webnovel

Lagu Flashback

~Satu tahun yang lalu: 14 Februaru 2021~

Lonceng yang terpasang tepat di pintu masuk berdenting beberapa kali, pertanda ada orang baru yang hendak menghabiskan waktunya di kafe Kenangan. Kali ini, dia datang sendiri, dengan kepala sedikit tertunduk, dan gelisah mencari tempat untuk dirinya mendudukkan diri.

Sang pemilik kafe, yang saat itu juga sedang melayani para tamu yang lebih dulu datang, sesekali memperhatikan tamu yang berambut hitam panjang tersebut.

Entah ada apa pada diri gadis tersebut, yang jelas, sang pemilik kafe tidak bisa melepaskan atensinya dari gadis yang beberapa detik selanjutnya sudah melangkahkan kakinya menuju sudut ruangan dengan dua kursi yang mengurung meja bundar di sana.

Beda dari pengunjung yang lain, yang biasanya akan langsung menuju ke meja kasir untuk memesan dan membayar makanannya, gadis itu malah memilih untuk mencari tempat kosong terlebih dahulu dan duduk diam di sana dengan kepala menunduk.

Bukan karena kesal tidak memesan terlebih dulu, sang pemilik kafe itu malah penasaran dengan pengunjungnya tersebut yang menurutnya sedikit mengalami kesulitan. Oleh sebab itu, dia berinisiatif untuk menghampiri lebih dulu pengunjungnya itu dan bertanya pesanan apa yang dia inginkan.

TOK…TOK….

Suara ketukan di meja yang ditempati gadis berambut panjang itu menarik perhatian pengunjung tersebut. Sebisa mungkin dia memberikan senyum ramahnya kepada gadis tersebut.

"Mau pesan apa, Kak? Ini beberapa menu yang ada di kafe kami," ucap sang pemilik kafe sambil menyodorkan daftar menu yang berukuran kecil.

Gadis itu hanya menatap lama daftar menu yang disodorkan. Hal itu membuat orang yang berniat baik itu tentu saja kebingungan. Dia ingin membantu pengunjungnya tapi orang itu malah mendiamkannya.

"Kak?" panggil pemilik kafe sambil mengibas-ibaskan tangannya di depan gadis tersebut.

"To—tolong jangan ganggu saya," cicit gadis tersebut.

Kening sang pemilik kafe saling bertaut. Dia tidak terlalu mendengar jelas apa yang dikatakan gadis tersebut karena suaranya yang kecil itu teredam dengan musik yang diputar di kafenya.

"Apa, Kak? Ada yang bisa saya bantu?" tanya sang pemilik kafe itu lagi sambil mencondongkan tubuhnya dengan maksud agar suara gadis tersebut bisa terdengar jelas.

"Jangan mendekat!" sentak gadis tersebut dengan raut ketakutan.

Dengan segera pemilik kafe itu pun langsung menegakkan tubuhnya lagi dan memperhatikan gadis itu sekali lagi. Sorot matanya benar-benar menyiratkan ketakutan. Bahkan dua bola matanya bergerak liar mencari apa saja yang ada di sana.

Oke. Untung saja pemilik kafe itu adalah orang yang pengertian, jadi dia langsung paham mengenai kondisi pengunjungnya ini.

Sebelum meninggalkan meja gadis tersebut, dia meletakkan daftar menu itu di atas meja dan kembali berujar dengan nada tenang agar tidak membuat gadis itu kembali ketakutan.

"Ini daftar menunya. Kalau sudah pengen sesuatu tinggal panggil saya aja, ya?"

Selanjutnya, pemilik kafe itu berlalu meninggalkan gadis itu yang perlahan mulai mengontrol dirinya. Dia melayangkan pandangnnya ke luar jendela untuk mencari sosok yang sejak tadi dia tunggu kedatangannya.

Sementara itu, pemilik kafe masih terus memperhatikan pengunjungnya tersebut dari meja kasirnya. Dia yakin kalau gadis itu adalah salah satu pasien dari klinik yang ada di depan sana.

Pertemuan hari itu berakhir dengan tidak ada lagi interaksi di antara gadis tersebut dengan sang pemilik kafe. Laki-laki itu hanya memperhatikan gadis tersebut sampai dia kembali keluar dari kafenya.

Tapi, dia sangat yakin kalau dia akan bertemu lagi dengan gadis itu, entah minggu depannya atau dua minggu depannya lagi. Dan benar sekali dugaannya.

Hari ini, tepat satu minggu setelah kali pertama mereka bertemu, gadis itu kembali memasuki kafenya. Setelah mencari info sekilas dari dokter pemilik klinik di depan sana, akhirnya pemilik kafe itu tahu penyakit apa yang sedang berusaha gadis itu obati dan sikap seperti apa yang harus dia tunjukan agar tidak membuat gadis tersebut risih atau ketakutan.

Sama seperti kedatangannya minggu kemarin, gadis itu tidak langsung memesan menu di meja kasir, tapi langsung duduk di tempat yang sama seperti minggu kemarin.

Akhirnya, pemilik kafe itu berinisiatif untuk membuatkan sesuatu untuk gadis tersebut. Dia memilih menu yang paling terkenal di kafenya akhir-akhir ini, satu gelas lemonade. Tidak lupa juga dengan secarik kertas yang berisikan sesuatu untuk gadis tersebut.

Sebelum dirinya mengantar minuman buatannya itu, dia menyetel lagu milik band yang sedang naik daun saat ini, The Heal. Ada satu lagu milik para cowok-cowok keren itu yang sekiranya sangat relate dengan situasi yang sedang dihadapi gadis tersebut.

Gadis tersebut memalingkan kepalanya menghadap orang yang baru saja menyodorkan segelas lemonade berserta secarik kertas berwarna coklat ke hadapannya.

Sebelum gadis tersebut bertanya maksud dari pemberian ini, pemilik kafe itu sudah lebih dulu memberi penjelasan. "Dinikmati dengan santai. Jangan lupa kertasnya dibaca."

Gadis tersebut menatap kepergian laki-laki yang mengenakan apron coklat itu. Selanjutnya, dia melemparkan pandangannya ke minuman pemberian laki-laki tadi beserta secarik kertas di bawahnya.

Tangannya terulur mengambil kertas tersebut lebih dulu dan mulai membaca setiap kata yang dituliskan dengan rapi di sana.

'Bentar lagi rinai hujan akan menyapa mungkin dalam beberapa menit ke depan. Kalau kamu lupa bawa payung, ada satu payung hitam di sudut pintu masuk. Kamu bisa meminjamnya dan dikembalikan nanti jika kamu hendak ke kafe ini lagi. Ps. Oh, iya. Kalau hujannya sudah turun, kamu bisa menikmatinya dengan mendengarkan lagu yang sedang aku putar sekarang. Lagu ini khusus buat orang spesial seperti kamu. Jangan lupa tersenyum. By. Mas Tirta.'

Begitulah isi dari tulisan yang ada di secarik kertas tersebut. Setelah gadis itu membaca isinya, dia langsung menatap kembali orang yang memberikannya kata-kata yang sangat informatif seperti itu.

Selanjutnya, dia mulai memfokuskan atensi pada lagu yang sejak tadi mengalun tapi tidak pernah dia perhatikan. Senyumnya secara perlahan tercipta saat satu lirik dinyanyikan dengan indahnya oleh pemilik suara rendah tersebut.

'Jika aku jadi kamu, aku akan memeluk diriku tanpa kata.'

Ada pesan tersirat yang bisa ditangkap dari sebaris lirik tersebut. Tidak apa untuk jatuh dan terlihat menyedihkan di mata orang lain. Setidaknya dengan begitu, orang lain akan mengulurkan tangannya untuk membantu. Jika tidak, cukup diri sendiri saja yang akan memeluk dengan hangat.

Setelah menikmati lagu itu sampai habis, ternyata di luar sana rinai hujan perlahan menyentuh bumi. Lama-kelamaan, rintiknya jadi deras dan semakin menampar kaca besar dekat tempat duduknya.

Dia sangat menyukai suasana tenang saat hujan. Seakan mengerti dengan suasana yang diingikan, lagu yang tadi kini berganti dengan lagu lain tapi suara penyanyinya masih sama. Bisa ditebak dari penyanyi yang sama. Liriknya pun seakan menggambarkan dirinya saat ini. Dan dia sangat suka.