webnovel

BERPETUALANG KE UJUNG DUNIA !

Benarkah dunia ada ujungnya ? menurut teori bumi itu bulat jadi tidak ada ujungnya ... Tapi Bagi Profesor Subekti ahli sejarah, Dunia ada ujungnya, tempat dimana kota-kota legenda dunia ada seperti El dorado kota emas, Arlantis dan lain-lain, mereka berada di dunia pararel yang sama dengan dunia kita ... Tapi sayang dia dianggap gila oleh teman-temannya sesama ilmuwan dan kemudian di kucilkan sampai dia meninggal ... Andre putra satu-satunya berusaha membuktikan kalau ayahnya benar, ketika tanpa sengaja dia menemukan peta bumi yang berbeda dengan yang sekarang ... peta itu di tinggalkan ayahnya di gudang tak terpakai... nah bagaimana Andre bisa membuktikan bahwa ayahnya benar dan tidak gila disangka orang ?

pangeran_Biru · Fantasi
Peringkat tidak cukup
25 Chs

Diary 3 : Penghuni Pulau Tak Bernama

Aku di bawa oleh seorang pemuda yang ternyata penghuni dari pulau tak bernama ini, namanya AX dan tentu saja teman baruku yang datang secara tiba-tiba dan ternyata binatang langka yang kuberi nana Max. Selama perjalanan menyelusuri hutan yang cukup lebat ini menuju desanya.

Kalau dari informasi peta yang ku dapat dari telur perak pulau tak bernama ini memang kecil sama dengan pulau Bali luasnya, sedang pulau ke dua luasnya sama dengan Australia yang di huni oleh bangsa Atlantis kota mitologi yang kini aku yakin nyata dan ada di dimensi ini. Dan Pulau terbesar adalah gabungan dari Amerika, Rusia dan Eropa ternasuk Afrika serta asia ! bisa dibayangkan betapa luasnya tempat itu !

Kami berjalan tanpa henti, naik turun bukit. Membuat kaki dan badanku lelah dan sakit, tak lama aku jatuh tersungkur. Max terkejut dia terlihat cemas dan menjilatiku kembali.

"Nguik ... nguik ... !" begitu suaranya, AX pun sama dan mendekatiku.

"Kamu tidak apa-apa ?" tanyanya sambil memeriksaku.

"Ma ...af, aku ... sudah tidak kuat berjalan !" jawabku sambil nafasku terengah-engah dan meringis kesakitan.

"Lukamu cukup parah rupanya ! aku akan mengobati dulu lukamu, dan sebaiknya kita istirahat, sebentar lagi malam telah tiba ! tapi tidak disini, sangat berbahaya kalau malam ! banyak binatang buas yang mengintai ! tidak jauh dari sini ada tempat istirahat yang nyaman !" jelasnya, "Jangan khawatir Max tuanmu tidak apa-apa !" AX tersenyum sambil membelai Max dia seakan mengerti.

"Terima kasih AX !" jawabku, tanpa di duga dia menggendongku di punggungnya.

"Ayo Max, kita pergi !" perintahnya, aku masih terkejut atas apa yang dilakukannya dan kemudian dia berlari cepat seakan tubuhku ringan saja baginya, sementara Max mengikuti yang sama cepat larinya.

Tak berapa lama kami tiba di sebuah hutan dengan pohon-pohon yang sangat besar sekali batangnya, dengan mudah AX dan Max melompat dan naik ke atas dahan yang juga besar, kini kami di atas pohon dengan tidak terlihat lagi dasarnya karena tinggi sekali. Keduanya dengan mudah melompat dari satu dahan ke dahan lainnya.

"Kita beristirahat di pohon ini akan lebih aman di banding di bawah ! kita cari lubang pohon yang nyaman, aku rasa sebentar lagi badai akan datang !" dia menunjuk dari kejauhan sebuah awan hitam akan mendekat.

"Apa masih jauh desamu itu ?" tanyaku kepada AX, dia mengangguk.

"Dua hari perjalanan lagi sampai !" jawabnya sambil kembali melompat, aku merasa ngeri kalau terpeleset dan jatuh ke bawah.

-----------------

Tak lama kami menemukan lubang pohon yang dalamnya seperti gua batu cukup dalam dan luas, yang membedakan di dalam sini terasa hangat tidak dingin. AX membaringkan tubuhku di atas seperti jerami yang termasuk empuk, kemudian pergi hendak mencari makanan dan obat untuk lukaku. Aku beruntung bertemu dengan orang dan binatang yang baik juga, karena Max menemaniku di sini.

Max berbaring didekatku, membuatku terasa nyaman dan aku tertidur sambil memeluknya. Entah berapa lama aku tertidur, aku terbangun ketika kurasakan perih di kakiku ternyata AX telah datang dan sedang mengobati lukaku. Kini di dalam pohon terasa terang karena ada obor, sementara di luar samar-samar suara hujan yang lebat sekali dengan suara gemuruh dari Halilitar.

Ternyata lubang pohon ini lebih nyaman dan aman di banding tidur di bawah apa lagi hujan seperti ini.

"Makanlah, kamu pasti lapar !" dia memberikan buah yang bentuknya aneh, aku ragu tapi melihat Max yang juga memakannya aku pun tergerak mencicipinya.

"Rasanya enak mirip daging !" jawab AX sepertinya dia tahu keraguanku, ketika ku gigit dan kumakan ternyata benar enak, aku tidak tahu ini apa ? bentuknya memang buah tapi rasanya seperti makan daging sapi di panggang seperti itulah.

Pantas Max suka, aku pikir dia binatang vegetarian ! karena makan buah ini. Tak terasa aku menghabiskan satu buah yang besarnya sama seperti buah pepaya di Indonesia.

"Kamu mau lagi ? jangan khawatir masih banyak !" AX menunjukan ke pojok dan disitu terdapat berbagai jenis makanan yang aneh bentuknya.

"Kita mungkin akan tinggal beberapa hari disini !" ujarnya lagi.

"Kenapa lama ?" tanyaku heran.

"Pertama srmbuhkan lukamu dulu ! ke dua badai ini tidak cukup satu atau dua hari ini saja !" jawabnya, aku tertegun tapi sudah mulai terbiasa dengan keadaan yang berbeda di dunia pararel ini.

"AX apa yang kamu lakukan sebenarnya ?' tanyaku, yang heran kenapa ia jauh dari kampung atau desanya.

"Biasa ! aku sedang berburu ! setiap lelaki remaja di desaku diwajibkan untuk berburu sebagai bagian adat suku kami !" jawabnya.

"Oh, tunggu sebentar umurmu berapa ?" tanyaku yang terkejut kalau dihadapanku masih remaja padahal kalau segi fisik seperti seorang pemuda 20 an.

"17 tahun !" jawabnya, aku tak percaya. Kalau remaja 17 tahun seperti dia bagaimana dengan para pemuda dan orang tuanya apa lebih tinggi lagi ? karena tingginya AX sama denganku, tapi sebenarnya tidak aneh juga sih ! aku mulai berfikir Mario saja sama dengan AX ketika umur 15 tahun badannya sudah tinggi karena punya gen dari mamanya yang bule. Mungkin tak jauh berbeda.

"Kenapa ?" tanyanya, ketika aku terdiam.

"Tidak AX, kamu mengingatkanku kepada putraku ! namanya Mario kini ia sudah berumur 17 tahun sama denganmu !" jawabku, dia mengangguk.

"Aku haus !" ujarku, AX mengangguk dan memberikan sebuah buah-buahan berbentuk seperti buah Anggur tapi besar.

"Di dalamnya ada air yang banyak !" AX menjelaskan, kemudian memperlihatkan cara memakannya di gigit kecil kemudian menyedotnya secara perlahan isinya. Dan benar saja segar sekali rasanya seperti meminum jus.

"Istirahatlah ! kita tidak bisa kemana-mana kalau badai seperti ini !" AX pun membaringkan tubuhnya, sementara Max tak jauh berbeda dia berbaring di sebelahku seperti tadi.

"AX boleh ku tahu, Max itu hewan seperti apa ? aku tidak tahu kenapa tiba-tiba dekat denganku begitu saja ?" tanyaku tentang Max, AX tersenyum.

"Kamu beruntung, Parsy bukan binatang sembarangan memilih orang bahkan langsung menganggap tuannya seperti itu ! di tempatku dia termasuk binatang legenda !" jelasnya,

"Legenda ?" aku tertegun.

"Betul, salah satunya ! dia di anggap sebagai salah satu peliharaan dewa ! di pulau ini ada gunung tertinggi yang jarang di daki karena sangat sakral ! Parsy bisa melihat aura seseorang dan juga mahluk lain ! Dia pun dianggap petunjuk menuju tempat tersembunyi ! makanya banyak yang datang kemari mencarinya tapi sayang dia tak mudah ditemukan dan sulit ditangkap karena kelincahannya ! makanya aku sangat terkejut, dia bisa dekat denganmu !" lanjutnya, aku tertegun dan tak percaya dan kemudian memeluk Max dengan lembut.

-------------

Beberapa hari kemudian aku sudah sembuh, AX memberikan sebuah baju dan celana ternyata itu terbuat dari kulit binatang, dan termasuk pas di tubuhku. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan. Max memintaku untuk duduk di atas tubuhnya, aku tidak mau tapi menurut AX dia sangat kuat. Dan akhirnya aku duduk di atasnya dan AX membuat tali kekang seperti kuda agar tidak jatuh serta dapat di pegang erat, karena larinya sangat cepat ! dan benar saja Max berlari sangat cepat sekali, tubuhku seperti ringan saja, sama seperti aku digendong oleh AX padahal kalau manusia biasa sepertiku pasti akan berat kalau seperti itu.

Tak lama kami sampai di sebuah kota ? ya kulihat seperti itu dengan bangunan seperti candi atau piramida batu, itu bukan desa yang kubayangkan sebelumnya ! Suku Zhatura adalah salah satu dari penghuni di pulau tanpa nama ini. Bangunannya seperti suku bangsa Aztec di Amerika Selatan seperti itulah, apa di Dimensi ini semua suku bangsa yang dulu hilang dan hancur berkumpul menjadi satu disini ? entahlah masih banyak yang aku harus ekspolari dan belum semua diktahui ..,

Bersambung ....