webnovel

Gunung Suci (Bagian I)

Editor: Atlas Studios

Cara menyadari bahwa penyihir yang sedang menggendongnya bernapas sambil terengah-engah.

"Panggillah seseorang yang lain untuk membopongku," kata Cara, "Daun, tolong boponglah aku."

Berjalan di Pegunungan Tak Terjangkau yang dingin sangat melelahkan, terutama dengan kondisi cuaca yang bersalju seperti ini. Setiap hari, empat puluh dua orang penyihir itu harus menemukan tempat persembunyian lain yang nyaman setelah berjalan dalam jarak pendek dan mengisi kembali liontin mereka untuk bertahan dari suhu yang begitu dingin di malam hari.

"Baik, Guru." Seorang penyihir berjongkok di depan Cara. Lalu Cara memanggil ular sihirnya dan melingkarkan ular itu di tangannya kemudian ular itu menarik tubuh Cara ke pundak si penyihir yang akan menggendongnya. Cara menyadari bahwa penyihir yang menggendongnya itu agak gemetaran.

"Nightingale sialan!" Cara berpikir dengan geram. Jika saja Nightingale tidak menolak kemurahan hati Cara waktu itu, ia tidak perlu bertindak kejam terhadap saudari-saudari mereka di asosiasi. Di saat-saat yang krusial dalam pencarian Gunung Suci, Cara tidak bisa mengambil resiko.

Dan apa hasilnya? Setelah pengkhianat sialan itu melarikan diri, Cara tadinya sudah siap untuk menikam Nightingale tanpa ada keraguan sama sekali. Inilah balasan dari kebaikan hatinya! Pikiran Cara dipenuhi dengan amarah. Nightingale telah membuat tulang punggungnya cedera. Meskipun Daun telah mengobati lukanya dengan segera, tubuh bagian bawah Cara sudah terlanjur lumpuh, dan ia tidak bisa merasakan kakinya sama sekali.

"Tunggu sampai aku menemukan Gunung Suci. Aku akan memanggil penyihir-penyihir lain yang lebih banyak dan aku akan memenggalmu sampai beberapa bagian suatu hari nanti!" pikir Cara.

"Guru, ada beberapa binatang Iblis di depan kita."

Scarlett, yang bertanggung jawab untuk mengawasi keadaan, melaporkan hal itu. Scarlett dapat melihat menembus semua rintangan, tempat-tempat persembunyian dan segala macam perangkap. Tidak ada yang tersembunyi dari Scarlett. Di saat yang bersamaan, Scarlett juga mampu melihat objek yang sedang bergerak dengan jelas. Ia pernah mengalahkan Pasukan Penghakiman satu kali, dalam peperangan melawan Gereja.

"Turunkan aku. Daun, bantulah mereka."

Penyihir itu menganggukkan kepala selagi ia berjongkok dan menurunkan Cara di atas sebuah batu. Tangan Cara menopang tubuhnya selagi ia diturunkan ke tanah yang tertutup salju. Cara merasakan dingin di telapak tangannya. Cara berpikir dengan kesal, "Bisakah kamu menyingkirkan salju ini sebelum menurunkan aku?"

Tapi Cara tidak mengatakan hal itu kepada Daun. Daun adalah anggota yang tidak tergantikan di dalam asosiasi. Semua berkat Wendy dan sikapnya yang baik hati yang dapat mengumpulkan semua penyihir itu dan mendirikan Asosiasi Persatuan Penyihir, dan juga berkat Daun pula maka semua penyihir itu mau mengikuti dirinya. Tanpa kemampuan yang dimiliki Daun, banyak penyihir itu sudah lama mati, karena diburu oleh Gereja.

Mengingat Wendy, Cara merasa sangat sakit hati. Cara tidak pernah menyangka bahwa Wendy, yang mendirikan Asosiasi Persatuan Penyihir bersama-sama dengannya, akan mengkhianati dirinya demi Nightingale.

Bahkan ketika Wendy menghembuskan angin untuk mengenyahkan Cara, Cara tidak bermaksud untuk membunuh Wendy. Racun yang dikeluarkan oleh Sihir Ular "Penderitaan" hanya akan menghasilkan rasa sakit dan efeknya akan berlangsung agak lama, tapi tidak akan mengakibatkan kematian dengan segera. Racun dapat disembuhkan jika "Ketiadaan" mematuk Wendy. Cara hanya ingin memberi pelajaran kepada Wendy. Jika dibiarkan dalam tubuh, racunnya akan menyerang ke otak dan tidak dapat disembuhkan. Sebuah keputusan yang salah ketika Nightingale membawa Wendy ikut bersamanya. Tanpa penawar dari "Ketiadaan", Wendy tidak akan bisa bertahan lebih dari satu hari.

Mungkinkah Wendy, sebagai mantan biarawati gereja, tidak memiliki kesempatan untuk melihat Gunung Suci bersama dengan saudari-saudari lainnya?

Sedangkan untuk pengkhianat yang lain, yang bernama Kilat, Cara tidak begitu memikirkannya. Gadis itu baru bergabung dengan Asosiasi Persatuan Penyihir belakangan ini, dan kemampuannya adalah ia bisa terbang. Kilat selalu memiliki pandangan yang berlawanan dalam hal pencarian Gunung Suci dan bahkan berani mempertanyakan isi Kitab Suci. Jika saja kemampuan Kilat tidak dibutuhkan oleh Asosiasi Persatuan Penyihir, Cara akan membunuh gadis cerewet itu dan membuangnya di salju.

Dua ekor serigala iblis mendekati kawanan penyihir itu dari belakang lereng. Gadis-gadis yang berada di Asosiasi Persatuan Penyihir memiliki keahlian untuk menghadapi binatang Iblis. Gadis yang tidak memiliki keahlian bertarung mundur ke belakang. Daun mengeluarkan sihirnya terlebih dulu, membuat ilalang yang tumbuh dengan sangat cepat. Tumbuhan berwarna hijau tiba-tiba mencuat dari dalam tanah dan melilit kaki-kaki binatang Iblis itu. Penyihir yang lainnya, yang bernama Pencari Angin, mengeringkan udara yang berada di sekitar binatang Iblis itu. Dua monster itu langsung tercekik seketika. Mulut binatang Iblis itu berbusa, dan mereka roboh ke tanah dalam keadaan kejang-kejang.

"Inilah kekuatan para penyihir," pikir Cara. Orang biasa yang hanya mengandalkan pedang akan mudah kehilangan nyawa mereka di hadapan serigala iblis ini. Hanya para penyihir yang memiliki kekuatan sihir yang akan menjadi kesayangan para dewa. Jika saja tidak ada Liontin Penghukuman Tuhan itu…. bah, seharusnya Liontin itu disebut dengan Liontin Neraka, beraninya Gereja menindas para penyihir ? Cara meludah ke tanah.

"Guru, ayo naik ke punggungku." Daun telah kembali kepada Cara dan ia membungkuk.

"Suruhlah penyihir yang lainnya untuk menggendongku." Cara menghela nafas. "Kamu sudah lelah."

Mereka melanjutkan perjalanan. Pada siang hari, salju yang turun sudah berkurang. Penyihir yang bernama Batu, yang bertanggung jawab terhadap tata letak perkemahan, menemukan sebuah lahan. Mereka memutuskan untuk beristirahat di sini dan makan makanan untuk memulihkan kekuatan mereka.

Penyihir yang bernama Batu dengan cepat mengubah lahan itu. Salju berubah menjadi tanah segar. Tanah itu tampak hidup, bergoyang dan meliuk-liuk dan dengan cepat tanahnya menjadi halus dan kering. Semua penyihir itu menjalankan tugas mereka masing-masing dan mereka menempatkan panci untuk memasak bubur. Salju telah dididihkan dalam sebuah mangkuk, dicampur dengan beberapa tanaman yang diracik oleh Daun, aroma yang tajam segera menyeruak ke udara.

"Berikan lencanamu kepada Shino," kata gadis kecil berambut merah. Kemampuan gadis ini juga berhubungan dengan api. Gadis ini dapat menghasilkan panas kepada suatu benda dan membuat benda tersebut terbakar untuk waktu yang lama. Lencana lambang anggota Asosiasi Persatuan Penyihir, koin Gunung Suci, dibuat sendiri oleh gadis itu.

Kemampuan gadis itu tampak tidak penting, tetapi akan sangat membantu dalam Asosiasi Persatuan Penyihir, terutama dalam perjalanan bersama-sama melalui Pegunungan Tak Terjangkau. Jika tidak ada orang yang dapat menahan panas, mereka akan dengan mudah kehilangan suhu tubuh dan bisa koma dalam cuaca yang dingin dan salju yang lebat.

Setelah makan bubur gandum, para penyihir mengemasi barang-barang dan melanjutkan perjalanan mereka. Menurut perkiraan Cara, Gerbang Neraka sebenarnya adalah kunci menuju Gunung Suci. Gereja dengan sengaja menyebutnya sebagai tanah iblis, berharap dengan begitu mereka akan mencegah para penyihir mencapai Gunung Suci. Menurut catatan dalam buku-buku kuno, mereka harus melalui tiga buah Gerbang Batu, dan gerbang batu yang terakhir berada di wilayah Barbar. Gerbang Batu biasanya tersembunyi di bawah tanah, dan hanya akan naik ke permukaan ketika Bulan Merah muncul di langit.

Mereka telah berangkat dari perkemahan semula dan berjalan di Pegunungan Tak Terjangkau selama sekitar setengah bulan lamanya. Mereka akan segera meninggalkan pegunungan dan memasuki Tempat-tempat Liar. Belakangan ini, binatang iblis muncul lebih sering di hadapan para penyihir itu.

"Cepat! Cepat! Lihatlah! Apa itu!?" Tiba-tiba terdengar seseorang berteriak.

Cara mendongakkan kepalanya dan ia tercengang.

Ada sebuah kota di langit!

Saat itu masih turun salju di langit yang berwarna hitam, dan awan terlihat mendung. Siluet sebuah kota menjulang dan menembus awan.

Cara belum pernah melihat bangunan seperti ini sebelumnya. Bangunan itu tampak seperti menara yang berdiri berdampingan. Jika titik hitam di atas adalah jendela-jendela, maka menara ini setinggi kurang lebih tiga ratus tiga puluh tiga meter! Ini jelas bukan sesuatu yang bisa diciptakan dari tangan manusia! Bahkan katedral gereja yang paling tinggi, yaitu Katedral Hermes, hanya setinggi lima puluh meter!

Karena kota itu tidak dibangun oleh manusia, maka hanya ada satu jawaban: kota itu dibangun oleh para dewa!

Cara merasa sangat bersemangat, jantungnya berdebar dengan kencang…

Cara telah menemukan Gunung Suci!