.

"Aku mau tanya, sebenarnya ini seleksi apa?" tanya Maggie.

"Ini seleksi untuk murid yang berbakat, karna ia dapat mengendalikan element. Nah, murid berbakat ini akan mengikuti kelas khusus element bersama murid kelas menengah dan atas," jelas Jessie.

"Kalian juga ingin masuk kelas element?" tanya Maggie lagi.

"Aku tidak," jawab Sofia cuek.

Sedangkan Jessie dengan semangat mengatakan ingin bergabung tapi ia masih bimbang akan pilihannya.

🌾🌾🌾

Seleksi telah berlangsung yang berarti mereka terlambat, tapi masih banyak siswa yang mengantri menunggu giliran masuk ruang tes.

Setelah menunggu sekitar satu jam kini giliran Sofia, ia dengan tenangnya masuk ruang tes.

Sekitar 10 menit ia telah keluar dan mengatakan bahwa ia tidak berbakat.

Jessie diurutan selanjutnya, ia agak gugup saat masuk ruang tes tapi ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja. Setelah menunggu beberapa lama Jessie tampak keluar, dan sayangnya ia juga tak berbakat.

Giliran Maggie, jujur ia ragu mengikuti seleksi ini tapi mau bagaimana lagi, ini wajib bagi kelas pemula.

Ketika ia masuk, matanya langsung melihat betapa luasnya ruangan ini. Di dalam juga sudah ada Miss Anne sebagai ketua Dewan Academy yang duduk di tengah, Mr Liam sebagai wakil ketua Dewan duduk di samping kanan Miss Anne. Mr Harry sendiri duduk di samping kiri Miss Anne selaku guru kelas element.

"Silahkan dimulai," perintah Mr Harry.

Maggie gugup tentu saja, rasanya ia ingin melarikan diri dari ruangan ini.

Menghembuskan napas beberapa kali, mencoba untuk tenang.

Kini di depannya telah tersedia sebuah meja panjang dengan beberapa benda di atasnya. Maggie melihat benda-benda itu dengan seksama.

Ada sebuah lilin yang menyala, segelas air, seember tanah. Hanya tiga benda itu di sana, lalu Maggie harus berbuat apa? Maggie menggeram pelan, pening.

"Tenang Maggie, rileks saja. Konsentrasi, apa yang akan kamu lakukan dengan benda yang ada di depanmu?" kata Miss Anne begitu melihat Maggie yang bingung.

Maggie mencoba tenang dengan memejamkan mata. Dalam pikirannya, ia berharap api di lilin itu bisa padam, ia juga berpikir bahwa tanah itu akan bergerak-gerak melayang di udara.

Ia merasakannya, hembusan angin menerpa wajahnya lembut. Menerbangkan rambut cokelatnya pelan. Kemudian ia membuka mata, dan mendapati tiga orang itu menatapnya tajam. Tidak, lebih tepatnya keterkejutan yang ada di mata mereka.

Maggie mengangkat sebelah alisnya, kenapa mereka diam saja? Apa tesnya gagal? Maggie menjadi canggung, apakah ia keluar saja?

Sebuah tepuk tangan terdengar, diikuti dengan tepukan kedua dan ketiga. Ia menatap gurunya tak mengerti.

"Bagus Maggie, kau berbakat. Bahkan kau sudah bisa mengendalikan dua element sekaligus," puji Miss Anne.

Benarkah itu? Jadi, ia berhasil? Padahal ia merasa tidak melakukan apapun, ia hanya berdiri di depan meja kemudian memikirkan benda-benda itu bergerak sendiri.

"Kau boleh keluar Maggie," kata Mr Harry yang menyadari bahwa Maggie melamun.

Tersadar, ia bergegas keluar ruangan yang membuat sekujur tubuhnya kebas.

Jessie langsung menghampirinya diikuti Sofia di belakangnya, Jessie membawa mereka ke kantin agar leluasa untuk bicara.

Di pintu kantin mereka berpapasan dengan tiga orang lelaki tampan yang membuat Jessie menjerit tertahan.

Maggie menatap Jessie bingung, sedangkan Sofia hanya membuang muka. Pandangan Maggie beralih ke arah para lelaki yang membuat sebagian besar siswi di sini menjerit memanggil nama mereka.

"Hai, Jacob," sapa Jessie ramah.

"Oh, hai Jessie. Mau ke kantin?" Sapa Jace balik.

"Iya, kalau begitu kami duluan, ya," pamitnya pada Jace dan temannya.

Jacob membalasnya dengan lambaian tangan, Louis hanya tersenyum seadanya, sedangkan Conor? Jangan ditanya, ia sudah menghilang seperti tak pernah ada di samping mereka.

"Dasar Conor, selalu saja menghilang," keluh Jacob.

"Ayo kita cari," ajak Louis.

Setelah mereka bertiga pergi, suasana kantin menjadi kondusif.

"Siapa mereka?" tanya Maggie penasaran.

"Itu, yang aku ceritakan kemarin," jawab Jessie.

"Sudah, jangan bahas mereka lagi. Aku malas mendengarnya," kata Sofia ketika Jessie akan melanjutkan perkataannya.

Jessie memanyunkan bibirnya, kesal.

"Oh, iya, tadi bagaimana tes kalian?" Maggie mengalihkan pembicaraan.

"Itu tadi mengerikan, aku sudah mencoba sungguh-sungguh tapi tidak terjadi apa-apa. Padahal aku ingin bergabung," kata Jessie lesu.

"Memang apa alasanmu ingin bergabung Jessie?" Kali ini Sofia yang bertanya.

"Tentu saja karna di sana banyak lelaki tampan," jawab Jessie nyengir.

"Sudah kuduga," gumam Sofia.

"Lalu, kau bagaimana Sofia?" tanya Maggie.

"Aku hanya mencoba sekali dan tidak terjadi apa-apa, jadi sudah dipastikan aku tidak berbakat," jawabnya ringan.

Maggie menghela napas, berarti ia tidak memiliki teman di kelas element nanti.

"Kau sendiri bagaimana?"

Kedua temannya itu kini memandangnya penuh dengan rasa penasaran, terpaksa ia harus menceritakannya. Yah, walaupun ia ragu akan menceritakan bagian yang mana, karna Maggie tidak tahu cara kerja dari tes yang ia jalani tadi.

Maggie menceritakan semua saat ia telah ada di ruang seleksi, tidak ada bagian yang ia lewatkan.

Setelah selesai bercerita, Maggie memandang kedua temannya mencoba masuk ke dalam pikiran mereka. Dari mata itu Maggie menemukan rasa terkejut dan bingung.

"Maggie, aku ingin membantu tapi aku juga tidak tahu apa artinya. Mungkin kau bisa pergi menemui Miss Anne, kurasa ia tahu," saran Sofia.

"Kurasa Sofia benar, kau harus bertanya langsung kepada orang yang paham akan element. Jadi jawabnya adalah dengan menemui Miss Anne, aku yakin ia akan membantu keponakannya," kata Jessie menimpali.

"Aku pikir juga begitu, sebaiknya setelah kelas Academy selesai aku akan menemuinya," putus Maggie.

"Bagus, lebih cepat lebih baik," kata Jessie.

"Lebih baik kita segera makan, kelas akan dimulai 15 menit lagi," ucap Sofia mengingatkan.

~~~

🌻🌻🌻