webnovel

BERMAIN CINTA

Angelin dan Anggara merupakan musuh sejak kecil keduanya bertekad untuk saling bersaing, Angelin bahkan sudah mengklaim Anggara sebagai musuhnya seumur hidup namun berbeda dengan Anggara yang sudah menyimpan rasa sejak dulu kepada Angelin.

Arsitaaa24 · Sejarah
Peringkat tidak cukup
12 Chs

SENTUHAN

"Bagaimana dengan SMA PELITA?"

"Kurasa mereka akan kalah lagi tahun ini."

"Kau ini terlalu percaya diri." Anggara terkekeh mendengar perkataan Reihan.

"Bukankah setiap orang harus memiliki rasa percaya diri?"

"Tapi kepercayaan dirimu itu terlalu tinggi." Anggara terkekeh.

"Memang! Sampai aku terlalu percaya diri untuk mendapatkan adikmu yang selalu menolakku bahkan menganggap diriku musuhnya."

"Salah dirimu yang memulai menyalakan api tapi kau sendiri tak mampu memadamkannya." Reihan berucap dengan bijak.

"Dasar sok bijak." Anggara berkomentar.

"Aku anggap itu sebagai pujian."

Alih-alih Angelin yang sedang mengambil Air di dapur pun mendengar percakapan antara kakaknya dengan musuhnya tersebut, siapa lagi jika bukan Anggara.

Sebuah kalimat yang membuat Angelin hampir tersedak. Perkataan Anggara yang mengatakan jika pria itu ingin mendapatkannya? Menadapatkan seperti apa? Angelin masih belum mengerti tapi Ia mencoba untuk tak mempedulikan ucapan pria itu dan lebih memilih melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Flashback on

7 tahun yang lalu

Angelin gadis kecil yang saat itu masih berumur 10 tahun dan masih menempuh pendidikannya di tingkat sekolah dasar kelas empat. Sedang menatap marah kearah panggung sekaligus kecewa pada dirinya sendiri. Pengumuman murid dengan nilai terbaik sudah berdiri di atas pangggung Angelin kesal karena bukan dirinya yang berada disana 3 tahun lalu Angelinlah yang menempati posisi pertama tapi kini telah tergantikan oleh pria yang tengah tersenyum bahagia sekaligus menatap Angelin dengan bangga seolah mengejeknya jika Angelin terkalahkan.

Anggara Prancesco, pria yang sudah Angelin tetapkan sebagai musuh nya di dunia pendidikan maupun di dunia lain. Angelin hanyalah gadis kecil yang selalu egois jika menyangkut pendidikan gadis itu selalu ingin menang baik dalam akademik maupun non akademik. Meskipun tahun ke-empat ini dia tersingkirkan oleh pria itu tapi dalam dirinya bertekat untuk kembali merebut posisinya.

"Kau kalah Angelin." ucap seorang bocah laki-laki yang tak lain adalah Anggara Prancisco. Angelin menatapnya dengan berang, saat pria itu berdiri di hadapannya dengan sebuah piala dan piagam penghargaan.

"Aku akan kembali merebut posisiku." balas Angelin dengan geraman.

"Aku menantikan itu." Angelin membuang wajahnya yang memerah karena kesal.

"Bagaimana jika kita buat permainan ini lebih seru?" Angelin menoleh dengan kerutan di keningnya.

"Apa maksudmu."

"Semester akhir tingkat SMA, jika aku mengalahkanmu maka kau harus mengabulkan 3 permintaanku."

"Kau pikir aku jin tomang,  yang bisa mengabulkan 3 permintaan untukmu. Aku tidak mau."

"Bilang saja kau takut, aku tahu kamu merasa kecewa karena saat ini posisimu tergeser olehku, right? " Angelin menatap tajam, lama terdiam untuk berpikir bagaimana cara membalas perbuatan Anggara.

"Aku terima tantanganmu, tapi hanya dengan 1 permintaan."

"2 permintaan." Angelin menggeleng.

"Satu."

"Kau takut?"

"Okeh 2 permintaan."

"Deal."

Flashback off

Angelin merutuki dirinya sendiri yang bisa-bisa nya terjebak dalam permainan pria mesum itu, seharusnya dulu Ia sadar jika Anggara hanya ingin mempermainkannya, karena nasi sudah menjadi bubur Angelin hanya bisa mengikuti permainan ini.

Meskipun bukan bermaksud hanya ingin mengalahkan Anggara saja di setiap tahun tapi karena dirinya ingin menjadi wanita sukses dimasa depan dengan nilai yang memuaskan tidak hanya ingin melihat orang tuanya bangga dengan nilai akademiknya tapi Angelin pun selalu berusaha keras untuk mendapatkan nilai terbaik di setiap pelajaran non akademik.

Angelin membuka buku pelajarannya dan memasangkan kaca mata persegi dimatanya, siap untuk mulai belajar.

Jika orang-orang akan lelah dan menyerah karena bosan dengan terus belajar berbeda dengan Angelin yang seperti tak ada kata bosan dalam hidupnya. Menurutnya belajar adalah sesuatu hal yang sangat penting dan tak seharusnya orang-orang berhenti belajar saat merasa diri mereka sudah cukup karena pada kenyataannya manusia tak akan pernah cukup hanya dengan 1 kali belajar mereka harus terus belajar baik itu belajar di sekolah maupun di luar sekolah karena pada akhirnya usaha tak akan pernah menghianati hasil.

ddrrrttt

Fokus Angelin terganggu saat sebuah notifikasi dari ponselnya berbunyi, diraihnya ponsel berlogo apple tersebut dan menganggkat telepon dari sabatnya itu,  Tasya.

"bagaimana dengan anak baru itu? "

"Apa maksudmu? "

"Kau itu seperti baru mengenalku saja,  apa kau sudah mendapatkan keperjakaannya?"

"Kurangi perkataan vulgarmu itu Tasya, kau cukup tahu aku seperti apa."

Angelin dapat mendengar suara tawa sahabatnya itu di sebrang telepon.

"Apa kau akan seperti ini selama masa remajamu? Sekali-kali kau harus merasakan kebebasan, dan liarnya dunia luar."

"Terserah apa katamu, aku tak berminat."

"Besok malam ikut denganku."

"Kemana?"

"Kau akan tahu nanti,  dan aku tak menerima penolakan. Jika kau menolak aku tak akan segan-segan menghancurkan semua buku pelajaranmu."

"Kau pikir kau siapa bisa mengancamku seperti itu?"

"Aku adalah sahabat yang menginginkan sahabatnya bahagia. Good night."

Baru saja Angelin ingin membalas perkataan sahabatnya itu, tapi sambungan teleponnya langsung terputus.

Angelin hanya bisa menatap tak peduli dengan ponselnya yang menampilkan layar hitam,  ditaruhnya ponsel tersebut lalu kembali fokus belajar daripada memikirkan perkataan sahabatnya itu yang akan mengajaknya pergi besok malam entah kemana? Angelin tak ingin berpikir lebih. 

Lebih baik Ia kembali belajar.

Cklek

"Kak Rai kau tahu kan jika jam segini aku sedang belajar jadi jangan menggangguku." ucap Angelin tanpa menoleh kepada orang yang membuka pintu kamarnya dan menganggunya belajar, karena Ia pikir siapa lagi jika bukan kakaknya yang akan keluar masuk kamarnya tanpa berketuk pintu.

"Kau sangat bertekad sekali untuk mengalahkanku." Angelin menoleh ke arah pintu kamarnya dilihatnya Anggara tengah berdiri dengan kedua tangannya memegang sebuah nampan yang berisikan makan malam dan segelas air.

"Sedang apa kau disini?"

"Aku mengantarkan musuh terbaikku sebuah makan malam." Angelin masih menatap tajam melihat gerak-gerik Anggara yang berjalan mendekat dan menaruh nampan tersebut di meja belajarnya.

"Sekarang keluar." ucap Anggelin dengan sinis.

"Makan yang banyak." Angelin cukup terkejut dengan tindakan Anggara yang mengacak-acak puncuk rambutnya dengan halus.

"Jangan menyentuhku bodoh." bukannya marah Anggara justru tertawa renyah.

"Kau harus mulai terbiasa dengan sentuhanku, karena jika suatu saat nanti kau tak akan pernah bisa menolak lagi setiap sentuhanku." Angelin bergidik ngeri mendengarnya.

"KELUAR DASAR MESUM!"

Di sela amarahnya Angelin masih dapat mendengar tawa pria mesum tersebut saat menutup pintu kamarnya.

"Dasar pria gila."