Keseruan nonton pertandingan bola di layar lebar membuat ketiganya tidak tahu kalau hari sudah larut malam. Suasana balkon yang dingin tersapu angin malam membikin mata mereka mulai meredup mencari posisi teraman buat membaringkannya tubuh.
Tidurnya yang pulas sampai melewatkan bahwa kamar akan dibersihkan.
"Ini jam berapa? huwaa...," ucap Rhandy mengulet.
"Gak tau. Jam berapa sih emang? aku masih ngantuk," sahut Rommy lalu menjatuhkan kembali tubuhnya ke bantal guling.
Rhandy berjalan sempoyongan ke arah wastafel. Niatnya mau mencuci muka tapi tangannya justru beralih ke pasta gigi. Digosoklah tangannya yang sudah ada pasta giginya ke arah muka. Mengoles, memijat hingga mengitari seluruh permukaan muka.
"Aw.... panas!!" teriak Rhandy yang gugup lagi-lagi harus salah pegang.
"Ada apa sih berisik banget?!" sahut Jhonny terbangun.
Jhonny yang dibuat penasaran dengan suara Rhandy langsung menemuinya. Sungguh terkejut bercampur menahan tawa saat melihat muka temannya yang merah merona.
"Kamu, pakai blush-on siapa? cantik banget," sentil Jhonny mencolek muka Rhandy.
"Blush-on kepala mu peyang. Orang sakit banget," keluh Rhandy mengelus pipinya.
"Hahahaha... ada badut lucu. Iihh gemesh deh sama pipinya," imbuh Rommy yang baru datang langsung dibuat tertawa terpingkal-pingkal.
"Uuhh... bukannya ditolong malah diketawain," timpal Rhandy memoyongkan bibir, berjalan menyikut Rommy.
"Iih... pakai ngambek segala. Uda kayak cewek." Rommy menoleh ke arah Rhandy.
"Husst... kamu itu. Kasihan tau," tegur Jhonny.
Jhonny mengambil salep luka bakar yang ada di brankas p3k. Sedari tadi Rhandy hanya merintih kesakitan di pojok balkon. Layaknya seorang dokter yang siaga terhadap kondisi pasien. Jhonny memegang pipi Rhandy yang melepuh untuk diobati.
"Udah deh, gak usah pegang-pegang gitu. Dikira gak panas apa!" sentak Rhandy mengibaskan tangan Jhonny.
"Makanya itu saya obatin pakai salep. Salep ini gak panas asli. Rasanya ada sensasi dinginnya," bujuk Jhonny.
"Asli nih gak bikin perih?! kalau tambah parah kamu harus tanggungjawab," lontar Rhandy.
"Iya aku gak bakal kemana-mana kok. Sudah diam gak usah banyak gerak biar merata," ucap Jhonny.
"Dingin ya ternyata," ungkap Rhandy begitu menikmati.
"Makanya saya bilang juga apa. Jangan seperti anak kecil. Udah ah udah selesai." Jonny merapikan kembali p3k.
"Jhon, kamu hari gak berangkat kantor?" tanya Rhandy.
"Berangkat sih tapi nanti agak siangan soalnya hari ini mau main ke tempat Rossa," ceplos Jhonny.
"Apa? gak salah dengar nih Jhon, kamu hari ini mau ke tempat Rossa?" sontak Rhandy menggeser tubuhnya mendekati Jhonny.
"Hmm. ya begitu lah." Jhonny mengangguk tersenyum.
"Terus Rommy sudah tau kamu bakal ke sana?"
"Belum sih. Makanya itu kamu jangan bilang ke dia. Bisa-bisa rempong lagi," kata Jhonny meletakkan kotak p3k ke tempat semula.
"Sendiri? berani kamu emang? maksud saya, kamu tahu sendiri kalau bapaknya Rossa itu kiai," sahut Rhandy berusaha mengingatkan.
"Terus maksud kamu kalau kiai saya gak boleh main? hello... saya main ke tempat Rossa itu jangan samakan kayak mainan anak kecil dong. Bukannya berkunjung ke rumah orang itu sama juga artinya dengan silahturahmi? ada hadits mengatakan bahwa silahturahmi itu bisa memperpanjang umur, awet muda. Paham kamu?" Jhonny menepuk pundak Rhandy berulang kali.
"Iya juga sih. Saya doakan semoga sukses," ucap Rhandy membalas menepuk bahu Jhonny.
"Hey kalian lagi berunding apaan sih? ikutan dong," sela Rommy.
" Gak ada apa-apa kok. Orang tadi cuman ngobati luka aja." Jhonny keluar kamar.
"Ada apa sih Rhand? cerita dong tadi Jhonny bilang apa aja ke kamu?" cerca Rommy dengan nada memaksa.
"Gak ada apa-apa serius." Rhandy pergi ke kamar mandi.
Rommy yang masih saja dibuat penasaran dengan topik yang barusan kawannya bahas. Feeling nya sudah bisa nebak kalau itu soal Jhonny. Menutupi tingkat kekepoan Rommy jadi dia mengajak Rhandy berinvestasi di bank.
****
Rhandy dan Rommy baru turun dari mobil sport aja semua satpam bank sudah bersikap sangat ramah.
"Selamat pagi Pak. Ada yang bisa dibantu?" tanya Satpam.
"Saya datang ke sini ingin bertemu dengan kepala bagian bank di sini. Bisa minta tolong dipanggilkan," jawab Rommy berwibawa.
Saat memasuki bank auranya yang memancarkan pengusaha sukses sehingga pegawai bank ikut juga menyambut kedatangan keduanya. Orang-orang di situ tidak tahu mobil yang dia kenakan saat ini adalah hasil pinjaman Jhonny. Ada berkas yang tertinggal di dalam mobil. Mau tidak mau Rommy lah yang harus mengambil sendiri keluar.
Brukk....
Jalannya yang terkesan buru-buru ketika akan menuju mobil Rommy tidak melihat ke depan lalu menabrak ibu-ibu bersanggul yang kebetulan melintas di depannya.
"Rommy," ucap Mamanya Jhonny.
"Aduuhh... kenapa sih harus nabrak mamanya Jhonny?" batin Rommy mengalihkan pandangan.
"Kamu Rommy kan? temannya Jhonny? kebetulan banget Tante ketemu kamu di sini. Tante mau ada yang ingin tanyakan ke kamu." Mamanya Jhonny menangkap lengan Rommy.
"Eee... tanya soal apa ya Tante? soalnya saya udah di tunggu seseorang di dalam bank," jawab Rommy terus menerus menelan ludah.
"Kamu sudah pasti tahu kan di mana keberadaannya Jhonny di mana?! sekarang Tante minta berikan alamat lengkap Jhonny!" seloroh Mamanya Jhonny memaksa.
"MmmM... maaf Tante Rommy sendiri kurang tahu keberadaan Jhonny sekarang. Bukannya Jhonny itu anak Tante sudah seharusnya Tante lebih tahu dibandingkan saya," kilah Rommy.
"Kalau Tante tahu ngapain juga Tante tanya ke kamu. Kamu udah gak bisa berkelit lagi ya Rom. Tante bukan orang yang mudah kamu bohongi. Itu di belakang kamu bukannya mobil anak Tante?!" seru Mamanya Jhonny.
"Cepat katakan atau mobil sport ini Tante minta biar Jhonny sendiri yang ngambil ke rumah Tante!" ancamnya sembari menyerobot kontak mobil yang ada di tangan Rommy.
Hampir setengah jam Rommy belum masuk juga membawa berkas investasi itu. Hatinya semakin gelisah. Disusullah Rommy ke luar pakiran. Langkahnya berhenti saat melihat sendiri dengan mata kepalanya kalau yang ada dihadapannya manusia setengah macan. Rhandy melangkah mundur menyelinap di balik antrian nasabah lain.
Triitt....
Di saat genting seperti ini Jhonny datang melalui telepon.
"Hallo, Jhon kamu sekarang di mana? gawat nih gawat sekali," ungkap Rhandy dengan nada cepat.
"Apanya yang gawat? kamu lihat apaan sih terdengar gugup sekali?" tanya Jhonny.
"Hari ini Rommy lagi dihadang sama Mama kamu di parkiran," beber Rhandy.
"Terus gimana?"
"Mama kamu sama Rommy kelihatannya sedang beradu mulut. Saya tahu pasti saat ini Rommy diinvestigasi habis-habisan sama mama kamu. Kamu bisa ke sini gak? kasihan Rommy. Lagian gak enak juga sudah ditunggu kepala bagian bank," ucap Rhandy.
"Jadi maksud kamu Mama sama Rommy sedang debat di bank? kok bisa? sungguh memalukan sekali. Posisi saya saat ini tidak bisa ke TKP. Kamu bantulah Rommy. Masa kamu gak bisa mengatasi mama saya. Saya tahu kamu bisa saya andalkan," sahut Jhonny.
"Gak .. gak saya gak berani. Masalahnya Mama kamu hari ini lagi meraung bagaikan macan. Kamu ajalah anaknya," bantah Rhandy.
"Kamu gak kasihan sama Rommy? kalau saya misal ada di situ sudah pasti saya gak akan minta bantuan kamu," kata Jhonny sembari menyetir mobil.
"Gini aja kamu mending langsung temuin Mama biar gak panjang urusannya. Kalau kamu ditanya tinggal cari alasan dengan cara bilang ke Mama gini, Tante saya sendiri sudah lama banget lost contact sama Jhonny. Ini buktinya saja nomor saya diblokir. Setelah ngomong gitu kamu tuh tinggal nunjukin riwayat chat kamu ke aku. Kamu tenang saja setelah aku telepon kamu bakal aku blokir nomor kamu untuk sementara waktu. Kamu paham?" cetus Jhonny cerdik.
"Oke, saya akan coba. Semoga Mama kamu percaya sama ucapan aku." Rhandy memutuskan panggilan teleponnya.
Rhandy menyiapkan mental terlebih dahulu sebelum keluar bahkan dirinya sempat menetralisir kegugupan yang dia alami saat ini.
"Rommy, kamu lama banget ngambil berkasnya," kata Rhandy.
"Kamu siapa? kayak tidak asing?" Mamanya Jhonny menyipitkan mata menatap wajah yang bersemayam dibalik kacamata hitam.
"Tante lupa sama sosok sekece gini?" sahut Rhandy berlagak sok keren.
"Siapa sih Tante agak sedikit lupa. Buka dong kacamatanya," kata Mamanya Jhonny.
"Rhandy lho Tante, masa lupa sih?" lontar Rhandy melepas kacamata.
"Astaga Rhandy! kamu ternyata. Tante pikir tadi siapa? pantes jadi nadanya aja udah gak asing. Gimana kabarnya sehat kamu? Mama Papa kamu sehat juga?" lontar Mamanya Jhonny nadanya berubah menjadi pelan.
"Alhamdulillah semuanya sehat. Tante sendiri gimana? lama tak jumpa tambah awet muda saja," sahut Rhandy sembari memuji.
"Gini nih Tante akhir-akhir ini Tante lagi galau banget mikirin Jhonny yang semakin dewasa bukannya berubah malah gak karuan," beber Mamanya menggeleng kepala.
"Jhonny kenapa Tante?" tanya Rhandy.
"Jhonny kabur dari rumah gara-gara dengar perjodohan dirinya dengan anak teman Papanya. Tante jadi sedih anak satu-satunya Tante sampai saat ini belum ditemukan," ungkap Mamanya Jhonny bibirnya bergetar menahan tangis.
"Pantesan WA saya diblokir. Ternyata oh ternyata sekarang kabur," lontar Rhandy.
"Apa? WA kamu juga diblokir? kurang ajar banget tuh anak. Gak sama orang tuanya nomor telepon sahabatnya juga diblokir."
"Iya Tante. Saya terakhir contact dia pas waktu di Malaysia. Pas udah sampai di Indonesia awalnya saya mau mengabarkan jadwal tiba saya di Indonesia tapi dihubungi susah terus. Gak taunya malah diblok." Rhandy menunjukkan tanda blok di ponselnya.
"Udah ah Tante jadi pusing. Tante titip pesan ke kamu kalau kamu lihat dia di mana pun segera kabarin Tante. Kamu masih save kan nomor Tante?"
"Masih dong Tante. Siap Tante janji kalau Rhandy lihat Jhonny akan langsung calling Tante." Rhandy tersenyum dengan bibir rapat.
Mamanya Jhonny meninggalkan keduanya. Rhandy dan Rommy bisa menghela nafas.
"Untung ada kamu Rhand, kalau gak bisa-bisa digayami saya," lontar Rommy menghela nafas berat.
"Kamu tenang saja dibuat slow aja. Semuanya juga udah selesai," kata Rhandy.
"Sekali lagi terima kasih ya Rhand." Rommy menepuk Rhandy.
"Uda buruan ke atas. Gak enak juga kalau buat orang nunggu," ajak Rhandy.
Perjalanan sedari pulang dari bank mobil sport yang dinaiki keduanya ternyata diikuti oleh mobil jazz berwarna putih. Awalnya keduanya tidak menyadari. Sampai lobby hotel keduanya merasa ada yang mengganjal. Keluarlah wanita cantik berambut pirang dari mobil tersebut. Pintu lift terbuka wanita itu juga ikutan masuk lift
Kamar 143 adalah kamar yang dibooking Jhonny jauh-jauh hari. Pintu kamar terbuat dari sembarang pintu. Hanya orang tertentu yang bisa mengetahui password pintu dialah yang bisa masuk.
"Kita masuk yuk Rhand, ngantuk banget," ajak Rommy sembari memencet angka demi angka.
"Jhonny ternyata belum pulang juga. Huwaa...." Rhandy menjatuhkan badannya di sofa kamar.
Nama Jhonny terdengar jelas oleh wanita yang dari tadi menguntit. Wanita cantik itu salah satu mantan Jhonny bernama Belinda. Diantara mantan Jhonny lain dialah yang mempunyai hubungan paling lama dengan Jhonny. Jhonny sudah memutuskan Belinda akan tetapi Belinda masih saja terus mengejar Jhonny dengan tujuan tiada lain harta kekayaannya.
"Jhonny, sudah lama kita gak ketemu. Ternyata kamu bersembunyi di hotel. Tunggu saja darling saya pasti datang menemui mu," decit Belinda menginjak putung rokok.
Belinda si cewek nakal tentu tidak tinggal diam. Dia juga mengambil kamar di hotel yang sama. Walau hanya berjarak 2 kamar dari kamar Jhonny.
Jam 5 sore Rommy diminta pulang oleh istrinya. Sudah hampir seminggu Rommy tidak pulang ke rumah. Rhandy yang tertidur tidak menyadari kalau Rommy sudah pulang duluan. Hp Rhandy bergetar mendekati telinganya. Suaranya yang bising mengakibatkan tidurnya terusik.
"Siapa sih ganggu orang tidur aja?" keluh Rhandy mengucek mata.
"Selamat pagi Pak Rhandy. Pak Rhandy tolong datang ke sini secepatnya. Gudang pabrik dilalap si jago merah," lontar Sekretaris Rhandy panik.
"Apa? iya baik. Saya akan otw," sontak Rhandy tanpa cuci mukanya dirinya langsung beranjak pergi.
Rhandy yang panik lupa mengunci pintu kamar Jhonny. Waktu yang ditunggu-tunggu Belinda datang juga. Belinda menyelinap masuk. Sebelum Jhonny datang Belinda sudah berganti pakaian lingerie seksi berbaring miring di ranjang Jhonny.
Lampu hotel sengaja dimatikan supaya bisa memberi surprise untuk Jhonny.
"Astaga itu 2 orang bisa-bisanya malam gini dimatikan lampunya. Lupa atau sengaja bikin ngirit. Emang gak takut apa malam Jumat ada sesuatu?" ucap Jhonny.
Tangannya meraba ke saklar. Suasana gelap membuat Jhonny kesusahan menghidupkan lampu. 1 menit sudah lampu berhasil dinyalakan.
"Astaghfirullah! makhluk datang dari mana kamu?!" sentak Jhonny.
My darling ku sini dong mendekat. Jangan jauh-jauh gitu. Saya pingin dipeluk my darling," lontar Belinda.
"Siapa yang suruh kamu masuk?! keluar kamu dari sini atau saya telepon bagian keamanan untuk menyeret kamu!" seru Jhonny.
"Jangan galak gitu dong my darling handsome," ucap Belinda meraba bulu-bulu halus janggut Jhonny.