"Luna! Kenapa nama kamu ditulis dengan pulpen merah? Apa kamu tidak mengerjakan tugas?"
Luna menunduk. Dia di panggil ke ruang guru, sedang ditanyai oleh Pak Nanto sang guru mapel Ekonomi.
"P-pak... Sebenarnya saya ikut mengerjakan, tapi...."
Pak Nanto menunggu kelanjutan ucapan Luna. Terlihat ekspresi ketakutan di wajah gadis cantik ini.
"Ada apa Luna? Apa ada yang mengancam kamu?" tanya Pak Nanto kasihan.
Luna menengok kiri dan kanan. Seperti tengah mencari keberadaan seseorang. Saat di rasa sudah aman, Lunapun menatap Pak Nanto lekat.
***
Wito memukul lemari dengan keras. Lagi-lagi, perusahaan 'Wito Kencana' kalah saing. Wito benar-benar mendadak jadi gila karenanya.
"Kenapa kita kalah lagi! Kalian itu becus dong kalo kerja!" bentak Wito pada karyawan kantornya.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com