webnovel

Berawal dari Satu Malam

Hanya berawal dari satu malam. Terlalu singkat namun mengubah seluruh kehidupan dua orang yang dipenuhi ketidaktahuan. ONS? Benar. Lantas ketidaksengajaan, ketidaktahuan dan kesalahanlah yang terjadi. Bisakah mengalahkan takdir saat semuanya sudah terlambat? Rein, sang perempuan polos mau tak mau harus menerima kenyataan bahwa ia menjadi 'korban.' Lalu Redis Sanjaya langsung meninggalkan Rein begitu saja setelah ia pun juga merasa tak sengaja. Redis yang dipaksa menikah mengorbankan Rein. Sedangkan banyak orang menyukai orang tersebut. Pernikahan berjalan buruk, Rein dan Redis tak cocok. Justru, Redis hanya tahu soal kerja dan kerja sampai Rein pikir orang itu tak normal. Lantas, bagaimana jika ibu Redis minta Rein mengubah anaknya? Rein dihadapkan dengan pilihan keluar namun tak boleh membawa anaknya. Lalu orang tersebut mau tak mau memilih pergi. Sepupu Redis yang bernama Radit menyukai Rein, oleh karena itu ia pun membantu Rein. Radit adalah orang yang membuat orang lain kesal. Ia adalah orang yang menjengkelkan. Bisakah Rein bahagia?

Raein23_Raein · perkotaan
Peringkat tidak cukup
214 Chs

26 Penjajah Dunia

"You're mine!"

Note: penjajah hidup, Radit.

***

Rein menatap nanar orang yang bicara tersebut. Seseorang yang duduk sambil memperlihatkan senyum termanis dan lebar yang ia punya.

Memang ya, pencitraan terus berkuasa dalam hidup. Tak ada yang bisa pengendalian, kecuali diri sendiri.

Ironis.

Sekarang Rein ada rapat mendadak dengan pak Radit Samira dari Samira Corp!

Alih-alih untuk keperluan pekerjaan, yang Rein pikir justru profesional berkedok gila. Hanya saja, perempuan itu jelas terjebak. Tak bisa melakukan apapun.

Menghindar pun kecil kemungkinan.

Walau terikat kontrak, jika sudah terhubung CEO perusahaan besar, yang ada Rein pasti dibujuk dengan berbagai keuntungan.

Dicekoki manfaat, benefit dan gaji berlimpah.

Lebih buruk, dipaksa?

Mau tak mau, kemudian terakhir, terjebak. Katanya sih bantu perusahaan. Sampel nama baik.

"Rein, kamu dipanggil kemari untuk menandatangani surat persetujuan pekerjaan. Kamu akan menjadi ambassador event yang diadakan oleh Samira Corp. Mengenai hal-hal lain akan didiskusikan di waktu berlainan. Jadi, apa kamu setuju. Kalau saya jadi kamu sih pasti setuju."

Aish, tuh kan. Rein berdecak sebentar. Tak nyaring namun cukup sebagai pengalih pikiran yang mumet.

"Iya sih kalau Pak, kalau saya maaf tidak bisa. Gak bakal mau walau dengan gaji besar sekalipun," jawab Rein, sangat terpaksa bercampur spontanitas yang tak terkendali.

Bukan karena uang dan bayaran mahal, akan tetapi sebab tidak nyaman ke orang yang bicara tersebut.

"Rein?" Wajah khas bingung menguasai.

Eh, akhirnya Rein sadar. Ia tadi bilang apa?

Rein menggaruk kepala yang sama sekali tak gatal. Dasar Rein bodoh.

"Ha? Hehehe tidak Pak, maksud saya. Mohon maaf, saya tidak bisa. Kontrak saya di perusahaan sebatas pembuatan beberapa novel. Itupun sudah selesai. Kalau saya ingin, saya harus memperbarui kontrak yang baru lagi. Berhubung masa kontrak saya sudah selesai, silahkan beri kesempatan tersebut ke penulis lain, Pak. Ada banyak penulis terkenal dan senior disini," kata Rein tegas. Tak ada keraguan, yang ada hanyalah ketenangan.

Padahal tadi orang itu keceplosan lho, dan sekarang terlihat tenang-tenang saja?

Seorang Rein punya alasan dan pengaruh tersendiri.

Walau bagaimanapun yang terjadi, Rein tak boleh salah ambil keputusan.

Posisi menggiurkan, that right.

Rein tak mau serakah. Sejauh ini banyak hal yang harus ia urus. Terlalu banyak ambil job, yang ada Rein stres.

Sementara itu soal pendapatan, sudah lebih dari cukup untuk perempuan tersebut.

Hidup sederhana mah gak perlu repot-repot.

"Nona Rein, tawaran ini tak terjadi dua kali. Ini kesempatan langka. Kenapa Anda menolak?" Sang atasan bertanya baik-baik.

Padahal dalam hati atasan tersebut sudah dongkol. Kenapa Rein yang penurut jadi pembangkang?

Tuh kan, dibujuk. Rein mengela napas. Harus sering-sering narik napas, untuk persiapan ngomong dan biar gak ngamuk.

"Maaf Pak, sekali lagi saya katakan, saya ingin fokus ke pekerjaan saya sebagai penerjemah buku. Setelah ini kalau pihak Aletta corp masih membutuhkan kinerja saya, saya dengan senang hati mendiskusikan kontrak pekerjaan baru. Hanya saja bukan soal ini. Keduanya adalah dua hal yang berbeda."

Kontrak yang tak memberatkanlah yang buat Rein berani ambil posisi sebagai penulis pada perusahaan ini. Jika tidak, ia pasti menolak.

Tentu, Rein bekerja di banyak tempat melalui kecintaan dan keseriusannya dalam dunia tulis menulis. Sebelum ambil, ia harus memperhatikan kontrak.

Ayolah, perusahaan banyak yang bikin repot dengan sistem dan rules yang berubah-ubah.

Jika masih nyaman dan tak memberatkan, maka Rein lanjut kerja. Itulah sebabnya orang tersebut tak menerima tawaran jadi sekretaris salah satu perusahaan cukup besar.

Rein bisa, tapi ia tak ingin terikat seharian penuh ke berkas-berkas kantor. Yang perempuan itu ingin adalah dunia pekerjaan dimana ia ngerasa nyaman.

Ikhlas lahir batin.

"Ini pun termasuk pekerjaan Rein. Lagipula setelah ini kami ingin mendiskusikan kontrak baru lagi denganmu. Apa kamu menolak?"

Eh, biasanya Rein memperbarui kontrak saat sudah dua atau tiga bulan kemudian. Sekarang ingin buat kontrak lagi?

Tuh kan, ada yang gak beres. Rein gak diam aja. Cuman pengalih.

Rein nunduk sebentar sebelum akhirnya kembali bicara.

"Tapi Pak, biasanya kita memperbarui kontrak dua atau tiga bulan kedepan, kok tiba-tiba ingin memperbarui lagi?"

Pertanyaan tersebut keluar begitu mudah. Rein kurang paham kenapa terjebak dalam situasi tersebut.

"Ada perubahan Rein. Berdasarkan hasil kerja dan data penjualan karyamu, kami berpikir untuk lebih mengoptimalkan kinerjamu dalam perusahaan. Sudah lama kami memikirkannya, bukan karena tawaran dari Samira Corp," jelas kepala bagian Manajemen tersebut.

Pekerjaan Rein dipegang oleh kepala bagian Manajemen secara langsung. Sebab orang itu punya kontrak khusus dimana ia hanya terikat secara semi permanen. Tak lama dan bisa kerja santai.

Ia juga masih bisa ambil job di tempat lain kalau sanggup dan bertanggung jawab atas pekerjaannya.

Satu kali kontrak hanya mengharuskan Rein menyelesaikan dua buku dalam jangka waktu 5 bulan. Tak terlalu memberatkan bagi Rein walaupun ia juga bekerja dan menulis pada banyak tempat di dunia internet.

Untuk standar buku cetak tak terlalu tebal. Paling hanya 150-300 halaman.

Rasa cinta Rein ke dunia tulis menulis sudah mendarah daging. Bayangkan, satu hari perempuan tersebut bisa menulis 10 ribu kata.

Kalau belum sampai target, sesibuk apapun Rein, ia rela begadang. Dengan catatan, tetap ada batasan waktu. Secinta-cintanya Rein menulis, perempuan itu sangat mementingkan kesehatan.

Hampir rutin, Rein tidur pukul 22.00. Itu yang paling lambat, kadang bisa berubah sih kalau-kalau Rein sedang tak ada inspirasi menulis. Jadwal tidur bisa bergeser dari 22.00 menjadi 23.00. Yang satu ini jarang kok.

Rein sangat suka tidur. Santuy aja gitu hidupnya. Ketimbang pukul 22.00, lebih banyak 21.00 jadwal tidur Rein.

"Lho Pak, kok saya gak dikasih tahu?"

"Lha, sekarang kan Bapak lagi kasih tahu kamu."

Seketika itu Rein langsung datar, Bapak yang mengurus pekerjaannya ini memang suka main-main. Tak jarang juga buat Rein kesal.

No problemlah, Rein sudah anggap sang atasan seperti ayah sendiri. Sebab ya, orangnya baik.

Saat Rein lagi kalang kabut, si bapak ngajak makan dan beli apapun yang ia mau.

Pakai target sih, yaitu Rp 100.000. Rein benar-benar bersyukur.

Karena itulah, Rein sempat merasa tak nyaman tadi berkata kasar ke atasan.

Ngomong-ngomong, kalau dinistaiin bapaknya gimana ya?

Tenang, Rein orang baik, dia gak nakal kok. Walau terkadang pak Reza harus ikhlas uang Rp 100.000 lenyap sebanyak dua kali dalam seminggu.

Rein, kalau soal makanan cepat lho. Hehehe, mumpung ada orang baik. Tenang..., Rein masih punya hati nurani untuk tak menistakan orang tua sering-sering. So bisa dikontrollah.

"Ehem, nona Rein, pak Reza. Saya hanya ingin Rein yang mengisi tempat ambassador dalam proyek saya. Jadi..., apa perusahaan ini tak bisa profesional mengatur penulis? Saya dari Samira Corp sangat kecewa."

Darah Rein tiba-tiba naik beberapa persen. Enak aja ngatain tempat Rein bekerja. Tuan Radit langsung menyebut Aletta Corp tak profesional?

Munafik!

Yang ada kentara orang itu sedang merencanakan sesuatu yang buruk terhadap Rein. Tentu orang tersebut tak akan diam, harus dikasih pelajaran hidup!

"Maaf Pak, seperti perkataan saya. Ada banyak penulis senior. Mereka lebih baik dari saya. Lagipula apa yang Bapak pikirkan sampai ngotot harus saya yang jadi ambassador? Memangnya Bapak tahu spesifikasi dan bakat saya?"

"Belum tentu saya menyukseskan proyek Bapak jika kemampuan dan posisi saya dalam perusahaan hanya sebatas penulis kontrak jangka pendek. Terlebih proyek perusahaan besar seperti Samira Corp," ujar Rein dalam satu tarikan napas.

Toh benar kok, Rein seorang penulis tunggal dan tidak tetap dalam perusahaan, kecil kemungkinan memenuhi kualifikasi perusahaan besar seperti Samira Corp.

Pemimpin perusahaan itu saja yang penuh planning tak masuk akal.

Sementara itu, pak Reza memijat kepala. Beliau cukup tahu bagaimana kepribadian dan afeksi kerja Rein.

Orang itu walaupun hanya penulis kontrak jangka pendek, tetap profesional dalam menjalankan tugas sebagai penulis. Bahkan saat ada kontrak kerja divisi lain. Masih termasuk bagian dari perusahaan tersebut juga sih.

Selain bekerja sebagai penulis, Rein turut ambil bagian sebagai penerjemah. Dua cabang pekerjaan yang diambil, Rein tak lalai dari tugasnya membuat novel.

Rein punya kontrak ganda alias dua cabang dalam satu perusahaan. Tetapi yang menangani tetap pak Reza kok.

Tapi ya itu tadi, semua kontrak jangka pendek. Dengan begitu, Rein terus terikat kontrak perusahaan tersebut terus-menerus secara berkala.

Bidang kerja bergilir.

Awal mula kontrak tersebut dibuat oleh sebab sempat terjadi kekurangan staf penerjemah, mendadak dan tak terduga. Sementara itu buku yang harus diterjemahkan numpuk.

Rein yang merasa bakat menerjemahkan dan penguasaan bahasa cukup bagus tampil. Tiba-tiba mengajukan diri sebagai pembantu sementara.

Berawal dari kejadian itulah Rein ambil kontrak dua cabang dengan bidang berbeda dalam satu perusahaan.

Oleh sebab perkataan Rein, Radit pun berdiri. Bertingkah seolah-olah sangat kecewa. Rein menghindar?

Oke. Cukup sedikit tersenyum, presdir itu pun kembali bicara.

"Kalau begitu perusahaan ini akan saya tuntut. Saya sudah lama ingin satu penulis. Di kontrak tidak saya sebut harus penulis senior ataupun berbakat. Yang saya cari adalah orang yang mau bekerja keras. Maaf, walau begitu saya tetap orang yang profesional dalam bekerja."

Detik itu juga Rein pun mengepalkan tangan bersiap untuk memukul wajah sok Radit!

Dasar bar-bar!

*****