webnovel

Castilia Academy

••• Sebuah anak panah melesat cepat ke arah seorang gadis tanpa dapat dicegah pemuda itu, anak panah itu menggores lengan kiri sang gadis membuat luka sayatan menganga di sana. Sang gadis membuka matanya, ia meringis sambil memegangi lengannya yang terkena panah, bermaksud menutupi lukanya agar darah tidak keluar lebih banyak lagi. "Kau tak apa?" tanya pemuda itu masih melempari bola api dari tangannya. "Aku ... tak apa," kata sang gadis sambil merintih. "Awas!" seru pemuda itu saat melihat sebuah anak panah meluncur ke arah sang gadis yang saat ini terduduk di tanah. Gadis itu hanya mampu menutup matanya rapat, saat anak panah itu mengarah padanya. •••••

sasco_ryder · Fantasi
Peringkat tidak cukup
7 Chs

Part 3 - Conor & Misi

Lelaki berambut pirang itu tampak fokus mendengarkan Mr Liam yang menjelaskan tentang cara membuat strategi saat keadaan genting terjadi, pandangannya lurus ke depan mengabaikan kedua temannya yang mulai menggeliat di sampingnya karena kelaparan.

"Jacob, Louis, bisakah kalian diam?" Tatapan Mr Liam menusuk tajam kearah sang pemilik nama.

Jacob dan Louis yang ditegur menunduk, takut mendapat hukuman. Mereka lebih memilih duduk diam sambil menahan perutnya yang sudah berdemo sedari tadi. Sedangkan temannya masih berkutat dengan materi Mr Liam.

"Baiklah, sepertinya cukup sampai di sini pertemuan kali ini. Kalian boleh keluar," kata Mr Liam.

Jacob dan Louis bersorak, mereka bergegas menyeret Conor menuju kantin academy.

Sebenarnya Conor malas pergi ke kantin, di sana sungguh ramai, mereka semua saling berteriak satu sama lain. Membuat suasana semakin panas dan menyesakkan untuk Conor.

Kantin benar-benar ramai kala Conor menginjakkan kaki di sana, sementara Jacob dan Louis masih menyeretnya menuju tempat mereka di pojok.

Inilah alasannya Conor malas ke tempat ini, semua mata memandang Conor dengan tatapan lapar. Apa mereka kurang makan atau makanan kantin tidak mengenyangkan mereka, Conor risi dengan keadaan ini.

"Tenang saja, mereka hanya kagum padamu kawan," kata Jacob mengerti.

"Ayolah, tatapan itu tidak membunuhmu. Jadi biarkan saja," kata Louis tenang.

Masuk lebih dalam, Conor merasa ada yang berbeda. Tiba-tiba ia tersentak, sesuatu itu bergetar. Tidak salah lagi, benda itu bergetar semakin kuat seakan memberi petunjuk akan suatu hal. Tapi apa? Conor tidak tahu.

Kedua bocah yang ada di samping kanan dan kirinya masih saja menyeret dirinya dan mendudukkan ia ke kursi yang ada. Conor menghela napas pasrah, sepertinya ia harus menunda misinya. Padahal Conor yakin, ia mendapat titik terang dari misi ini.

Sekarang Jacob sibuk memilih menu makan siangnya saat ini, sementara Louis telah menyantap makanannya dalam diam.

Conor termenung, bagaimana ia harus bertindak? Ia tidak mempunyai petunjuk selain benda itu, ia tidak boleh memberi tahu orang lain karena bisa saja itu adalah musuh.

Lamunan Conor buyar saat semakin banyak siswa yang datang, kalau Conor tidak salah menebak itu murid baru. Memang sebagian siswa baru telah di kantin, tapi entah itu siswa kelas apa mereka datang terlambat.

Sudah cukup, ia sudah tidak tahan lagi. Conor bangkit. "Aku pergi," pamitnya pada Jacob dan Louis.

Terlambat, mereka tidak dapat mencegah Conor pergi. Keduanya sibuk dengan makanan mereka supaya cepat habis agar dapat mengejar Conor.

🍁🍁🍁

Menapaki lantai marmer putih dengan langkah panjang, ia memutuskan pergi ke perpustakaan. Di sana cukup sepi, jadi ia bebas.

Langkahnya melambat seiring sampainya ia di depan pintu perpustakaan, ia langsung masuk seperti biasa. Lagipula penjaga perpustakaan juga sudah hapal akan tabiat buruk Conor yang dengan seenak jidat masuk tanpa ijin.

Conor sampai di meja paling pojok, tempat Conor sering menyendiri.

Kenapa saat ia keluar dari kantin, getaran benda itu mulai melemah dan akhirnya berhenti bergetar. Apa maksudnya? Apa benda itu merasakan kehadiran pemiliknya?

Nenek, bagaimana cara menemukan pemiliknya?

Conor menggeram frustasi, sudah setahun ini ia memegang benda itu tanpa diketahui orang lain. Bahkan Jacob dan Louis tidak tahu hal ini.

"Nek, sepertinya misi yang kau berikan telah dimulai. Lalu bagaimana caraku menemukan pemilik benda ini?" gumamnya.

Teringat neneknya, Conor lantas bangkit dan dengan langkah tergesa keluar dari perpustakaan.

🍁🍁🍁

Nenek terbaring lemah di ranjangnya, sudah seminggu lebih ia tidur di sana. Conor mengamati sang nenek yang sudah semakin tua dengan banyak keriput di wajah dan seluruh tubuhnya, bahkan rambutnya sudah sepenuhnya putih.

"Conor." Panggilan lirih itu menarik perhatian Conor, ia menatap neneknya dengan sayang.

"Ya, Nek?"

Nenek terbatuk sebentar. "Nenek ingin kau memberikan sebuah benda kepada pemilik aslinya," ucapnya pelan.

"Apa itu Nek?"

"Ini," nenek memberikan sebuah kalung kepada Conor. "Lalu pergilah ke Castilia Academy, di sana kau akan menemukannya."

Conor diam, memandangi kalung di tangannya.

"Bagaimana aku bisa menemukan dia, Nek?" ucapnya setelah terdiam cukup lama.

"Setelah kau merasakan gelagat aneh kalung itu, maka bacalah surat ini." Nenek

menyodorkan sepucuk surat. "Kau tidak boleh membukannya sebelum gejala itu muncul Conor," jelas sang nenek.

"Baiklah, besok aku akan pergi. Nenek baik-baik di sini."

🍁🍁🍁

Di sinilah Conor sekarang, di asramanya di kamar no 201. Biarlah ia bolos pelajaran kali ini, ia mempunyai urusan yang lebih penting dari pelajaran itu. Padahal ia tahu sekarang pelajaran Mr Harry, guru itu akan marah jika ada muridnya yang tidak hadir.

Dibukanya pintu paling kiri, begitu masuk Conor disuguhkan warna hitam dan putih yang mendominasi. Tergesa, ia segera membuka nakas di samping ranjang.

Mengambil sebuah surat yang kini telah berubah warna menjadi kecoklatan.

Tulisan tangan nenek langsung menyapanya saat ia membuka surat itu.

Conor, jika kau telah membuka surat ini. Berarti dia telah dekat denganmu.

Nenek hanya akan memberitahumu bagaimana cara menemukan dia.

Dia dengan segala kelebihan dan kekurangannya, kesedihan yang dibalut senyuman.

Dia akan melangkah tegak bersama patnernya, teman sejati dalam mengarungi marabahaya.

Dia dengan semua element yang menjadi bakatnya, masih dapat berendah diri.

Hanya kalung itu yang dapat menjawab semuanya.

Apakah ia terpilih, atau terbuang. Hanya kalung itu kuncinya.

Bergetar, bercahaya.

Diam, hanya diam yang dapat Conor lakukan saat ini. Apa maksudnya? Bukannya membantu, surat ini malah semakin menyulitkannya. Seperti teka-teki, Conor harus dapat memecahkan masalah ini dengan berbekal petunjuk dari surat ini.

Dibacanya sekali lagi berharap menemukan petunjuk lain.

Apa maksud kesedihan dibalut senyuman?

Patner, teman sejati? Apakah semacam sahabat atau keluarga?

Semua element? Apa mungkin? Seingatnya, hanya beberapa orang yang mempunyai bakat element lebih dari satu dan mereka di kelas atas.

Kunci pemiliknya adalah kalung itu sendiri. Bagaimana cara kerjanya?

Terlebih bergetar dan bercahaya, maksudnya apa kalung itu?

Jadi ia harus mencari orang yang seperti itu? Sepertinya mustahil. Tapi ia harus tetep mencari, semoga saja pemiliknya telah semakin dekat dengan Conor.

Conor berpikir, tadi saat di kantin benda itu bergetar. Apa mungkin orang itu di sana?

Perempuan atau laki-laki? Ditingkat apa ia sekarang? Pemula, menengah atau atas?

Mungkin Conor dapat memulai misi ini dari sekarang. Ya, lebih cepat lebih baik. Ia mempunyai firasat akan benda yang dibawanya, entah baik atau buruk. Ia harus segera menemukan pemiliknya.