webnovel

Pria Berjubah Hitam

Tujuh Pendekar Bintang tingkat empat dan lima Pendekar Surgawi tahap satu dibuat terlempar puluhan tombak. Orang-orang itu bergulingan. Mereka baru berhenti setelah tubuhnya menabrak benteng halaman belakang.

Yang mengalami kejadian seperti itu bukan hanya mereka saja. Bahkan Tuan Besar wang sendiri mengalami hal serupa. Tubuhnya terlempar dan menubruk sebatang pohon sampai roboh. Kejadian itu sangat diluar dugaan semua orang yang ada di sana.

Suasana kembali berubah. Halaman belakang rumah Tuan Besar Wang telah brantakan. Bentuknya tidak karuan lagi.

Debu tebal mengepul tinggi. Orang-orang yang ada tidak dapat melihat apa yang sebenarnya telah terjadi di tempat itu.

Begitu debu tersebut lenyap dari pandangan mata, mereka segera menyaksikan adanya seorang pria berjubah hitam yang telah berdiri kokoh persis di hadapan Jiang Mei Lan.

Pria itu terlihat seperti seatang tombak. Meskipun angin berhembus, pakaiannya bahkan tidak berkibar walau sedikit pun.

Semua orang dibuat terhenyak. Mereka tidak tahu siapakah pria berjubah hitam itu. Terlebih lagi, orang-orang tersebut tidak dapat mengenali wajahnya, sebab selembar wajah itu tertutup oleh cadar yang berwarna hitam pula.

Wushh!!!

Tiba-tiba Tuan Besar Wang bangkit berdiri, setelah itu dirinya langsung melayang ke depan. Gubernur Kota Cang Nan itu berhenti ketika jaraknya sudah berada sekitar sepuluh langkah dari pria bercadar hitam tadi.

"Siapakah Tuan ini? Kenapa kau ikut campur?" tanya Tuan Besar Wang dengan mata penuh selidik.

"Siapapun aku tidaklah penting. Alasan aku ikut campur adalah karena ingin menyelamatkan gadis bernasib malang ini," jawab pria bercadar hitam tersebut.

Suaranya terdengar berat dan dalam. Dari setiap patah kata yang dia keluarkan seolah-olah mengandung getaran kekuatan besar yang mampu menjatuhkan mental lawan.

Tuan Besar Wang sendiri tidak terlepas dari perasaan semacam itu. Bulu kuduknya tiba-tiba berdiri sendiri. Dia merasa, suara lawan bicaranya mengandung juga daya magis yang sangat kuat.

"Kenapa Tuan ingin menyelamatkan gadis itu?" tanyanya sambil melirik ke arah Jiang Mei Lan. "Apakah Tuan masih ada hubungan dengannya?" lanjut Gubernur itu.

"Aku tidak mempunyai alasan kenapa ingin menyelamatkannya. Yang jelas, aku tidak ada sangkut pautnya dengan dia. Bahkan tahu namanya pun tidak,"

"Hemm, sungguh menggelikan sekali," ujar Tuan Besar Wang sambil tertawa nyaring.

"Kalau begitu, lebih baik aku sarankan agar Tuan tidak ikut campur lebih jauh lagi. Sebah kalau tidak …"

"Kalau tidak, apa?" potong pria berjubah hitam itu dengan cepat.

"Sebab kalau tidak, maka aku akan melakukan tindakan kasar kepadamu," tukas Tuan Besar Wang memberikan ancaman.

"Hemm, apakah kau sedang mengancamku?" tanya orang itu dengan nada dingin.

"Aku bukan hanya memberikan ancaman. Tapi aku benar-benar bisa melakukannya,"

Pria berjubah hitam itu tidak menjawab lagi. Bahkan dia terlihat tidak menghiraukan perkataan Tuan Besar Wang.

Tiba-tiba orang tersebut membalikkan tubuhnya. Sedetik kemudian, dia langsung mengangkat tubuh Mei Lan dan langsung membopongnya.

"Apa yang kau lakukan? Apakah kau benar-benar berani berbuat nekad?" teriak Tuan Besar Wang sangat marah.

Seumur hidupnya, dia paling benci terhadap orang yang membangkang ucapannya.

Seperti juga saat ini. Ketika dirinya menyadari bahwa orang itu tidak mau menuruti ucapannya, maka amarah Tuan Besar Wang semakin menjadi.

"Beri pelajaran kepada orang itu," teriaknya kepada para pendekar yang ada di sana.

"Baik …" jawab mereka secara serempak.

Tujuh Pendekar Bintang tingkat empat dan lima Pendekar Surgawi tingkat satu segera membuat barisan setengah lingkaran. Setelah itu mereka langsung mengeluarkan jurusnya masing-masing.

Berbagai macam sinar berwarna-warni terbentuk lalu langsung melesat ke arah pria berjubah hitam tadi. Debu dan benda-benda yang ada di sekitar tempat itu ikut terangkat bersamaan dengan meluncurnya jurus gabungan barusan.

Si pria berjubah hitam tersenyum dingin dari balik cadarnya. Tangan kanannya tiba-tiba mengibas.

Kibasan itu terlihat perlahan. Tetapi kekuatan yang dihasilkannya sangat luar biasa.

Segulung angin tiba-tiba tercipta dan langsung menerjang jurus gabungan milik lawannya. Benturan jurus kembali terjadi. Dua belas bayangan manusia terlempar sampai beberapa tombak jauhnya.

Si pria berjubah hitam tidak berhenti sampai disitu saja, dia kembali melayangkan sebuah jurus andalannya.

"Angin Menderu Gunung Terhempas …" teriaknya keras.

Wutt!!!

Segulung angin badai berhembus sangat kencang. Tanah retak-retak, segala benda yang ada dibuat hancur berkeping-keping. Angin itu juga menggulung beberapa bangunan yang ada di sekitarnya.

Saat itu, udara terasa sangat sesak. Seolah-olah cadangan udara pun ikut terbawa bersama angin badai tadi.

Gelegar!!!

Satu dentuman seperti letusan gunung berapi tiba-tiba berkumandang. Bumi seolah-olah dilanda oleh gempa yang sangat besar. Jangankan bumi, bahkan langit pun seolah ikut bergetar keras.

Suara teriakan manusia terdengar menyayat hati. Para pendekar yang menjadi lawannya tahu-tahu sudah melayang di tengah udara. Mereka juga ikut terhempar oleh jurus si pria berjubah hitam.

Dari dua belas orang, sekarang hanya tinggal dua orang saja yang masih bernyawa. Itu pun dalam keadaan yang sangat mengkhawatirkan sekali.

Seluruh tubuhnya menderita luka yang sangat parah sekali. Siapapun yang menyaksikan kondisinya, maka mereka pasti akan berkata bahwa dua orang itu tidak akan bisa hidup lebih dari tiga jam lagi.

Sementara itu, andai saja Tuan Besar Wang tidak mendapat perlindungan dari seorang Pendekar Surgawi tingkat tiga, niscaya saat ini dia pun sudah menjadi mayat.

Untunglah seorang Pendekar Surgawi tingkat tiga yang bekerja kepadanya, bergerak tepat pada waktunya. Dia menciptakan selapis pertahanan untuk melindungi selembar nyawanya.

Sedangkan di sisi lain, ketika usahanya membuahkan hasil, pria berjubah hitam tadi tahu-tahu sudah melayang pergi dari kediaman Tuan Besar Wang sambil membawa Jiang Mei Lan.

Melihat itu, si Pendekar Surgawi terlihat sedikit terkejut. Kemudian dia segara berkata kepada majikannya.

"Tuan, apakah kita harus mengejar orang itu?" tanyanya.

"Tidak perlu. Biarkan dia pergi. Untuk sekarang, kita harus mencari informasi dulu, siapakah dia sebenarnya,"

"Baiklah, hamba menuruti perintah," jawab si Pendekar Surgawi dengan patuh dan penuh hormat.

"Sekarang lebih baik bereskan tempat ini. Aku masih ada urusan yang jauh lebih penting," kata Tuan Besar Wang sambil membersihkan debu-debu kotor yang menempel di pakaiannya.

"Baik, hamba akan segera melaksanakannya,"

Si Pendekar Surgawi tingkat empat itu segera pergi dari sana. Sebelum menjalankan tugas, dia berniat untuk memanggil rekan-rekannya yang lain agar waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama.

"Hemm, tunggu saja pembalasanku nanti," gumam Tuan Besar Wang sambil menahan rasa kesal di hatinya.

Orang itu langsung pergi. Pergi dengan membawa perasaan marah yang sangat mendalam. Kejadian hari ini tidak akan pernah dia lupakan. Bagaimanapun caranya, dia harus mengetahui siapakah pria berjubah hitam tadi.

Terlebih lagi, dengan cara apapun, dia harus bisa membayar kekalahannya.

Jangan lupa, Tuan Besar Wang adalah orang yang ingin selalu menang. Dalam kamus hidupnya, kekalahan adalah sesuatu yang paling menakutkan. Bahkan mungkin, dia sendiri lebih takut kalah daripada takut akan kematian.