webnovel

Bukan Salah Rasa

Kisah anak-anak remaja yang beranjak dewasa, dimana masing-masing dari mereka memiliki masalah hidupnya masing-masing. Refan, Reisya, Ruri, Simon, Miko, Zahra, Nando, Nindy, Lucy, dan Gavin. Mereka semua memiliki kisah hidupnya masing-masing, dimana ego dan perasaan menjadi landasan dari sebuah perubahan besar dalam hidup mereka. Di saat hati sudah menguasai, apakah logika bisa melawannya? Baik sadar atau tidak, nyatanya perasaan lah yang selalu menang atas perdebatannya dengan ego. Anak muda adalah awal dari kisah mereka, setelah beranjak dewasa barulah mereka mengerti arti perasaan yang sebenarnya. Lalu jika masalah terjadi di antara kehidupan mereka, apakah rasa itu ikut bersalah? Hati seseorang tidak bisa di tentukan oleh kehendak orang lain, karna kekuasaan sepenuhnya ada pada si pemilik hati sendiri. Apakah ia menerima perasaan itu, atau malah membuang. ( Mengandung beberapa part 21+)

SA_20 · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
280 Chs

Memancing Emosi

Reisya memang memanfaatkan kebersamaannya dengan Refan saat itu, untuk memanas-manasi Lucy. Yang mana pada akhirnya Refan dan Lucy bertengkar di parkiran sekolah.

"tapi Lucy kan pacar lo, kok lo malah dukung gw sih?" tanya Reisya heran.

"Lucy emang pacar gw, tapi gw gak beneran cinta sama dia. Awalnya gw pikir gw sayang sama dia itu sebagai lawan jenis, tapi ternyata setelah jadian gw baru sadar kalo perasaan gw yang sebenarnya itu sayang sebagai teman bukan lawan jenis. Dan semakin kesini, dia semakin protektif dan manja. Gw gak suka cewe yang kayak gitu, gw mau putusin dia tapi dia nangis-nangis gak mau putus. Gw harus gimana lagi coba supaya lepas dari dia, lama-lama jengah gw sama dia." jelas Refan dengan wajah kesalnya.

Mendengar cerita Refan, Reisya jadi terpikirkan sesuatu yang sangat menarik.

"astaga, jadi gitu ceritanya. Pantes aja tiap kali liat lo berduaan sama dia, muka lo gak pernah bahagia. Malah kayak orang banyak utang aja, tertekan!" tukas Reisya dengan tawa gelinya.

Refan menoleh kesal pada Reisya, tapi saat melihat Reisya tertawa begitu lepas Refan jadi ikut tersenyum.

"lo cantik kalo ketawa gitu, kenapa gak ketawa terus aja sih?" tukas Refan.

"yeuh, ntar yang ada gw di sangka orang gila lagi." balas Reisya kesal.

"mirip sih emang." celetuk Refan.

"Refan, nyebelin yah!" keluh Reisya lalu memukul pelan lengan Refan, lalu ia memalingkan wajahnya ke jendela mobil menatap jalanan.

Refan terkekeh mendengar keluhan Reisya, namun ia tidak mengatakan apapun lagi dan malah menjalankan mobilnya kembali menuju ke tempat dimana Reisya tinggal saat ini.

.

.

.

Reisya turun dari mobil Refan, tidak lupa ia mengajak Refan untuk mampir sebentar. Tapi Refan menolak halus permintaan Reisya, dan alasannya cukup logis 'udah malem, gak baik cewe sama cowo berduaan di apartemant'.

Lalu Refan melajukan mobilnya, meninggalkan Reisya yang mulai melangkah masuk ke apartement mawar.

Pagi yang cerah, secerah hati seorang Reisya Alexandra. Ia telah berpikir matang-matang sejak semalam, ia akan melepas semua cerita lama dan memulai sebuah cerita baru.

Tentu saja begitu juga dengan dendamnya, ia akan melakukannya perlahan. Pertama Lucy, Reisya akan membuat drama luar biasa dengannya nanti.

Katakan Reisya jahat, karna telah memperalat Refan. Tapi itulah jalan yang seharusnya, toh Refan sendiri juga memperbolehkannya.

Reisya tampil cukup wow hari ini, seragam yang rapi. Wajah yang di poles sedikit bedak dan lipbalm, menambah kadar cantik di wajahnya. Jangan lupakan surai bergelombang coklat yang ia gerai, sungguh menambah kesan perfect pada dirinya.

Selesai dengan penampilan, Reisya langsung menggendong tasnya dan melangkah keluar dari apartement. Ternyata seseorang sudah menunggunya di sana, dengan senyumnya Reisya menghampiri orang tersebut.

"selamat pagi Refan." sapa Reisya dengan santai.

"pagi, tumben semangat banget." balas orang itu yang tak lain adalah Refan.

"iya donk, kan mau sekolah." jawab Reisya sambil naik-turunkan alisnya.

"terserah deh, ya udah ayo jalan!" ajak Refan langsung masuk ke dalam mobilnya.

Reisya tersenyum puas, lalu ia ikut masuk ke sisi samping mobil Refan. Merekapun berangkat ke sekolah bersama.

Saat memasuki area sekolah, ternyata sudah cukup ramai oleh siswa yang berdatangan sejak pagi. Mereka asik mengobrol, dan ada juga yang bermain di lapangan sekolah.

Reisya dan Refan keluar bersamaan dari mobil, dan tentu saja mereka kembali menjadi pusat perhatian. Tak terkecuali kedua teman Refan yang memang sudah menunggunya sejak tadi di parkiran, mereka menatap Refan dengan seringainya.

"wow, wow, ada yang mulai terang-terangan nih?" sindir Nando pada Refan, sedangkan Reisya hanya tersenyum miring.

Refan terkekeh mendengar sindiran langsung dari Nando, lalu ia melirik Reisya di sampingnya yang tersenyum miring. Sepertinya Refan mulai paham, kenapa Reisya minta di jemput saat berangkat tadi.

"lo mau bikin drama lagi kan?" bisik Refan pada Reisya.

"kok tau?" balas Reisya pura-pura terkejut.

"dasar licik, gak diskusi dulu." tukas Refan pura-pura kesal.

Akhirnya Refan dan Reisya pun terkekeh bersama, membuat kedua teman Refan itu merasa heran dan penasaran dengan bisik-bisik mereka.

"eh kalo bisik-bisik, ngajak-ngajak donk" sindir Simon penasaran.

"kalo ngajak-ngajak bukan bisik-bisik namanya, tapi diskusi." balas Reisya dengan tawa kecilnya.

Simon hanya memutar bola matanya, ia hanya penasaran pada kedekatan dua makhluk itu. Tapi sepertinya mereka berniat menyembunyikannya, padahalkan ia teman baik dari pemeran cowoknya. Masa gak di kasih tau sih?

.

.

.

Disisi lain, Lucy mengepalkan tangannya erat. Matanya memincing marah saat ia melihat sang kekasih kembali datang bersama gadis lain, dan gadis itu adalah orang yang amat dibencinya.

Tadinya Lucy ingin bermanja ria dengan kekasihnya, ia pun menghampiri mobil Refan yang mulai masuk ke parkiran. Namun langkahnya terhenti saat ia melihat seseorang keluar dari sisi penumpang di samping Refan, dia adalah Reisya.

Jika saja ini bukan disekolah, Lucy pasti langsung menjambak rambut Reisya dan menamparnya. Baginya jalang yang merebut kekasih orang lain tidak pantas ada di hadapannya, tapi nyatanya Lucy harus menahan amarah itu. Ia tidak ingin di keluarkan dari sekolah hanya karna jalang gak tau diri bernama Reisya, Lucy pun menghampiri Refan dan langsung menggandeng Refan.

Reisya, Simon, Nando, dan bahkan Refan sendiri hanya menatap malas pada wanita satu itu. Lucy dengan manjanya menggandeng tangan Refan, seakan-akan ia memberi tanda jika Refan hanya miliknya. Dan tidak ada siapapun yang bisa mengambil miliknya itu, Reisya tersenyum sinis melihat tingkah anak Meri itu.

"sayang, kok kamu baru dateng sih? Aku nunggu dari tadi loh.." ucap Lucy dengan manja.

Reisya hanya menatap jengah pada sifat jalang yang dikeluarkan oleh Lucy, ia benar-benar tidak tau diri. Sedangkan Nando dan Simon hanya menyimak, sambil menunggu bagaimana reaksi dari Refan sendiri.

Refan melirik Reisya sesaat, sepertinya gadis itu benar-benar membenci Lucy, nyatanya tatapan tak sukanya itu terlihat jelas saat ini. Dengan segera Refan melepaskan gandengan Lucy pada lengannya.

"gw gak minta lo buat nunggu kan?" balas Refan datar.

Jujur saja saat Refan mengatakan hal itu pada Lucy, ekspresi Reisya, Simon, dan Nando ingin sekali tertawa keras. Menertawakan kebodohan Lucy yang tak dianggap oleh Refan, namun mereka menahannya karna disisi lain mereka juga merasa kasihan karna hal itu.

"ih kamu mah gitu, kan aku PACAR kamu. Wajar donk, kalo aku nunggu PACAR aku dateng." jawab Lucy sambil menekankan kata 'pacar'

Reisya tau Lucy menyindir dirinya, jika ia bukan siapa-siapanya Refan. Dan karna itulah ia jadi merasa sedikit kesal, entah karna apa. Padahal memang itu kenyataannya, tapi kenapa hatinya tidak menerima?