webnovel

Salah Sekali

Saat pagi datang, Aileen dan orang tuanya telah siap untuk menikmati hidangan makan paginya, pada akhirnya Aileen tidak mampu meraih alam mimpi sama sekali sehingga sekarang matanya terasa sangat sulit untuk terbuka.

"Permisi"

Ketiganya menoleh dan melihat mbak rumah yang menghampiri.

"Ada apa ?"

Tanya Karin, mbak rumah mengatakan jika di luar ada Rasya tertidur di kursi, sebenarnya sejak langit masih gelap tadi mbak sudah melihatnya hanya saja tidak berani mengganggunya.

Karin melirik Aileen, tentu saja Karin bisa melihat mata lelah Aileen yang memang kurang istirahat, dan penyebabnya pasti Rasya juga.

"Kenapa lihat Aileen seperti itu ?"

"Ada apa masalah apa kalian, selesaikan secara dewasa bukan seperti itu"

Aileen berpaling, Karin saja yang temui Rasya disana karena Aileen masih sangat malas untuk melihat Rasya, dan mungkin tidak akan pernah mau untuk melihatnya lagi.

"Bangun kamu, temui Rasya sekarang juga jangan menyiksa anak orang seperti itu"

Aileen mengangkat kedua bahunya sekilas, malas sekali dan Aileen tidak akan pernah mau dipaksa untuk hal apa pun juga, termasuk untuk menemui Rasya saat ini.

"Aileen"

"Gak mau mamah, Aileen mending masuk kamar lagi saja dari pada harus keluar, bibi suruh pulang saja dia siram kalau perlu"

Ucap Aileen seraya berlalu pergi meninggalkan mereka bertiga, Karin berulang kali memanggilnya tapi tak diindahkan Aileen sama sekali.

"Ya Tuhan, kenapa seperti itu sikapnya, ada masalah apa mereka berdua"

Ucap Karin pelan, bagaimana caranya untuk bisa mengurangi sikap kerasnya itu, kenapa masih sama saja sampai sekarang.

"Ya sudah, kamu saja temui Rasya, bangunkan dia dan suruh masuk kalau memang tidak mau pulang, biarkan saja nanti Aileen pasti lapar dan akan kembali turun"

Karin mengangguk dan turutp pergi dari tempatnya, mbak juga turut pamit dari hadapan Tio karena memang masih harus mengerjakan pekerjaan lainnya.

Tio menggeleng dan memilih untuk lebih dulu menikmati hidangannya, tidak ada banyak waktu karena Tio masih harus ke Kantor pagi ini.

Karin pasti mampu mengatasinya, wanita itu hanya harus jadi penengah untuk Aileen dan Rasya saat mereka bertemu nanti.

Karin menepuk pipi Rasya perlahan, sentuhan itu pastu mampu untuk mengusik tidur Rasya aat ini.

Kasihansekali lelaki itu keala harus tidur di luar seperti saat ini, wajahnya terasa sangat dingin mungkin sudah semalaman Raysa ada di luar rumah seperti itu.

"Rasya"

Panggilnya pelan, perlahan dua mata itu terbuka melihat langit yang telah brubah terang saat ini.

Rasya kaget melihat Krin ada di hadapannya, dengan kesadaran yang masih belum terkumpul seluruhnya, Rasya bangkit dan berusaha sesopan mungkin pada Karin.

"Sejak kapan kamu disini ?"

Rasya menggeleng biarkan saja Karin tidak perlu tahu tentang itu, perihal itu biar menjadi urusan Rasya saja.

"Ayo masuk, kamu pasti kedinginan kan sekarang ?"

"Aileen dimana tante ?"

"Aileen di kamar, mungkin sebentar lagi keluar"

"Ya sudah, aku tunggu Aileen disini saja, nanti kalau tante masuk tolong beri tahu Aileen kalau aku disini"

"Kamu masuk saja sekarang ayo, kita sarapan sama-sama kamu sudah kedinginan jangan sampai masuk angin"

"Tidak usah tante, aku disini saja gak apa-apa yang penting nanti Aileen mau menemui aku disni"

"Ada masalah apa kalian, kenapa harus sampai seperti itu ?"

Rasya sedikit tersenyum dan menunduk untuk beberapa saat, Rasya ingin memperbaikinya sekarang entah untuk hal apa pun juga, biarkan itu menjadi privasi Aileen dan Rasya saja.

"Baikah, tante tidak akan ikut campur tapi sekarang kamu tetap harus masuk, kita sarapan sama-sama karena kalau tidak berarti kamu sengaja membuat om marah sama tante"

Rasya diam, tapi Rasya tidak ingin masuk, kalau Aileen keluar nanti dan harus melihat Rasya, mungkin saja Aileen akan meluapakan amarahnya di depan Karin juga Tio.

Tentu saja Rasya tidak inginkan itu sama sekali, Rasya ingin keadaannya membaik bukan memburuk.

"Rasya, sampai kapan akan diam terus seperti itu, kamu tidak dengaekan tante bicara sejak tadi ?"

"Dengar tante, tapi biarkan saja aku menunggu disini, tolong kasih tahu Aileen kalau menunggunya disini"

Karin menghembuskan nafasnya sekaligus, baiklah kalau memang seperti itu keinginannya, yang terpenting Karin sudah mengajak Rasya untuk Masuk, dan selebihnya biarkan menjadi urusan Rasya dan Aileen saja.

"Ya sudah kamu tunggu, nanti bibi bawakan teh hangat untuk kamu"

"Terimakasih"

Karin mengangguk dan berlalu meninggalkan Rasya disana, biarkan saja karena untuk memaksa pun Karin tidak bisa, Rasya bisa memilih pilihannya sendiri dan mungkin memang itu yang terbaiknya.

"Mana, kenapa tidak ikut ?"

"Rasya gak mau, katanya mau nunggu Aileen keluar saja disana"

"Aileen mana mau keluar, dia lagi marah kaya gitu"

"Ya mau gimana, mamah juga tidak enak untuk memaksanya"

Tio mengangguk, baiklah terserah saja kalau memang seperti itu keadaannya, Tio hanya berharap agar semuanya segera membaik saja.

"Bibi"

Teriak Karin, tak lama yang dipanggil pun datang menghampiri.

"Iya"

"Bawakan teh hangat sama makanan untuk Rasya di luar, simpan saja di meja mungkin Rasya mau menikmatinya nanti"

"Baik"

Karin memgangguk, setelah makan nanti Karin akan menemui Aileen dan memintanya untuk menemui Rasya disana.

Buruk sekali sikap Aileen kalau seperti itu, bisa sekali Aileen mengabaikan Rasya sampai membuatnya tertidur di luar seperti itu.

Bagaimana kalau Rasya sampai sakit dan Aileen akan disalahkan oleh kedua orang tua Rasya nanti, pasti Aileen juga yang bingung dan akhirnya akan sedih sendiri dengan kelakukannya itu.

"Ya udah mamah makan"

"Iya ini mau"

Tio mengangguk, keduanya lantas menikamti sarapannya berdua saja karena Aileen yang tidak kembali lagi.

Karin menoleh melihat mbak rumahnya yang membawakan makan dan minum di nampan, bagus sekali Karin suka dengan kerjanya yang cepat.

Makanan dan minuman itu benar-benar di berikan pada Rasya disana, Rasya jadi bingung sendiri untuk menerimanya.

"Tidak perlu bi"

"Tidak apa, ini ibu yang suruh"

Ucapnya seraya menyimpan sajiannya di meja, Rasya menggaruk kepalanya yang tak gatal, malu rasanya dengan perlakuan itu.

"Silahkan dinikmati"

"Terimakasih bi"

"Sama-sama, permisi"

"Bi tunggu, apa Aileen sudah keluar kamar ?"

"Tadi sudah, tapi saat tahu kalau den Rasya ada disini jadinya malah masuk lagi ke kamar"

"Ke kamar lagi, berarti Aileen tidak sarapan ?"

"Tidak"

Rasya berpaling, kenapa harus seperti itu, pantas saja Karin menerka kalau mereka memang sedang bermasalah, rupanya sikap Aileen yang turut menejelaskan tentang itu.

"Ya udah bi, makasih ya"

"Sama-sama, permisi"

Rasya mengangguk dan membiarkannya pergi, Rasya mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Aileen disana.

Tidak mungkin jika Rasya masuk dan memaksa untuk menemui Aileen di kamar.