webnovel

Memergoki Suami dan Tunangannya

Istri Simpanan Bos

Part 10 Memergoki Suami dan Tunangannya

Di KBM Aplikasi sudah sampai part 12

"Jadi, kamu sekarang sugar baby?" Daisy terbelalak. Gadis itu menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"Ish, gak lah! Apa sih yang ada di otak kamu itu." Lara menyetuh kening Daisy dengan telunjuknya. "Tapi intinya emang dua wanita setan itu menjualku. Huh." Lara menghembuskan napas dendam.

"Tega banget sih. Lalu kamu sekarang tinggal di mana? Ngekos?"

Lara mengangguk. "Iya. Gak jauh dari tempat kerja." Ia berbohong. Menutupi fakta bahwa ia adalah istri pemilik perusahaan tempat mereka bekerja.

Kedua sahabat itu bercerita sampai hampir tiga jam, setelah capek, mereka memutuskan untuk pergi ke salah satu mall yang tidak jauh dari kosan Daisy. Kebetulan hari ini mereka libur nasional, dan bertepatan dengan penerimaan gaji, jadi kedua gadis itu akan membeli beberapa pakaian dan barang-barang kebutuhan wanita.

Sesampainya di mall, Lara terlebih dahulu mengajak masuk ke salah satu distro. Ia melihat dasi yang warnanya cocok dengan salah satu kemeja suaminya.

"Kamu ngapain beli dasi?" Daisy menatap keheranan. Ia tidak pernah atau belum mendengar Lara mempunyai kekasih, tapi gadis itu membeli dasi.

"Oh, buat ayah. Sebentar lagi ulang tahun." Lagi-lagi ia berbohong.

Setelah mendapatkan apa yang ia mau, Lara mengajak Daisy untuk keliling mall mencari sesuatu yang bisa mereka beli. Harga sebuah dasi saja separuh gajinya sebulan, untung saja Xander memberikannya kartu kredit yang limitnya tak terbatas. Jadi ia bisa membeli sesuka hati barang-barang yang dibutuhkan.

Lara sibuk memilih salah satu parfum, ia mencium setiap aroma sample di toko tersebut. Karena ia sudah menikah, maka Lara akan mengganti parfumnya menjadi wangi yang lebih elegan.

"Eh, itu bukannya Bos Xander?" Daisy melihat ke luar toko. Ada sesosok tubuh tegap dan tampan yang tengah lewat di depan toko parfum.

"Mana?" Seketika Lara menoleh. Pandangannya mengikuti arah yabg ditunjuk Daisy.

Benar. Itu Xander, suaminya. Tapi siapa wanita yang menggandeng tangan lelaki itu? Lara meletakkan botol parfum kembali ke tempatnya, ia segera berlari keluar dari toko itu dan mengikuti langkah Xander.

"Kamu ngapain?" Daisy ikut berlari di samping Lara. "Mau ngejar Bos Xander?"

Lara diam tidak menjawab. Tatapanya fokus ke arah Xander yang masuk ke salah satu toko perhiasan berlian. Lelaki itu tampak memilih perhiasan bersama wanita yang memeluk erat lengannya.

Tadi, Xander pamitan pada Lara untuk pulang ke rumah karena ada urusan penting. Tapi lelaki itu tidak mengatakan urusan apa. Dan Lara juga tidak bertanya, ia percaya sepenuhnya dengan Xander.

"Cantik banget wanita yang bersama Bos Xander." Daisy memuji wanita itu. Body yang sempurna, kulit putih mulus dan wajah cantik membuat wanita itu cocok bersanding dengan Xander. "Lihat, deh! Sepertinya mereka sedang memilih perhiasan."

Lara melihat Xander menunjuk salah satu cincin, kemudian wanita itu memakainya. Hati Lara menjerit. Cemburu merasuk ke dalam hati. Ia mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Xander.

[Kamu di mana?] Send.

Terlihat Xander tengah mengetik sesuatu di layar ponsel tersebut.

[Di rumah. Kenapa?]

Bohong. Lara ingin meneriakan itu. Tapi suaranya tercekat dan tidak bisa keluar dari tenggorokan.

[Oh, ya udah. Selamat bersenang-senang bersama keluarga.]

[Kamu jadi ketemu Daisy?]

Lara menatap Xander yang tampak menunggu balasan pesan. Wanita di sebelahnya sedang memilih sebuah kalung dan dicobanya berkali-kali, tapi tidak ada yang cocok.

[Lara sayang.]

Sebuah pesan masuk lagi ke ponsel Lara.

[Jadi. Ya sudah kamu teruskan saja.]

Gadis itu memasukan ponselnya ke dalam tas. Ia masih melihat suaminya dan wanita itu yang sekarang memilih anting. Xander tampak membantu memakaikan anting tersebut.

"Lara, kamu kenapa?" Daisy melihat sahabatnya berurai air mata. "Kamu gak lagi cemburu sama Bos Xander, kan?"

Lara menoleh. "Istri mana yang tidak cemburu melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain?" Ia menatap Daisy.

"Hah? Maksud kamu?" Daisy tampak terkejut mendengar perkataan Lara.

Lara segera sadar ia telah kelepasan bicara. Lalu diusapnya air mata yang turun ke pipi. "Ah, aku baper karena semalam menonton film tentang perselingkuhan. Lalu melihat Pak Xander jadi menduga itu selingkuhannya." Lara berusaha membuat alasan. Tidak logis sebenarnya, tapi anehnya Daisy percaya. Gadis itu tampak menganggukan kepala.

Lara menekan dalam rasa cemburunya. Ia harus meminta penjelasan nanti kepada Xander tentang kejadian ini.

**

"Kamu bohong, Leo!" Lara menatap suaminya. Gadis itu terus saja menangis ketika teringat dengan yang ia lihat kemarin di mall.

"Kamu ...."

"Ya. Aku tahu kamu kemarin ke mall bersama wanita. Kalian mesra bergandengan tangan, memilih perhiasan." Lara kembali menumpahkan tangisnya. "Kenapa harus bohong? Apa yang kamu rencanakan?"

Xander menjambak rambutnya. Berharap kalau masalah ini cepat akan selesai tanpa menyakiti Lara. Tapi, tidak bisa. Gadis yang ia cintai sudah melihat kenyataan yang sebenarnya.

"Dia Erika." Akhirnya Xander berkata jujur. "Ada sesuatu yang membuatku gak bisa menolak permintaan papa dan mama."

"Kalau begitu kenapa menikahi aku? Apa kamu kira semua wanita bisa kamu miliki lalu dicampakkan setelah ada yang baru?"

"Lara, aku gak berniat mencampakkan kamu. Sama sekali gak pernah ada niatan itu."

"Lalu kenapa? Kamu harus menjelaskan, setidaknya beri aku alasan kenapa kamu melakukan ini."

Xander mengambil air putih, ia meneguknya dan mulai bercerita.

**

Satu sayatan berhasil melubangi pinggang Leo. Dokter itu akan mengambil ginjal Leo ketika ia sudah lemas tak bertenaga karena pengaruh obat bius dan pukulam bertubi-tubi dari Bos Besar dan anak buahnya. Leo berdoa dalam hati, semoga ada yang menyelamatkannya.

Saat itu, salah satu anak yang akan mereka ambil organnya tiba-tiba masuk. Anak itu menyerang semua yang ada di sana dan melepaskan Leo. Dengan dibalut sembarangan pinggangnya, Leo dan anak itu berlari menjauh dari ruangan operasi.

"Di sana!" Salah seorang anak buah Bos Besar berteriak melihat lelehan darah yang terus keluar dari pinggang Leo.

Ia tertangkap di bagian belakang tempat itu. Dan anak yang menyelamatkannya tadi tertembak di dada dan mati seketika. Leo sempat mendengar permohonan anak itu, untuk membalas dendam dengan orang-orang yang menyakiti mereka di dalam. Dan ia setuju. Senyum mengiringi kepergian anak itu ke surga.

Leo mengambil kayu dan membabi buta menyerang orang-orang yang mengeroyoknya. Ia tidak tahu dari mana asalnya, sebuah cairan menyiram tubuh dan wajah Leo sebelah kiri. Seketika rasa sakit yang amat sangat lelaki itu rasakan.

Air keras. Ya, Leo disiram air keras oleh Bos Besar. Ia berteriak kesakitan sambil memegang separuh wajahnya. Setelah itu, Leo jatuh ke tanah.

Ketika matanya hendak tertutup, sekilas ia melihat ada gerombolan orang yang menyergap Bos Besar dan anak buahnya. Lalu semuanya gelap.

Ketika bangun, Leo sudah berada di sebuah rumah dengan perawatan dokter pribadi. Ia dinyatakan cacat karena siraman air itu.

**

"Jadi karena itu wajah kamu berubah?" tanya Lara.

"Iya. Dan semua biaya operasi plastik lima kali, juga penggantian identitas dibiyayai orang tua angkatku. Mereka sudah berbaik hati memberikan aku kehidupan baru, hingga sampai di titik ini. Jadi, aku tidak sanggup menolak permintaan mereka." Xander menatap Lara dengan wajah bersalah.

Lara mengusap air matanya. "Apa kamu tetap akan menikahi Erika?"

Xander menunduk. "Maaf."