"Assalamu 'Alaikum"
Tak ada yang menyahut artinya rumah dalam keadaan kosong, Ramona meletakkan tas sekolahnya di atas meja belajar. Tak ada yang berubah dengan rumahnya, walau kini Pak Hendrinata sudah memiliki uang yang cukup banyak. Yang berubah dari rumah ini hanyalah pagar halaman yang tadinya terbuat dari bambu kini sudah dibuat permanen. Ramona menatap wajahnya di cermin. Alhamdulillah Allah memberikan nikmat hidup sehat untuknya itu sudah cukup untuk disyukuri. Ada bayangan berkelebat di depan pintu kamarnya, seketika bulu kuduknya meremang.
"Kakak ?"
"Mama,....papa !"
Tak ada sahutan busyet, lagian kalo mereka juga pasti mengucap salam. Mereka selalu membiasakan diri untuk mengucap salam walau kondisi rumah kosong sekalipun.
Bunyi motor yang diparkir dihalaman rumah, dan ucapan salam terdengar, Ramona membalas salam itu dengan keras dan segera berlari keluar.
"Lho, kamu kenapa kok pucat kayak dikejar hantu aja"
Yusran setelah memarkir motornya segera masuk kedalam rumah, kebiasaan buruknya yang suka keceplosan masih belum hilang padahal sewaktu di rumah paman Adhy dia sudah mendapat teguran yang keras dari ayahnya.
"Kakak sih gak ngeliat....
"Liat apa, pocong, kuntilanak ? mana ada yang begitu siang hari bolong kayak gini, biasanya malam munculnya. Kamu sih kebiasaan nonton film horor !"
"Ih...kakak"
Ramona merasa kesal dengan ungkapan kakaknya bukan menenangkan malah meledeknya. Dia segera mengambil makanan yang sudah tersedia di atas meja. Walau tersedia menu favoritnya, namun Ramona sulit menelannya. Dia lagi gak nafsu makan sampai terdengar salam dari ibu dan bapaknya yang baru tiba dari mesjid.
"Makanannya dihabisin mona !"
Dia tidak perduli dengan teriakan Yusran baginya dia ingin segera memeluk ayah dan ibunya.
"Eit...tunggu jangan langsung peluk, mama dan papa mandi dulu" Ucap ibu Melisa sambil merentangkan tangan untuk menahan Ramona.
"Mama aneh, kok gak bisa peluk. kan udah kebiasaan mona peluk mama dan papa"
"Gak sekarang, tadi mama dan papa dari mesjid langsung melayat istrinya pak Joyo meninggal jam 12 tadi siang" Pak Hendrinata menjawabnya.
"Itu kan Pak Joyo yang...yang....yang, yah yang punya buku kecil yang ditemukan mama" pikir Ramona. Dia ingin mengungkapkannya tapi gak jadi mengingat ibunya pernah trauma dengan hal itu.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tak terasa Ramona sudah naik kelas 3, setahun lagi lulus dan melanjutkan ke jenjang SMA. Usaha Pak Hendrinata pun meningkat, kini sudah memiliki 5 buah kapal pukat, pak Hendrinata menjadi satu-satunya pemasok ikan Tuna terbanyak di daerahnya.
Hari minggu ini semua anak-anak dan cucu berkumpul di rumah pak Hendrinata, bukan hanya sekedar berkumpul melepas kangen biasanya setiap minggu pak Hendrinata selalu memberikan sedikit tausiah kepada anak cucunya.
"Mona, tuh ada pengemis depan rumah. Kasih dia makanan dan berikan dia pakaian yang layak, jangan lupa berikan sedekah untuknya. Pakai uang jajanmu, biasakan mulai dari sekarang saling memberi !"
Perintah pak Hendrinata tak pernah ditolak Ramona, biasanya ayahnya yang selalu memberikan sedekah tapi hari ini gilirannya.
"Tauziah hari ini tentang sedekah, papa bukan menceramahi tapi papa akan bercerita tentang kisah seorang pemuda di zaman Nabi Ibrahim AS"
Semua mendengarkan dengan cermat, Ramonapun segera bergabung. Dia yang terlihat paling antusias mendengarkan kisah atau dongeng, tapi kalo ceramah atau penjelasan yang terlalu panjang dia pasti mengantuk.
"Malaikat Izrail melihat seorang pemuda baru keluar dari rumah Nabi Ibrahim AS dan bertanya siapa dia lalu Nabi menjawab jika pemuda itu adalah sahabat sekaligus muridnya, dia datang menyampaikan jika besok pagi dia akan menikah dengan perempuan yang dicintainya. Malaikatpun berkata jika nanti malam malaikat Izrail akan mencabut Nyawanya"
"Hah ? trus gimana dong dia kan besok pagi mau nikah ? gak mau ah. Ntar kisahnya malah menyedihkan" Ramona hendak berdiri tapi urung ketika mendengar komentar Yusran.
"Kebiasaan, ceritanya belum selesai main nyelonong aja, dengarin dulu semuanya baru ngomong"
Pak Hendrinata segera melanjutkan ceritanya, Beliau tau jika Ramona itu type orang gak sabaran jadi emang harus banyak-banyak diceramahin.
"Hal itu juga yang mengganjal dihati Nabi Ibrahim AS, Ingin rasanya Nabi segera memberi tahu pemuda itu untuk mensegerakan pernikahannya, tapi Nabi mengurungkan niatnya, dan menyerahkan semuanya kepada Allah, toh Hidup, Rezeki, Jodoh dan maut itu adalah Rahasia Allah. Besok paginya Nabi Ibrahim melihat pemuda itu melangsungkan pernikahannya dengan perempuan itu dan masih hidup sampai usianya 70 Tahun. Mau tau Rahasianya ?"
"Mauuuuu.... sontak semuanya bersuara, Mira dan Tyanpun ikut-ikutan.
"Setelah Nabi Ibrahim bertemu dengan Malaikat Izrail dan menanyakannya dan jawaban malaikatpun satu kata "SEDEKAH". Malam itu sebelum nyawanya akan dicabut, pemuda itu menyedekahkan sebagian kekayaannya kepada orang miskin. Dan Allah menangguhkan kematiannnya. Demikianlah kisahnya semoga bermanfaat".
Pak Hendrinata menyudahi kisahnya, anak-anaknya meneteskan air mata, pak Hendrinata sangat terharu melihat anak-anaknya, besar harapan anak-anak dan cucu-cucunya menjadi pribadi yang sholeh dan sholehah.