webnovel

BUKAN DIA TAPI AKU

Anastasia seorang artis yang sudah lama mundur dari dunia entertainment. Ia mundur karena kecelakaan yang ia alami membuat ibunya meninggal dunia. Suatu hari ia berkenalan dengan Kevin seorang pemuda yang baik hati namun memiliki penyakit kanker hati stadium akhir. Tanpa pernah saling bertukar foto , Anastasia nekad menemui Kevin . Sayang,Kevin meminta Danzel untuk menggantikan dirinya menemui Anastasia. Danzel jatuh cinta pada Anastasia. Mengira dia adalah Kevin, Anastasia pun menerima cinta Danzel. Namun, perasaan Anastasia tidak pernah merasa nyaman bersama Danzel, hingga pada akhirnya rahasia itu terbuka. Dan Anastasia pun tau siapa Kevin yang asli. Akankah Anastasia menerima Kevin dengan segala kekurangannya, ataukah dia akan meneruskan hubungannya dengan Danzel?

Rachel_Hengky · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
284 Chs

AKU MASIH DI SINI

Anastasia membuka kedua matanya dan orang pertama yang ia lihat adalah Lisa.

"Kau ini membuat khawatir semua orang," tukas Lisa yang melihatnya sudah tersadar.

"Aku di mana?" tanya Anastasia lirih.

"Maumu di mana? Di rumah sakit , tuan putri."

"Kevin ...."

Lisa tersenyum ,"Kevin baik-baik saja, dia hanya tidak boleh stres dan banyak berpikir. Kau pikir menderita kanker hati itu enak, apa lagi punya kekasih yang pemarah sepertimu, pastinya membuat hati kesal dan harus memiliki ekstra kesabaran."

Anastasia mengerucutkan bibirnya, "Kau ini hobby meledekku,Mbak."

"Kau mau terus berbaring atau mau ke kamar sebelah untuk menjenguk Kevin?" tanya Lisa geli. Anastasia hanya menghela napas, lalu perlahan ia duduk dan turun dari ranjangnya.

Lisa hanya tersenyum, ia pun segera membantu sang adik untuk turun dan berjalan menuju ke kamar sebelah tempat Kevin di rawat. Saat mereka masuk, tampak Maya dan Meta sedang duduk dan bicara di sofa, sementara Danzel sedang duduk di samping ranjang Kevin. Ketika melihat Lisa masuk bersama Anastaasia, Danzel langsung bangkit berdiri dan membiarkan Anastasia duduk di tempatnya tadi.

Suasana tegang langsung tercipta di dalam ruangan itu. Semua pandangan mata tertuju kepada Anastasia dan Kevin.

"Kenapa kau tidak jujur saja sejak awal?" tanya Anastasia perlahan sambil menggenggam jemari Kevin. Sudah tidak ada lagi kemarahan dalam intonasi suaranya.

"Maafkan aku,Sya. Aku hanya tidak mau membuatmu kembali rapuh dan terpuruk setelah kau bersamaku. Aku tidak mau memberikan harapan palsu kepadamu. Aku hanya ingin melihatmu bahagia."

Anastasia menghela napas panjang, "Kenapa sih , kalian para lelaki selalu menganggap kami perempuan ini sebagai makhluk yang begitu lemah dan mudah rapuh? Memang kami seringkali memakai perasaan kami di bandingkan dengan logika. Tapi, bukan berarti kami ini lemah dan tidak bisa menerima keadaan dan situasi yang menyedihkan. Kami juga bisa kuat dan berdiri tegar."

"Maafkan aku, tapi sumpah demi Tuhan, aku hanya ingin melihatmu dan juga sahabatku yang kurang ajar itu bahagia. Dia sudah lama tidak bisa jatuh cinta dan move on dari adikku yang sudah tidak ada. Dan kau juga begitu rapuh karena selalu menyalahkan diri atas apa yang sudah terjadi dalam hidupmu. Jadi, aku hanya ingin kalian saling melengkapi."

"Kau ini memang bodoh!" seru Danzel dan Anastasia bersamaan membuat seisi ruangan akhirnya tertawa geli.

"Maafkan aku,ya," ujar Kevin lirih.

Perlahan Anastasia bangkit dan mengecup dahi Kevin dengan lembut.

"Akan aku maafkan ,asalkan kau tidak menyuruh dia berpura-pura menjadi dirimu lagi," jawab Anastasia sambil melirik ke arah Danzel.

"Hei,kau harusnya berterima kasih kepadaku karena sudah menemani dirimu selama ini demi si bodoh ini," gerutu Danzel pura-pura marah.

"Tidak usah kau dengarkan dia,Sya. Dia hanya sedang mencari perhatian darimu," kata Kevin dengan isengnya.

Melihat ketegangan yang sudah berlalu, Maya pun bangkit berdiri dan menghampiri Anastasia. Wanita cantik itu menyentuh bahu Anastasia perlahan.

"Tante minta maaf ya, jika Kevin sudah membuatmu sakit hati," ujarnya. Anastasia mendongak dan tersenyum pada Maya. Gadis itu kemudian berdiri dan langsung memeluk Maya.

"Saya yang minta maaf, Tante. Maaf kalau siang tadi saya datang ke rumah Tante lalu marah-marah dan pergi begitu saja. Saya sudah berlaku tidak sopan," ujar Anastasia.

"Tidak apa-apa. Tante mengerti perasaanmu, jika tante yang ada di posisimu, tante juga akan marah."

"Jadi, sebenarnya siapa yang sudah memberitahumu jika aku adalah Kevin dan dia Danzel?" tanya Kevin.

Anastasia menghela napas panjang, "Steven, dia adalah lawan mainku dalam film terbaruku yang saat ini syutingnya sedang berjalan. Aku sendiri tidak tau mengapa dia melakukan hal itu. Mungkin karena dia merasa sakit hati kepadaku," jawab Anastasia.

"Steven? Urusannya apa? Ah, dia itu memang selalu membuat masalah," sahut Lisa kesal. Sebagai orang yang sudah membantu Steven merintis karir dari awal hal ini tentu saja membuat lisa kesal.

"Dia itu apa sih maunya," ujarnya lagi.

"Dia pernah menyatakan perasaannya kepadaku,Mbak. Sebelum Mbak mengingatkan bahwa dia itu sudah mempunyai istri," jawab Anastasia.

Lisa menjengit, ia merasa kesal dan geram luar biasa.

"Sebelumnya, dia pernah melakukan hal yang sama. Dia pernah mengejar- ngejar Deana pemain FTV yang sering manjadi lawan mainnya. Mereka sempat dekat, tapi, entah mengapa tak lama Deana tampak sering menghindar dari Steven. Lalu saat kau muncul dia lantas mengejar-ngejar dirimu."

"Mungkin dia ingin numpang tenar,Mbak," sahut Meta.

"Mau tenar bukan begitu caranya. Aku paling tidak suka dengan cara licik seperti yang dia lakukan itu. Aku akan menegurnya bahkan jika perlu akan memberinya SP. Silahkan saja dia menjadi production house dan management artis lain," omel Lisa.

"Tidak perlu, Mbak. Ini adalah masalah pribadi. Tidak perlu dibawa ke dalam urusan pekerjaan," sahut Anastasia.

"Iya, Nak Lisa. Biarkan saja, orang yang cintanya ditolak itu terkadang akan berbuat hal-hal yang sedikit ekstrim dan membuat malu diri sendiri sebenarnya. Kita maklumi sajalah," ujar Maya dengan bijak.

Ehem ... Eheem ...

Sontak semua mata menatap Kevin yang tiba-tiba saja berdeham.

"Ada apa,Nak?" tanya Maya.

"Hari sudah larut malam. Lebih baik Anastasia, Meta dan Mbak Lisa pulang. Anastasia harus beristirahat juga, kan? Bukan aku mau mengusir kalian. Tapi, aku rasa pihak rumah sakit pun tidak akan mengizinkan jika yang menjaga satu orang pasien sebanyak ini," ujar Kevin.

"Betul itu, kalian pulanglah. Besok, Tasya bisa kemari lagi."

Anastasia menghela napas panjang, "Sebenarnya ia masih ingin banyak bicara dengan Kevin, namun ia juga tidak ingin memaksa. Masih banyak waktu yang dapat mereka lalui bersama setelah ini.

"Baiklah,Kev. Aku pulang dulu,ya. Besok aku akan kemari lagi," tukas Anastasia, lalu gadis itupun kembali mengecup pipi Kevin kemudian mencium punggung tangan Maya.

Setelah berpamitan , ketiga gadis itupun segera pulang. Saat Lisa datang, ia menyuruh Pak Yusuf untuk membawa mobil pulang karena ia juga membawa mobil sendiri. Dan kini hanya tinggal mereka bertiga. Lisa menghela napas berkali-kali.

"Ada apa sih, Mbak? Tarik napasnya sampai begitu," komentar Anastasia.

"Aku minta maaf ya, sebenarnya ...."

"Sebenarnya, Mbak dan juga Meta sudah tau masalah ini. Dan sama seperti pacar bodohku itu, kalian berpikir jika aku tau kenyataan tentang penyakit Kevin aku akan bersedih kemudian akan jatuh terpuruk dan meninggalkan karirku, begitu kan?" sahut Anastasia memotong ucapan Lisa.

"Mbak ...."

"Aku tau kalau Mbak sangat mencintai aku, tapi aku mohon Mbak. Berhentilah memperlakukan aku seperti bayi raksasa yang harus selalu dijaga ketat. Aku bisa menjaga diriku sendiri, sebaliknya aku yang harus khawatir kepadamu."

Lisa mengerutkan dahinya , "Aku? Ada apa denganku? Rasanya aku tidak salah apa-apa," kata Lisa.

"Mbak, kapan Mbak akan lebih memperhatikan kebutuhan diri Mbak sendiri? Mbak nggak mau gitu menikah dan punya anak yang banyak. Di rumah kita itu sepi, kalau Mbak nikah dan ada anak-anak, setidaknya aku punya keponakan yang lucu yang pastinya akan membuat aku lebih senang."

"Nanti, kalau kau sudah menikah," jawab Lisa.

"Dan aku juga tidak akan menikah dengan siapapun sebelum Mbak menikah," tegas Anastasia kesal. Selalu saja begitu jawaban Lisa dari waktu ke waktu.