"Argh sial, gue galau berat nih, Si!"
Datang-datang ke rumah Sisi bukannya salam, wanita dengan nama lengkap Alesha Priscanara tersebut malah memggerutu kesal, jelasnya langsung membuat Sisi mengangkat alisnya kebingungan dengan apa yang terjadi oleh sahabatnya itu.
"Lo kenapa sih, Sha? Punya beban hidup apa lo gue liat-liat kayaknya berat gitu, padahal baru balik kerja juga. Woy, ini waktunya buat istirahat setelah seharian kerja, waktunya buat santai-santai aja gitu. Waktunya buat menikmati hidup, bukannya waktu buat stres!" balas Sisi yang menceramahi Alesha. Ya memang sahabatnya ini aneh, kan? Datang-datang langsung menggerutu kesal, entah ada angin atau hujan dari mana sampai-sampai Sisi yang harus kena seperti ini.
"Argh, gue enggak sanggup, Si! Rasanya gue mau mati aja! Pisau mainan mana pisau mainan? Tolong dong beliin gue pisau mainan di kantin SD gitu, gue mau mati tapi jangan pakai pisau beneran gitu loh," balas Alesha semakin ngawur. Sisi yang memang sudah tujuh tahun bersahabat dengan Alesha tentu saja tidak kaget dengan wanita tersebut. Ya memang seperti itu karakter sahabatnya, justru jika sahabatnya waras, Sisi merasa kaget sekali malahan.
"Sarap lo! Enyah deh lo dari sini, Alesha Priscanara! Gue enggak tau masalah lo apa dan enggak mau tau masalah lo apa juga!" Sisi menyahut, langsung menutup telinga dengan kedua tangannya, berharap jika Alesha tak lagi berbicara sepatah katapun, namun nyatanya Alesha tetaplah Alesha. Mana mungkin seorang Alesha diam saja seperti ini, mustahil.
"Bego! Temennya lagi galau nih, bukannya dihibur kek atau apa gitu, dikasih makanan, dibeliin tiket liburan ke luar negeri, diberangkatin haji juga boleh, lo malah diem aja kek patung!" Alesha menyindir, mencurahkan semua kegilaannya kepada Sisi yang masih harus menyetok banyak sekali kesabaran untuk menghadapinya.
"Sialan lo! Lo dateng sendiri ke sini, tapi malah ngerepotin! Gak tau diri banget lo!" Sabar Sisi, anak sabar pacarnya dua. Eh, astaga! Satu saja pusingnya tujuh keliling, apalagi jika dua, kepala mau pecah agaknya.
"Nih gue mau cerita, kali ini serius banget pokoknya, Si."
Baiklah, Sisi memang sosok sahabat yang baik. Sisi memang sosok sahabat yang selalu mendengarkan sahabatnya saat sedang ingin bercerita, beruntung sekali memiliki sahabat seperti Sisi, bukan?
Dengan penuh keseriusan wanita bernama lengkap Sisi Margareta langsung duduk, tangannya menyangga dagunya yang memang cukup berat dengan tumpuan bantal. Siap mendengarkan drama apalagi yang ada di kehidupan Alesha. Ya memang kehidupan Alesha ini banyak sekali dramanya, sehingga Sisi harus siap sedia mendengarkan.
"Jadi tuh tadi Fanesha ke kantor kan, lumayan lama gitu lah. Intinya gue cemburu banget pas liatin dari kaca kalau Sam sama Fanesha lagi ketawa-ketawa, kayak bahagia banget gitu loh mereka berdua. Padahal mereka tuh gimana ya, mereka gak sadar apa kalau gue ini menderita woy! Gue menderita banget liat mereka bahagia!" ucap Alesha dengan wajah penuh kekesalan. Tangannya yang semula mengepal kini mulai meremas sarung bantal milik Sisi, meluruhkan semua emosinya di sana. Intinya ia kecewa, ia sakit hati, ia ingin marah, ia galau. Banyak sekali ya intinya? Ya tetapi tidak apa-apa! Tidak ada yang bisa menyalahkan Alesha!
"Ya mau gimana lagi, Sha. Namanya juga Sam kecintaan sama Fanesha. Pastinya dia seneng banget lah kalau didatengin gitu sama Fanesha. Dia pasti berusaha buat bahagia terus. Lo tuh ya harusnya sadar gitu loh, Sha. Lo di sini bukan tokoh utamanya, lo di sini bukan pasangan yang emang Sam mau. Lo itu bukan siapa-siapa, Sha."
Agak nyelekit, tapi tidak apa-apa. Sungguh, mental Alesha sudah sangat kuat mendengarkan kalimat pedas yang selalu keluar dari mulut Sisi. Ia memang sudah terbiasa mendengarkan kalimat tersebut. Ya sebetulnya omongan Sisi juga sangat benar. Di sini, Fanesha lah yang menjadi sosok utama. Di sini, Alesha tidak ada artinya apa-apa. Alesha yang terlalu memaksa bahwa dirinya harus menjadi sosok yang spesial, padahal kenyataannya ia tak pernah spesial di mata siapa pun.
"Lo ada kata-kata motivasi dikit gak sih, Si? Ya seenggaknya enggak bikin gue spaneng gitu loh, Si. Gue spaneng banget dengerin omongan lo," keluh Alesha jujur. Alesha memang tipikal orang yang selalu to the point dan tidak suka basa-basi. Ia tidak bisa mengatakan iya padahal ia ingin tidak. Ia tidak bisa mengatakan tidak jika ia ingin iya. Ya intinya seperti itulah. Kalian harus paham dengan Alesha. Alesha memang simpel, jadi jangan sampai bingung pokoknya.
"Ya oke, semangat." Datar sekali ya? Memang sialan sekali memiliki sahabat seperti Sisi ini. Rasa hati ingin menyumpahi dengan berbagai kata yang tidak baik, namun nyatanya Alesha teringat jika ia adalah sosok yang sangat lemah lembut. Tutur kata tak baik jelasnya tak pernah keluar dari sosok wanita tersebut.
"Sedikit saran deh, ada gak saran gitu buat gue? Biar gue enggak spaneng banget." Alesha kembali berujar, harap-harap kali ini sedikit saran dari Sisi sedikit membantu walaupun wanita tersebut sama sekali tidak yakin dengan segalanya. Seorang Sisi sulit untuk dipercaya pasalnya.
"Saran dari gue? Oh jelas ada dong! Ini saran tergokil yang gue pikirin sih, Sha!" jawab Sisi dengan sangat semangat dan riang sekali.
Alesha yang mendengar ucapan tersebut tentunya langsung berbinar senang. Akhirnya kali ini ia bisa percaya dengan Sisi. "Apa? Apa? Gue mau tau banget nih saran dari lo apa!" jawabnya sangat tak sabar.
"Sadar diri."
DEG!
SETAN!
Sialan memang sosok yang bernama lengkap Sisi Margareta itu! Ingin rasanya Alesha mengubur sahabatnya hidup-hidup, tetapi ia sadar jika hanya sosok Sisi saja yang mau menjadi sahabatnya. Sabar, Alesha, sabar. Orang sabar pasti disayang sama Tuhan kok. Semoga saja Alesha selalu panjang umur dan sabar selalu supaya bisa lebih semangat menghadapi tingkah Sisi yang sangat rese.
"Anjing emang!" umpat Alesha terlalu kesal. Nyatanya ia tidak bisa menjaga ucapannya sama sekali. Nyatanya ia tetap emosi dengan apa yang terjadi. "Gue serius, anjir!"
"Gue juga serius kali, Sha. Lo tuh emang harusnya sadar diri. Berapa kali lagi sih gue harus ngomong kalau lo itu harus sadar diri? Lo itu di sini bukan tokoh utamanya, Alesha Priscanara."
Cukup, mental Alesha sudah sangat breakdance sekali mendengar Sisi. Hatinya sudah sangat kacau, kini harus tambah kacau juga karena sahabatnya itu. Lebih baik kini ia kembali saja ke rumah daripada harus mendengarkan Sisi yang gila! Sisi yang sama sekali tidak bisa dianggap serius. Sisi yang sama sekali tidak bisa menjadi harapan untuk menyemangati atau memberikan saran kepadanya. Memang Sisi itu argh! Sebal sekali Alesha dengan Sisi.
"Lo kata gue mending enyah aja deh, Si! Kesel banget gue harus ketemu sama makhluk kayak lo! Mana sahabatan tujuh tahun lagi. Enyah lo enyah, Sisi Margareta!"