Cling, cling, cling.
Seketika aku menoleh ke atas dan ternyata ada lonceng kecil di atas pintu yang akan berbunyi saat pintu dibuka atau ditutup untuk menandakan ada orang yang masuk atau keluar.
"Sangat klasik sekali," pikirku.
"Selamat datang," seorang kakek tua menyambut kedatanganku dengan senyumnya yang menyenangkan. Aku membalas dengan senyum kecil.
"Ada yang bisa kakek bantu?" tanya kakek itu. "Sudah lama sekali toko ini kedatangan pengunjung seorang gadis muda seperti kamu. Hahaha..." lanjut sang kakek sambil tertawa renyah.
"Aku ingin melihat-lihat dulu Kek," jawabku sambil tersenyum.
"Baiklah, kalau butuh bantuan jangan sungkan untuk minta bantuan," balas kakek itu. Aku membalas dengan anggukan kecil sambil berlalu menuju rak-rak boneka yang tersusun rapi.
Di dalam toko ini terdapat banyak sekali boneka dengan ragam ukuran, bentuk, warna, dan bahan yang bervariasi dan semuanya terlihat bersih dan terawat. Ada delapan rak yang tersusun di tengah ruangan yang dibagi menjadi dua baris. Tiap rak terdiri dari tiga tingkat dan ada juga yang dua tingkat, disesuaikan dengan ukuran dari boneka yang disusun disana. Selain itu, ada juga boneka yang diletakkan di dinding-dinding toko dan ada juga yang memiliki tempat khusus.
Toko boneka ini memiliki pencahayaan yang tidak terlalu terang, sehingga ada beberapa bagian yang terlihat gelap dan agak lembab. Aku agak merinding saat melewati bagian yang agak gelap karena aku tidak suka dengan suasana yang sering aku lihat di film horror.
Sudah hampir 30 menit aku melihat-lihat rak boneka di toko itu tetapi masih belum ada yang membuatku tertarik untuk membeli satu pun. Selama aku melewati rak-rak boneka disana, aku merasa seperti ada yang mengawasiku.
Zzz, zzz, zzz.
Getar ponsel mengagetkanku. Kulihat ibu mengirim pesan agar aku segera berkumpul kembali karena Mas Andi telah menemukan piano yang ingin dibeli dan ibu dan ayah akan kesana untuk membelikannya.
Aku bergegas menuju pintu keluar melewati lorong-lorong rak boneka. Saat di tengah perjalanan, aku melihat sebuah boneka beruang berwarna biru muda berukuran sedang yang terlihat sangat menarik bagiku. Boneka itu ditempatkan di lemari kaca khusus dengan tiang-tiang penyangga kayu dengan ukiran yang indah dan terdapat tulisan "Blue Bear" di atasnya dengan pintu lemari yang agak terbuka. Lemari kaca itu letaknya di salah satu sudut toko dan terpisah dari lemari boneka lainnya.
Perlahan aku mendekati lemari itu dan membukanya. Kulihat boneka itu seolah memanggilku untuk membawanya bersamaku. Aku ambil boneka itu, kulihat setiap detailnya dan boneka beruang itu benar-benar sangat bagus. Boneka itu memiliki bulu yang lembut, mata dan hidung yang mungil, dan ada bordiran hati berwarna merah di dadanya.
"Mengapa boneka sebagus ini diletakkan di pojok ruangan?" pikirku.
Tiba-tiba aku teringat pesan ibu. Aku pun bergegas menuju kakek penjaga toko untuk membayar boneka beruang biru muda yang aku temukan.
***