webnovel

Black Jasmine

Grietta adalah seorang pengidap kanker hati stadium C seakan lelah karena masih saja bernafas, membuatnya melakukan percobaan bunuh diri beberapa kali dan malangnya selalu gagal hingga dia bertemu seorang pria yang membuatnya melupakan obsesinya untuk bunuh diri akan tetapi dia tidak tau siapa pria yang dicintainya kini, pria dengan kepribadian yang hangat dimatanya tapi dalam sekejap mata menjadi sosok yang sama sekali tidak dikenalnya, apakah keputusan grietta mengenai kisahnya? bisakah dia menerima semua kemungkinan yang akan terjadi??

pandita15 · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
29 Chs

Bagian 25 : Tamu tak Diundang...

"sayang bangun,," grietta menepuk pipi arial perlahan, arial pun hanya menggeram, merasa kekasihnya itu tidak bangun, grietta kembali menepuk pipi arial guna membangunkan pria itu akan tetapi jawaban yang di dapat hanyalah erangan sang kekasih,

grietta pun memutar bola matanya bosan, waktu sudah menunjukan pukul 12 siang, dan perutnya sudah meronta ingin diberi makan,semalam mereka pulang hampir mendekati subuh, karena terlalu asyik jalan-jalan hingga lupa waktu dan alhasil mereka berdua bangun saat matahari sudah meninggi

kembali pada arial yang masih berada di alam mimpinya, grietta pun masih menepuk pipi arial perlahan dirasa terlalu pelan ia pun mencubit pipi arial, merasa ada yang menarik pipinya arial pun mengerang sambil membuka matanya perlahan, dia menerjapkannya beberapa kali dan dilihatnya grietta sudah memasang wajah yang kesal tapi masih terlihat cantik dimata arial

"good morning beautiful.." sapa arial

grietta menampilkan senyuman kesalnya "good afternoon sayang" balasnya

mendengar balasan dari grietta arial pun hanya menampilkan cengirannya, lalu diraihnya tangan yang mencubit pipinya itu dan mengecupnya, kemudaian arial bangkit dan mendudukan dirinya di sandaran ranjang

"apa aku membuat kesalahan hingga kau menampilkan wajah kesalmu?" tanya arial

grietta kembali memutar bola matanya bosan "sayang aku lapar!!!!! cepet bangun terus mandi lalu pergi makan!" grietta tanpa basa-basi pun mengatakan kekesalannya terhadap pria itu

dan mendengar itu arial pun langsung beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi, ia tau betul grietta tidak akan menghilangkan kekesalannya kalau perutnya masih belum terisi

ia berusaha bergerak secepat kilat karena tidak mau menjadi korban kelaparan grietta, dia pun keluar kamar mandi menggunakan boxer yang tadi ia pakai, rambutnya basah, bola mata grietta mengikuti gerak gerik arial,tangannya bersindekap di depan dada, wajahnya benar-benar kesal karena lapar,

bukannya grietta tidak bisa memesan makanan sendiri, tapi ia juga memikirkan arial, takut kalau saja arial telat makan dan bisa terkena maag, jadi ia memutuskan untuk membangunkan arial dan pergi makan siang bersama

setelah sekitar 20 menit grietta hanya memandangi kekasihnya itu bersiap-siap akhirnya arial pun mengulurkan tangannya "ayo kita pergi makan siang" katanya, grietta hanya menghela nafasnya kasar lalu menerima uluran tangan arial dan mereka pun akhirnya pergi untuk makan siang

arial dan grietta kini tengah berada di restoran hotel tersebut ingin arial pergi ke restoran yang berada di luar hotel akan tetapi ia tak bisa melakukan itu karena mood grietta sudah sangat buruk karena ia tengah kelaparan,

setelah memesan arial menatap grietta yang masih saja kesal karena arial tak kunjung bangun ketika perutnya tengah kelaparan, berkali-kali ia menghela nafasnya kasar bola matanya melirik kesana kemari guna mengalihkan segala kekesalannya pada arial

tak lama pelayan membawakan steak pesanan mereka, dan seketika grietta pun langsung melahap steak yang sudah tersedia di depan matanya, ia tak lagi kesal karena makanan kesukaannya sudah datang, arial pun sesekali menatap grietta, ia tersenyum melihat wajah gemas grietta saat melahap steak tersebut

memang benar wanita kalau lapar memang sangat mengerikan, arial pun berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan grietta kelaparan lagi, karena ia cukup takut dengan segala perilaku grietta kalau ia sedang kelaparan

grietta pun melahap habis makanan yang ada di piringnya, begitu pun juga arial, setelah itu mereka masih diam tapi arial bisa merasakan aura grietta sedikit berbeda, kali ini tidak ada aura hitam yang mengelilingi mereka

"ekhem" arial pun mencoba memulai pembicaraan, grietta pun menoleh kearah arial,

"ya?" balasnya

"masih marah?"

grietta menggeleng "aku sudah kenyang jadi udah gak marah lagi" katanya sambil mengambil pil organizer yang ada di dalam tasnya

"habis ini kita kemana?" tanya arial

"terserah kamu aja, tapi kayaknya belanja aja deh, aku mau cari tas,sepatu dan sebagainya" kata grietta

arial mengangguk lalu memperhatikan grietta yang kini tengah meminum obatnya, lalu sebuah tepukan bahu membuat arial menoleh kebelakang

"kau?!" ucap arial yang menatap orang tersebut dengan kaget

"ayah tidak tau kau sedang berada di vegas" darius pun menatap arial dengan senyuman tanpa dosa yang tercetak di wajahnya

"ayah????" grietta pun sontak berdiri

"oh hei, kau tidak pernah cerita kalau sudah punya kekasih, halo, saya darius abimanyu ayahnya arial" darius pun mengulurkan tangannya dan disambut oleh grietta

"saya grietta om, arial sama sekali belum pernah cerita tentang om"

"arial memang begitu, kadang dia memang suka melupakan om" kata darius yang melirik kearah arial dan membuat arial memutar bola matanya jengah

"apa om boleh bergabung"

"oh silahkan duduk om, om sudah makan?" tanya grietta

"sudah, om akan memesan kopi saja, grietta mau atau arial mungkin?"

"grietta gak usah om, saya baru minum obat, arial saja"

darius mengangguk mengerti lalu ia memanggil pelayan dan memesan 2 coffee latte, tak lama kemudian pesanan pun datang, arial masih menatap ayahnya itu penuh selidik,

"sedang apa kaa...ah ayah kemari?" tanya arial

"hanya urusan bisnis, dan kau sedang apa di sini?"

"hanya liburan dengan grietta karena 2 hari lagi ia akan kembali ke indonesia" jawab arial

"oh grietta tinggal di indonesia?"

"iya om, saya sebenarnya hanya sedang liburan di san francisco tapi sebuah kebetulan membuat saya bertemu dengan arial dan kami pun memutuskan untuk bersama"

darius mengangguk mengerti, dia tersenyum dalam hati ternyata anak sahabatnya itu lebih cantik kalau di lihat langsung dari pada di foto pantas saja arial jatuh cinta padanya

"hmm begitu ya, lalu arial kenapa tidak cerita dengan ayah kalau kau punya kekasih?"

"bukankah kita jarang bertemu dan sepertinya ayah memang terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga tak pernah memperhatikan ku, bukankah begitu?" jawaban menohok arial membuat darius ingin mengumpati putranya itu

"bukankah aku bekerja juga demi kau,ibu dan adikmu?"

"adik??" grietta pun kembali tersentak dengan kata-kata darius, bahkan arial tidak pernah cerita kalau ia mempunyai adik

"arial tidak cerita???"

grietta menggeleng lalu menatap arial dengan perasaan yang campur aduk

"wahh arial kau itu bagaimana, kenapa tidak cerita, apa kau hanya ingin bermain-main saja?? hmm ayah tidak habis pikir dengan mu yal"

arial melirik sinis pada ayahnya, kalau saja tidak ada grietta maka ia sudah beradu jotos dengan ayahnya itu

"arial punya adik namanya rena, dia masih smu kelas 3 mungkin ia belum berencana untuk bercerita karena hubungan kalian masih baru, jadi jangan terlalu di pikirkan nak grietta"

grietta mengangguk mengerti, tapi masih banyak pertanyaan yang masih berputar di kepalanya, ingin mencoba mengabaikannya tapi tetap tidak bisa, kenapa begitu banyak yang belum di ceritakan arial padanya

"griet, jangan terlalu di pikirkan, percayalah arial adalah pria yang baik, tapi mungkin butuh waktu untuknya mengatakan semua tentang keluarganya, tapi om senang bisa bertemu grietta" darius mengatakan hal tersebut demi menengangkan grietta, ia tau benar alasan arial yang tidak bercerita mengenai keluarga mereka,

darius mengatakan ini setidaknya pada saat arial jujur tentang dirinya tidaklah terlalu sakit untuk grietta nantinya,

dalam hati kecil darius ia menginginkan anaknya bisa punya kehidupan yang normal seperti pria seumurannya, tapi dendam yang membuat darius menjadikan alatnya untuk melakukan semuanya

"jangan sekali pun meremehkan wanita yang sedang lapar,karena bisa saja mereka berubah menjadi monster yang lebih mengerikan dibandingkan zombie saat mereka lapar"

-Arial Abimanyu