webnovel

Berawal dari Satu Malam

Hanya berawal dari satu malam. Terlalu singkat namun mengubah seluruh kehidupan dua orang yang dipenuhi ketidaktahuan. ONS? Benar. Lantas ketidaksengajaan, ketidaktahuan dan kesalahanlah yang terjadi. Bisakah mengalahkan takdir saat semuanya sudah terlambat? Rein, sang perempuan polos mau tak mau harus menerima kenyataan bahwa ia menjadi 'korban.' Lalu Redis Sanjaya langsung meninggalkan Rein begitu saja setelah ia pun juga merasa tak sengaja. Redis yang dipaksa menikah mengorbankan Rein. Sedangkan banyak orang menyukai orang tersebut. Pernikahan berjalan buruk, Rein dan Redis tak cocok. Justru, Redis hanya tahu soal kerja dan kerja sampai Rein pikir orang itu tak normal. Lantas, bagaimana jika ibu Redis minta Rein mengubah anaknya? Rein dihadapkan dengan pilihan keluar namun tak boleh membawa anaknya. Lalu orang tersebut mau tak mau memilih pergi. Sepupu Redis yang bernama Radit menyukai Rein, oleh karena itu ia pun membantu Rein. Radit adalah orang yang membuat orang lain kesal. Ia adalah orang yang menjengkelkan. Bisakah Rein bahagia?

Raein23_Raein · perkotaan
Peringkat tidak cukup
214 Chs

12 Hal yang Sangat Dibenci

"Sial! Ku pastikan kau menyesal. Dasar gila, sinting, tidak tahu diri!"

Saat ini kita sedang bertemu Redis yang mengamuk. Orang tersebut sangat ingin merusak barang sebagai bentuk pelampiasan.

Beberapa sudah tak lagi berada di tempatnya. Beruntung kamar tersebut kedap suara jadi tak akan menganggu siapapun.

Sekarang, mari kita flashback ke hal yang belum lama terjadi. Acara makan malam keluarga. Seperti yang sudah-sudah, kegiatan tersebut berakhir dengan Redis yang menyudahi semuanya.

Muak!

Terserah, yang jelas Redis tak mau bertahan dalam situasi yang sangat menyiksanya tersebut.

Kalau diberi kesempatan memilih, maka Redis lebih baik berada di kutub Utara sampai membeku atau ruang sauna yang bersuhu 98° Celcius. Ketimbang duduk manis dekat Radit.

Paman dan Bibi juga tak kalah memuakkan.

Eh, memangnya gak mati...?

Yang jelas semua itu buat Redis marah. Tak suka seperti lihat laporan saham turun sebanyak 25%.

Setelah itu, kemungkinan besar Redis kena ceramah pencerah hati. Tinggal tunggu beberapa menit.

Tok. Tok. Tok.

Nah kan, baru dibilangin sudah main terdengar suara ketukan pintu. Sambil misuh-misuh terpaksa Redis pun membuka pintu tersebut.

Note: dengan membiarkan barang-barang berserakan.

Plak!

Demi 'orang lain,' sang mama menampar Redis begitu mudah. Oh ayolah, itu benar-benar tak masuk akal!

Redis gak terima.

Sakit.

Shit, Redis pasti membalas kalau saja tak berpikir itu adalah orangtuanya sendiri. Redis menatap tanpa ekspresi ke sang mama.

Padahal sudah jelas kan, siapa tadi yang mulai dulu. Si Radit!

Walau bagaimanapun pokoknya Radit yang salah!

Mau dunia terbalik pun tetap Radit!

Ck, buta oleh hal tak masuk akal. Lebih sayang keponakan daripada anak sendiri.

"Stop mengatur hidupku Ma. Itu sangat menganggu. Mama dan Papa hanya melihat sisi baik tanpa mau memikirkanku. Ingat, mereka hanya buat aku sulit bernapas. Sejak kecil aku benci, tapi kalian selalu memihak mereka. Tanpa mempertimbangkan yang terjadi padaku. Kalian hanya bisa melihat sisi buruk dariku, tak berniat cari tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Tanpa merespon atau bagaimanapun, nonya Sanjaya langsung masuk ke kamar putranya.

Sementara itu, Redis bersiap pergi meninggalkan tempat tersebut. Berlawanan arah. Persetan soal rasa hormat dan tata karma. Akan lebih baik ia pergi ke apartemen. Setelah itu bekerja kemudian beraktivitas seperti biasanya.

"Berhenti Redis Sanjaya!"

Awalnya langkah Redis berhenti sebentar, namun tak lama setelah itu melanjutkan perjalanan lagi.

Ketidakharmonisan hubungan dalam keluarga mereka terjadi akibat sang orangtua sibuk bekerja.

Lalu setelah itu, dengan mudahnya menitipkan Redis kecil dirumah sang tante yang tak lain dan tak bukan adalah keluarga Samira.

Bodoh, saat kecil, yang harusnya hati dan pikiran masih polos, orangtua Redis sama sekali tak percaya dengan perkataan Redis.

Berbagai perlakuan buruk adalah hari-hari yang Redis dijalani sejak usia 3 tahun sampai SD. 'Bermain' dan tumbuh bersama dengan seseorang yang katanya adik sepupu.

Itulah mengapa Redis sekarang tak percaya cinta, ketulusan, dan semuanya.

Padahal Redis berumur lebih tua, begitupun dengan papanya yang berkedudukan sebagai anak tertua dalam keluarga mereka dahulu.

Akibat posisi tersebut Redis tak terima dengan pembagian harta warisan yang seimbang. Siapa yang lahir duluanlah yang patut mendapatkan harta lebih banyak!

Toh papa Redis adalah yang tertua, dan adiknya perempuan.

Lucu.

Yang terjadi memang gila.

"Redis! Stop atau Mama akan melukai diri sendiri."

Seketika itu juga Redis pun langsung menghentikan langkah, tak hanya berhenti namun juga memutarbalikkan badan. Tak akan Redis biarkan sang mama yang sayangnya 'bodoh' bertindak ceroboh.

Terkadang, seorang ibu yang sudah frustasi menghadapi sikap sang anak akan bertindak tak terduga. Contohnya seperti sekarang .

"Mama gila!?"

"Iya, Mama memang sudah gila. Kamu sulit diatur Redis. Padahal kamu adalah harapan satu-satunya keluarga Sanjaya."

Redis sontak berdecak.

"Lalu kenapa Mama dan Papa malah mengancamku ingin memberi perusahaan kepada Radit. Kalian tahu, hal itu semakin membuatku lebih frustasi dari yang kalian rasakan," balas Redis dengan wajah merah padam.

Sangat terlihat jelas ia marah saat itu.

"Itu agar kamu mau menikah Redis. Kalau tidak begitu, kamu pasti tak akan menuruti keinginan Papa dan Mama."

Tiba-tiba terdengar suara dari seseorang yang bergabung dalam situasi tersebut. Lihat yang terjadi selanjutnya. Kalau sang papa sudah ikut campur, maka hal buruk akan terjadi sebentar lagi.

Bisa saja, kan. Wajar, walaupun sudah menginjak usia lanjut, tuan Sanjaya tetaplah seorang kepala keluarga. Hal itu juga yang menyebabkan pemilik sah Sanjaya Corp berikut cabang-cabangnya yang sudah menyebar sampai ke luar negeri adalah milik orang tua yang sudah berusia lanjut tersebut.

Redis hanya menjalankan, namun kendali penuh masih berada di tangan sang kepala keluarga.

"Kau tenang saja Redis, setelah menikah nanti setengah harta warisan akan berpindah tangan atas namamu. Kenapa tidak langsung semuanya, kami percaya padamu, Nak. Namun dengan sifat burukku itu, kami tak bisa bertindak gegabah. Umur dan pemikiran yang berpikir seseorang telah matang, sering buat hilang kendali. Kami ingin memastikan kamu punya hidup yang benar-benar layak diatas kekuasaan uang dan harta."

"Hah."

Redis pun hanya bisa mendengus kemudian menarik napas jengah. It's is, itu yang disebut mereka dengan harus bahagia?

Tidak semua hal terselesaikan dengan uang maupun cinta. Justru cinta rumit, hingga bisa membuat seseorang jatuh dan berakhir di situasi yang serendah-rendahnya. Titik terendah dalam sebuah kehidupan.

Jika tidak bisa 'mengemudi dan mengendalikan' maka cinta sangat mungkin jadi pangkal kehancuran.

Dibalik rasa bahagia pasti ada lawan yaitu kesedihan. Semua tercipta berpasangan dan saling melengkapi.

Lalu Redis tak ingin terjatuh dalam kondisi yang baginya sangat menyebalkan tersebut. Terlalu rumit, Redis lebih suka bermain ranah berkas kantor yang mendatangkan uang. Ketimbang cinta yang rumit.

Sebab karena rasa kasih sayang yang berawal dari cinta itulah, orangtua Redis menutup mata untuk lihat yang terjadi pada diri seorang Redis.

Tak percaya dengan yang ia bilang soal keluarga Samira yang merupakan keluarga inti kakek moyang mereka.

Redis muak!!!

"Jangan bicara padaku. Tetap diam dan biarkan aku pergi. Kalian yang menjadikanku begini. But, harus ku akui cinta yang menjelma menjadi pasangan hidup itu, akan ku pertimbangkan. Bukankah aku harus punya keturunan untuk melanjutkan perusahaan? Aku juga menghargai."

"Sebab kalau tidak ada cinta kalian, aku tak akan pernah ada dalam dunia ini. Heh, namun, karena aku sudah terlanjur bicara panjang lebar, tolong pertimbangan kenapa aku bersikap jauh dari yang kalian mau. Ku tekankan, jangan buta oleh hubungan baik yang kalian sebut keluarga. Aku muak."

Setelah berucap Redis pun pergi dari tempat tersebut, bahkan sudah mirip berlari saking tak ingin dengar apapun.

Redis tahu, ia pasti akan berhenti jika dengar sesuatu dari orangtuanya. Bahkan saat ia sedang sangat marah sekalipun.

Redis yang buta oleh ego dan pikiran.

"Redis!"

"Ma, biarkan."

"Tapi Pa, bagaimana kalau Redis melakukan sesuatu yang buruk. Memangnya Papa mau kehilangan anak satu-satunya!?"

"Ma jangan berlebihan. Redis adalah orang yang lebih baik dari yang kita pikir. Tak akan terjadi sesuatu yang buruk padanya. Kalau iya, silahkan potong kepala Papa. Anak itu butuh waktu sendiri."

Yang tersisa saat itu adalah nonya Sanjaya terduduk di ranjang sang anak tunggal sementara Redis mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.

Tin!!!

Brak!!!

***

Halo Kakak-kakak semua. Raein23 ucap terima kasih yang sebanyak-banyaknya. Tetap pantengin cerita receh ini terus ya. Bolehlah disebar. Hehehe. Bantu Raein23 yang baru netes ini. Terserah ke siapapun, yang penting manusia. Oh, yang umurnya sudah 18 keatas ya. Habis ini rate-nya 18+. Gak vulgar tapi mengandung unsur mature. Semoga terhibur. Hehehe, thanks for reading. Salam hangat dari Raein23. Love you more!

Love yourself.

*****