Rasa lemah yang kuat menyebabkan Tang Wulin duduk di tanah, Mangtian dengan terampil mengeluarkan pembalut luka dari tangannya dan meletakkannya di pergelangan tangan Tang Wulin, untuk menutupi lukanya.
Saat ini, Ekspresi ahli penempaan tingkat master ini sedikit aneh, sudut mulutnya sedikit gemetar.
Bakat tetaplah bakat. Hal ini bukan karena ia tidak memiliki palu sebagai jiwa petarungnya. Pemahaman ini, sudah cukup untuk bisa menembus segalanya.
Seribu tempa, celah yang tidak dapat diatasi di mata banyak ahli jiwa, tetapi seribu tempa ini diselesaikan oleh anak yang baru berusia sembilan tahun. Suatu hal yang luar biasa!
Tang Ziran sudah bergegas dan ia membantu putranya.
Mangtian terdiam lama, lalu perlahan berkata: "bakat, ini adalah pekerjaannya hasil jerih payah bakat alami-nya. Wulin, kau harus ingat semua yang kau rasakan hari ini, bagimu, ini adalah sebuah kejutan awal dari dunia penempaan.
Sayangnya, Tang Wulin tidak mendengar perkataan gurunya dengan jelas, menempa dalam waktu lima jam, ia sepenuhnya telah pingsan, dan jatuh tertidur dalam pelukan ayahnya.
Ketika ia bangun kembali, ia telah berada di tempat tidurnya.
Langit di luar sudah cerah, matahari bersinar melalui jendela kamar, dan jatuh di tempat tidur yang pernah ditiduri oleh Na'er.
Walaupun Na'er telah pergi, tetapi Tang Wulin tidak membiarkan orang tuanya untuk membongkar tempat tidur ini, di alam bawah sadarnya, ia selalu berpikir kalau suatu hari nanti Na'er akan kembali.
Meski lengannya tidak sakit, tetapi seluruh tubuhnya masih lemas, dan badannya hangat, sehingga ia masih terbaring malas di atas tempat tidurnya, tetapi ada semacam perasaan tidak nyaman.
Senyum tipis muncul di wajahnya, seribu tempa, harus diselesaikan.
Seperti itulah pengalaman seribu tempa-nya.
Meskipun ia mengalami sakit, namun, ia masih mengingat dengan jelas bahwa ketika ia menempa pada tahap akhir, setiap pukulan palu, tampaknya beresonansi dengan perak berat itu, itu adalah perasaan yang sangat aneh, perak berat itu seperti hidup, ia bernapas, perak berat itu juga bernapas, setiap kali dipukul, sama seperti sedang dipijat, itu akan membuatnya merasa nyaman. Ketika kenyamanan ini meningkat ke tingkat paling tinggi, perak berat ini menyublim, perubahan kuantitatif berakumulasi menjadi perubahan kualitatif.
Walaupun ia tidak tahu apa yang terjadi kemudian, tetapi ia masih yakin bahwa ia telah berhasil.
Aku bukan sesuatu yang tidak berguna, setidaknya aku bukan orang yang tidak berguna dalam bidang menempa, dan juga, rumput perak biruku bukanlah rumput perak biru biasa.
Na'er, jika kau masih baik-baik saja, kau pasti akan senang bersama kakak, benar tidak? Semakin lama kakak akan semakin kuat, pastinya bisa melindungimu dengan baik, dan tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakitimu.
Na'er, kau cepatlah kembali, atau, kau beri tahu aku kau ada dimana! Mengaoa kau tidak mengatakan apapun malah langsung pergi, aku sangat merindukanmu.
Senyum manis Na'er muncul di benaknya, ketika suaranya yang indah seperti burung memanggil "Kakak" , ia selalu membuat Wulin merasa begitu puas.
Nanti, aku pasti bisa menemukanmu, pasti.
Perlahan-lahan, kehangatan tubuhnya membuatnya tertidur lagi.
Ketika ia terbangun lagi, ia sudah sangat lapar, langit di luar sudah menjadi gelap, jelas, dari kemarin malam sampai sekarang, ia telah tertidur satu hari satu malam.
"Ayah, Ibu!" Tang Wulin duduk, rasa lelah telah sepenuhnya hilang, hanya saja perutnya kosong, rasa lapar di depan dan belakang membuatnya merasa seperti ia bisa memakan satu ekor sapi.
"Nak, kamu sudah bangun!" pintu terbuka, dan Langyue memasuki kamarnya.
Tang Wulin dengan bangga berkata: "Ibu, aku bisa melakuka seribu tempa."
Mata Langyue memerah, ia berkata kepadanya, bahwa itu semua tidaklah penting, yang penting adalah kalau anaknya baik-baik saja.
"Baik Nak, apakah ada bagian tubuhmu yang tidak nyaman?" tanya Langyue lembut.
Tang Wulin menggelengkan kepalanya, "tidak ada! Hanya saja aku lapar, ibu, aku sangat lapar, apakah ada sesuatu yang bisa ku makan?"
"Ada, ada, ibu membelikanmu ayam gemuk, sup ayam rebus. Ibu menunggumu bangun, lalu kau makanlah. Gurumu bilang kalau kau sedikit kelelahan, setelah kau bangun, kau harus makan sesuatu yang mudah untuk dicerna.
Setelah seperempat jam.
Langyue dan Tang Ziran terus memperhatikan anaknya yang masih makan dengan cepat, makanan apa yang baik untuk dicerna oleh anaknya? Tampaknya, selama ia bisa makan, semuanya bisa ia cerna dengan baik.
Seekor ayam gemuk, ditambah sepanci sup ayam, lima roti kukus, dua piring sayuran hijau, semuanya sudah masuk ke perut anak lelaki berusia sembilan tahun ini. Dan ia juga masih mengintip, dan ia masih memakan lagi enam buah Mantou.
"Pergi dan masaklah beberapa makanan lagi untuk putramu." Tang Ziran menelan air liurnya, memandangi anaknya makan dengan begitu enaknya, bahkan ia merasa seperti sedikit menggerakan telunjuknya.
Langyue dengan segera berdiri.
Tang Wulin benar-benar sanggup makan banyak, terutama setelah melakukan banyak aktivitas fisik, ia makan selama satu jam penuh, dan ia baru merasa puas.
"Nak, kau tidak akan merusaknya bukan?" jika bukan karena Tang Ziran yang menghentikannya, Langyue tidak akan membiarkan Tang Wulin terus makan. Nafsu makannya, jelas telah melampaui batas orang normal.
Tang Wulin berkata dengan puas, "makanan ibu masih paling enak, sangat lezat."
Tang Ziran menarik tangan anaknya, ia melihat ada warna aneh di matanya, benar, pergelangan tangan yang terpotong oleh Mangtian benar-benar sudah sembuh, hannya menyisakan sedikit goretan merah.
Tang Wulin baru memikirkan ini dan bertanya, "Ayah, apakah seribu tempaku kemarin berhasil?"
Tang Ziran tersenyum dan mengangguk, "Iya! Berhasil, sangat berhasil. Gurumu tidak berhenti memujimu, ia bilang, setelah kau bangun, suruhlah ia bergegas menemukannya."
Tang Wulin melompat dari kursi, dan berkata: "Kalau begitu, aku akan pergi sekarang."
Langyue mengerutkan keningnya dan berkata: "sudah larut malam, besok saja perginya."
Tang Ziran berdiri dan berkata: "dia baru saja bangun, dan ia tidak akan tidur lagi untuk sementara waktu, waktunya masih belum terlalu terlambat, aku akan antarkan dia, lalu langsung kembali."
Langyue meliriknya dan mengancam: "jika timbul masalah lagi pada putraku, aku akan bertanya padamu, dan kau akan tidur di ruang tamu."
Tang Ziran menyentuh hidung dengan canggung, "seperti bukan anakku saja."
Ayah dan anak itu pergi langsung ke studio penempaan Mangtian.
"Guru, aku datang!" Tang WUlin berteriak begitu ia memasuki pintu, ia sangat menantikan untuk melihat seperti apa bentuk karya tempa pertamanya. Rasa berhasil yang disebabkan oleh penyelesaian seribu tempa membuatnya merasa sedikit tertekan selama beberapa waktu ini.
Mangtian yang mengenakan pakaian kerjanya keluar dari dalam, ia selalu memiliki wajah yang dingin, ketika ia melihat Tang WUlin, ia tersenyum tanpa sadar, matanya penuh kepuasaan dan bahkan manja.
Setelah mengangguk kepada Tang Ziran, kemudian ia berkata kepada Tang Wulin: "ikuti denganku."
Potongan perak berat itu masih ada di ruangan tempa Tang Wulin, setelah Tang Wulin pergi bersama ayahnya, Mangtian tidak mengambilnya.
"Lihatlah, karyamu." Mangtian menunjuk perak berat, dan berkata kepada Tang Wulin.