webnovel

BPIL - The First Meeting!

Aku gadis yatim piatu yang sangat menyedihkan. Bagaimana tidak menyedihkan jikalau kamu tidak memiliki keluarga satu pun?

Ayah dan Ibuku meninggal dalam kecelakaan beruntun tepat di New England dan keluarga besar Ayah dan Ibu membuangku ke panti. Saat itu usiaku memasuki 10 tahun dan sebelum terbuang fakta baru terkuak kalau sebenarnya aku hanya anak angkat yang ditemukan di pinggir jalan kota Berlin.

Takdir indah sekali bukan? Rasanya sangat sakit tatkala tahu fakta menyakitkan itu. Tega sekali orang tua kandungku membuang tanpa perasaan. Kenapa aku dilahirkan jikalau dibuang?

Aku bersyukur karena bisa mendapat beasiswa penuh karena aku memiliki otak genius.

9 tahun berlalu, usiaku sekarang 19 tahun dan aku berhasil menggait gelar sarjana kedokteran. Lalu saat mau masuk ke studi lebih tinggi hal buruk terjadi tatkala aku bertemu seseorang yang menjadi cinta pertamaku.

Orang itu tega mengkhianati aku dengan berbuat keji. Dia menjualku ke klub malam paling terkenal di Paris.

Selama tiga tahun aku menjadi pelacur di sini hingga Tuhan sangat baik mengirim Sir Raymundo Teixeita untuk menyelamatkan hidupku.

Apakah aku harus menyerahkan keperawananku padanya?

Semoga saja dia orang baik.

Mata biruku menatap sosok tampan dengan tinggi atelis serta memiliki tubuh kekar. Postur tubuhnya begitu sempurna.

"Licia, dia Mr Raymundo Teixeita. Ayo perkenalan diri dengan baik!" perintah Madam Hera.

Aku kikuk sendiri berhadapan dengan orang ini. Apa lelaki ini orang baik-baik? Semoga saja begitu, amin.

"My name is Rosalicia Constancta Yara Abrahan. You can call me Licia or Rosa!" salam perkenalan yang baik bukan?

Mata Emerald itu menatapku begitu dingin nan tajam. Apa aku melakukan kesalahan? Dan perlahan dia berdiri menghampiriku seraya tersenyum miring.

Jantung ini berdegup kencang lalu entah kenapa rasanya gugup? Sungguh karismanya luar biasa.

"Zeferino Umoja Raymundo Teixeita, you can call me Zeferino or Zefer!" bisiknya seraya mengecup rahangku.

Sialan, pria bedebah hanya karena sentuhan itu membuat bergetar.

"Licia, kamu bebas Berbahagialah di luar sana. Aku menyayangimu!" tegas Madam Hera.

Aku berhambur memeluk Madam Hera erat dan menangis dalam pelukannya. Selagi aku bekerja menjadi pelacur, Nyonya Hera selalu melindungi dan tidak memperbolehkan siapa pun menyentuhku.

Pekerjaanku selama ini hanya menemani seseorang untuk minum dan bermain judi. Ciuman serta ramasan pernah kudapat, namun tidak sampai memperlihatkan tubuh dan melakukan adegan ranjang.

"Licia, tolong jaga diri baik-baik," pinta Nyonya Hera tampak lemah.

"Itu pasti, Madam. Terima kasih!" ucapku tulus.

"Pergilah," ujar Nyonya Hera.

Dan mulai saat ini hidupku hanya milik Zeferino. Entah aku tidak tahu Kekepannya bagaimana?

***

Tepat di hotel mewah di jantung kota Paris, kami bermalam di sini hingga aku merasakan pelukan Zeferino dari belakang.

"Licia panggilan jalangmu, eh? Bagaimana kalau aku memanggilmu, Yara?" tanyanya sembari menyibak rambut panjang ikalku. Dia menjilat serta menghisap tengkukku.

"Anda bisa memanggil saya apa saja. Asal jangan sebut saya jalang," ujarku sembari membalik tubuh dan tanganku mengelus dada bidangnya.

"Baiklah, Yara!" dan terjadilah hal gila. Zeferino menciumi bibir mungilku tanpa ampun lalu telapak tangan itu meremas kuat bokongku.

Sungguh ini sangat memabukkan mendapat sentuhan nikmat. Apa perlu aku membayar semua ini?

Apa sekarang aku benaran menjadi pelacur?

Apa sekarang aku menjadi sugar Baby? Atau boneka Sex?