Setelah berpikir cukup lama, akhirnya aku setuju dengan Mas Denis. Karena takut, aku menyimpan bantal guling di tengah-tengah kami sebagai pembatas. Mas Denis cuma terkekeh saja melihat apa yang aku lakukan saat ini.
Entah kapan Mas Denis ikut tidur, saat tengah malam terbangun, kulihat laptopnya masih saja terbuka. Aku bangun dan menutup laptop, lalu menyelimuti Mas Denis. Setelah sekian lama, aku bisa menatap wajah Mas Denis yang tenang.
Rahang keras di wajahnya yang saat tersenyum terlihat manis. Tatapannya yang bisa membuat hati berbunga. Juga suaranya yang bisa meneduhkan hati ketika sedang gelisah. Tidak mau terbawa perasaan, aku langsung pergi ke kamar mandi.
Menuruti saran dari Danisya, aku harus lebih mendekatkan diri pada Allah bukan cuma lewat salat wajib. Tapi juga lebih sering melakukan salat tahajud dan dhuha. Tapi untuk salat dhuha, aku masih bingung mencari waktu berbenturan dengan kerjaan di kantor.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com