webnovel

Lalu Kenapa ?

"Kalau gitu langsung pulang saja ya"

"Kenapa sih, baru juga sampai ?"

"Ya mau apa lagi kan semua udah selesai, makan juga udah selesai dan sekarang udah sampai di rumah lagi kan ?"

"Ya iya, tapi kan baru juga sampai, minum dulu atau apa dulu"

Rasya mengangkat kedua alisnya, kenapa Tama justru menghalanginya seperti itu, bisa juga tidak seperti itu.

"Cewek tadi"

Rasya mengernyit, cewek tadi .... cewek tadi Indri .... cewek tadi Putri, Rasya berpaling sesaat lantas duduk di hadapan Tama.

"Kenapa dengan cewek tadi, kenal ?"

"Lupa"

"Terus ngapain dibahas, ingat-ingat dulu baru nanya"

"Ya nanya biar ingat"

"Ya apa yang bisa aku ingatkan, yang punya masa lalu kan kalian berdua"

Tama diam, masa lalu tapi siapa wanita itu, sepertinya Tama memang mengenalnya tapi tidak ingat siapa dia.

"Mantan kali, mantan paling dibenci jadinya terlupakan begitu saja"

"Mana ada"

"Mana ada apa ?"

"Mantan"

"Ya kalau bukan mantan, mungkin gebetan, gebetan yang gagal didapatkan makanya memilih untuk melupakan"

Tama diam, apa benar seperti itu, tapi mana mungkin Tama sampai selupa ini jika memang dia adalah gebetannya.

Tama mengingat semua wanita yang pernah didekatinya dan yang pernah mendekatinya dulu, rasanya tidak pernah ada Indri diantara para wanita itu karena sekarang Tama memangn tidak mengingat apa pun juga.

"Mikir apa ?"

"Apa, gak tahu juga"

Rasya berdecak dan menggeleng, aneh sekali bagaimana bisa seperti itu, mungkin saja Tama memang tidak mengenalnya dan mungkin hanya perasaan Tama saja pernah mengenal Indri.

"Atau ...."

Ucap Rasya menggantung kalimatnya, tatapan Rasya begitu lekat pada Tama, dan itu cukup membuat Tama bingung.

"Atau apa ?"

"Atau kamu naksir sama dia dan sekarang kamu sedang cari kesempatan untuk cari informasi tentangnya, iya kan .... cinta pada pandangan pertama, tepat sekali"

Ucap Rasya seraya memetik jemarinya hingga menimbulkan suara, Tama mengusap tengkuknya bingung, apa benar seperti itu kebenarannya.

"Benar kan, ngaku saja sudah gak usah banyak basa basi busuk, mau apa .... mau dibantu, oke tenang saja nanti aku pertemukan lagi kalian"

"Apaan sih, nyerocos aja kaya cewek"

"Biar saja memang apa masalahnya, lagi pula untuk apa sih seperti ini, kenapa gak langsung saja ke benang merahnya ?"

"Benang merah benang merah, apa benang merah, mau jahit kolor ?"

Rasya tersenyum dan menggeleng, keduanya sama-sama terdiam bergelut dengan fikirannya masing-masing.

Tama merasa heran kenapa tadi wanita itu begitu yakin jika mengenal dirinya, tapi kenapa Tama justru melupakannya, Tama tidak mengingatnya sama sekali.

"Awas sakit kepala"

"Ya enggaklah, kenapa juga harus sampai sakit kepala ?"

"Ya karena terlalu berfikir keras, makanya bisa saja jadi sakit kepala kan"

Tama mengangkat kedua bahunya sekilas, entahlah yang jelas sekarang Tama hanya ingin mengingat wanita itu, mengingat apa benar mereka pernah saling mengenal di masa lalu.

***

"Tam, ada tamu nih"

Ucap Rasya, Indri masih saya memperhatikan Tama dan sepertinya memang tidak salah sama sekali.

Tama menoleh dan mengangguk, Rasya lantas duduk dan membiarkan mereka berbicara.

"Siapa ?"

Tanya Tama, Indri mengangkat kedua bahunya sekilas, kenapa seperti itu atau mungkin Indri yang telah salah saat ini.

"Ada apa ?"

Indri menggeleng, ada apa karena Indri juga tidak tahu ada apa sekarang, Tama melirik Rasya dan menggerakan sedikit kepalanya untuk bertanya siapa dan ada apa.

"Perhatikan dulu, dia saja kenal sama kamu"

Ucap Rasya, Tama kembali melirik Indri, apa benar tapi rasanya Tama tidak mengenalnya sama sekali.

Indri berpaling sesaat, kenapa harus menatap Indri seperti itu, apa benar Indri telah salah mengenali.

"Kenapa kamu diam saja, kamu tidak berniat untuk memperkenalkan kamu sendiri ?"

"Hah ...."

Indri mendadak tidak tahu harus berkata apa, keyakinan yang tadi sempat ada dan terasa kuat itu, sekarang telah berkurang dan nyaris menghilang.

"Sya, katanya dia salah orang"

Ucap Tama yang kembali melirik Rasya, Rasya menggeleng, mana Rasya tahu lagi pula Indri sendiri yang berekspresi seperti mengenali Tama.

"Aku permisi saja, mungkin benar aku sudah salah orang sekarang"

Ucap Indri yang kemudian berlalu begitu saja meninggalkan keduanya, Rasya dan Tama menatapnya bersamaan, sesaat kemudian Rasya melirik Tama yang masih saja bertahan dalam tatapannya itu.

"Jangan pura-pura atau nanti menyesal"

Tama menoleh dan mengernyit, lalu harus seperti apa Tama jika memang Indri saja tidak mau memperkenalkan diri padanya.

"Lanjutkan makan, mau sampai kapan disini ?"

Tama kembali duduk dan kembali melahap makanannya itu, Tama memang belum merasa puas melahapnya jadi mana mungkin Tama akan meninggalkannya.

***

"Aduh .... udahlah kalau mau melamun sendiri saja, kalau memang sudah ingat dan mau kembali ketemu, tinggal telepon saja nanti aku bantu kalian bertemu"

Tama tak merespon, apa bisa semudah itu, Tama juga tidak tahu akan mengingatnya atau tidak, dan mungkin meski tidak mengingatnya pun Tama akan mau untuk bertemu dengan Indri lagi.

"Woy ah"

Rasya menggebrak meja di hadapanya dan tentu saja itu membuat Tama tersentak, apa yang dilakukan Rasya kenapa harus mengagetkannya seperti itu.

"Mau aku telepon sekarang orangnya ?"

"Untuk apa sih, lagian memangnya aku bicara apa, dari,tadi juga diam saja"

"Ya makanya itu, mungkin saja memang mau dipertemukan lagi, gak susah kok dia pasti mau saja ketemu sama kamu"

"Kenapa yakin banget ?"

"Ya bisa saja dia jjga hanya sok kenal sama kamu, demi bisa mengenal kamu juga, dan bisa juga kan dia sudah mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama sama kamu"

Tama justru tertawa mendengar kalimat panjang dari Rasya, kenapa bisa Rasya berfikir seperti itu dan lagi apa harus sampai seperti itu juga.

"Ah ribet ah, sebentar biar aku telepon saja orangnya"

Rasya lantas mengeluarkan ponselnya, tapi bersamaan dengan itu panggilan masuk pun datang begitu saja.

Rasya mengernyit mendapatkan panggilan dari Marsya, untuk apa lagi wanita itu mengganggu Rasya, setelah semua yang dilakukan dan dikatakannya, masih berani saja Marsya mengganggunya sekarang.

"Siapa tuh, Indri ya ?"

Rasya menoleh dan sedikit menatapnya kesal, berarti memang benar jika Tama ingin Rasya menghubungi Indri, tapi kenapa tidak terus terang saja sejak tadi jadi tidak perlu banyak bicara juga.

"Kenapa sih, jawab dong berisik tuh"

"Tidak perlu"

Panggilannya terputus sebelum Rasya menjawabnya, tapi beberapa detik kemudian pesan masuk dan masih saja Marsya.

Rasya membuknya dan kembali mengernyit saat membaca isinya (Aku di rumah kamu sekarang), Rasya menggeleng.

Jadi Marsya benar-benar akan cari masalah dengan Rasya, dan tentu saja Rasya tidak akan mengabaikannya sama sekali.

Marsya harus tahu seperti apa Rasya ketika sedang marah masih diganggu.