"Sebenarnya kamu siapa?" tanya cewek itu untuk kesekian kali, "aku gak kenal sama kamu. Tapi kenapa kamu peduli sama aku?"
"Karena saya mau kamu hidup," jawab pria itu, "nyawa kamu itu berharga."
Nara terkekeh pelan, ia kemudian menggelang. "Ngaco." Ia mengubah posisinya menjadi duduk. Pria itu dengan cepat meletakkan bantal ke punggung Nara sebagai sandaran duduk di kepala ranjang. "Bapak pasti bercanda kan?"
Senyum di wajah pria itu berubah kecut saat mendengar pertanyaan terakhir Nara. Tangan kanannya terangkat ke kepala Nara.
Tadinya Nara pikir tangan itu akan mengelus wajah atau membenarkan tatanan rambutnya yang acak-acakan. Ia bahkan sudah mempersiapkan diri untuk kemungkinan semacam itu. Ya, paling tidak cewek itu takkan mengeluarkan refleksnya tiap kali wajahnya disentuh, menampar.
Tapi ternyata dugaannya salah. Pria itu tidak mengelus apalagi membenarakan rambutnya. Pria itu menjitak keningnya. Cukup keras hingga membuat cewek itu sedikit bereaksi.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com