webnovel

Pergi ke villa

"selamat pagi Ayah." ucapku semangat sembari duduk dan bersiap untuk sarapan.

"selamat pagi juga Gea. semangat sekali kamu hari ini." ucap Ayah yang heran melihatku tampak begitu semangat.

"hahaha.... aku merasa senang sekali karena nanti aku akan ke villa ibu." ucapku yang senang sembari mengambil roti tawar dan mengoleskan selai strawberry di atasnya.

"yang terpenting bagi Ayah kamu harus berhati-hati. Dengan siapa kamu akan kesana?" ucap Ayah sambil menggigit roti tawar.

"sendiri Ayah, ada apa?" ucapku bertanya.

"Ayah kira kamu akan mengajak Merry." ucap ayah menerka-nerka.

"oh... tidak ayah. Merry sedang sibuk bekerja di rumah sakit. lagi pula aku disana bukan cuma sehari. mungkin sekitar 3 hari. jadi kalau dia ikut akan sangat merepotkan untuk pekerjaannya nanti."ucapku sembari menggigit roti tawar dan mengunyahnya dengan perlahan.

"apa mau pergi bersama dengan Bi Anne saja?" Ayah menyarankan agar pergi bersama dengan Bi Anne.

"tidak perlu ayah, aku akan ke sana sendiri saja. Ayah tidak perlu khawatir." jawabku menenangkan ayah.

"baiklah kalau begitu,kamu benar-benar sudah paham dengan jalan menuju ke sana?"ucap Ayah memastikan agar aku tidak tersesat di sana nanti.

"sudah Ayah dengan melihat aplikasi map di ponsel pasti bisa sampai di sana." jawabku yang sudah mempersiapkan segalanya.

"kalau begitu ayah akan pergi ke perusahaan dulu, kamu nikmati hari hari sampai mu disana."Ayah bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke arahku, lalu mengecup keningku.

"terima kasih Ayah."ucapku senang.

Ayah masih mengurus perusahaan karena aku akan terjun ke perusahaan setelah aku menikah, sedangkan untuk urusan kepala keluarga masih aku jalankan.setelah sarapan aku mempersiapkan beberapa pakaian yang akan aku bawa ke sana.aku membawa pakaian biasa seperti celana jeans dan beberapa kaos juga kemeja. katanya di sana area pegunungan jadi mungkin akan terasa agak dingin. makanya aku membawa sial dan juga topi rajut, semua barang aku masukkan ke dalam sebuah koper.

semuanya telah dipersiapkan,aku mengambil kunci mobil dan tas yang biasa aku gunakan. lalu bergegas menuju ke mobil," pak Ken tolong masukkan koper ini ke dalam bagasi mobil ya."ucapku menyuruh pak Ken.

"mobil yang mana nona?" tanya pak Ken bingung.

"oh.... yang warna hitam itu saja. karena kemarin baru di service jadi tidak perlu khawatir kalau aku bawa berpergian jauh." ucapku pada pak Ken.

"baik nona." jawab pak Ken segera memasukkan koper.

di mansion terdapat 3 mobil sport khusus untukku, 15 lusin hitam untuk keluarga dan 2 buah mobil pribadi ayah. aku menginjak gas dan bergegas menuju desa Irola. perjalanan menuju kesana membutuhkan waktu 3 jam, karena jalannya tidak macet maka ini bisa lebih cepat dari 3 jam. mobil ku merasa cepat sesuai arahan dari map, setelah melewati kota Mahotherm, harus melewati kota-kota lain sampai menuju desa Irola.

"ah... how sekali rasanya." ucapku berhenti di pinggir jalan untuk beristirahat dan segera minum.

saat melihat map,"ternyata masih setengah perjalanan lagi. kenapa terasa begitu jauh." ucapan yang mulai tak sabaran. aku kembali mengendarai mobil dan bergegas menuju. sesampainya di desa itu aku terpukau, tidak ada polusi udara. semuanya masih terlihat asri, lingkungan hijau. walaupun jalannya berbatu. dan membuat mobilku bergoyang kekiri kekanan kekiri kekanan.

aku berhenti di pinggir jalan dan bertanya kepada seseorang,"permisi Bu numpang tanya. rumah keluarga Eltrada di mana ya Bu?" tanya aku kepada seorang ibu yang sedang berjalan.

"rumah keluarga Eltrada masih lurus kedepan. nanti ada tugu yang bertuliskan Eltrada. maka itu adalah kediamannya."ucap ibu tersebut sembari menunjuk ke arah depan.

"terima kasih Bu." ucapku pada ibu.

"iya. sama-sama." jawab ibu itu dan berlalu.

aku mengendarai mobil yang mengikuti arahan ibu itu, ada sebuah tugu besar yang bertuliskan Eltrada. aku masuk ke dalamnya dan terlihat hanya ada 1 rumah besar.

"mungkinkah ini? wah..... hebat sekali. rumah ini terlihat begitu besar." ucapku yang terpesona melihat rumah itu.

mobilku berhenti di depan rumah itu, "permisi, apakah ada orang."ucapku sembari mengetuk pintu.

Ayah sudah mengatakan kalau rumah ini diurus oleh bibi Helen,"iya tunggu sebentar."ucap seseorang dari dalam membukakan pintu.

"bibi Helen ya? ini aku Athagea." ucapku memperkenalkan diri.

"nona Athagea? astaga bibi tidak menyangka kalau nona sudah sebesar ini dan cantik sekali." ucap bibi memuji.

"dulu terakhir kali bibi melihat nona masih bayi." jelasnya memeluk dan mempersilahkan masuk.

"Bi koper saya masih di bagasi." ucapku menuju ke mobil.

"tidak masalah biar nanti anak bibi yang mengambilnya." ucapnya menarik ke dalam rumah.

"iya Bi"aku mematuhi apa yang bibi katakan.

"sebenarnya saya sudah tahu kalau nona akan kemari, karena Tuhan sudah mengatakan kalau pagi ini nona berangkat menuju kemari." jelas bibi padaku.

"astaga ayah. pasti ayah memikirkanku dengan an-nur rasa cemas saat aku mau berangkat." ucapku sembari menepuk dahiku.

"saya akan tunjukkan kamar yang akan ditempati selama di sini."ujar bibi mengajakku ke sebuah kamar.

"ini kamar yang akan nona tempati, bagaimana menurut nona?"bibi menanyakan pendapat ku.

"bagus Bi, dan juga jendelanya mengarah ke pegunungan." ucapku senang sambil berlari menuju ke jendela tersebut.

"kalau begitu nona istirahat dulu di sini, saya akan menyiapkan makanan untuk nona."ucapnya berlalu meninggalkan kamar.

"baik Bu." jawab ku ku tanpa memandang bibi.

Bi Helen terdengar menghentikan langkahnya dan membalikkan badan,"koper nona akan segera dibawa kemari." ucapnya melanjutkan berjalan.

aku tak merespon, lalu merebahkan tubuhku di atas tempat tidur."ah.... terasa nyaman sekali." ucap ku merasa nyaman karena selama di perjalanan jalannya sangat jelek dan membuat badanku terasa pegal.

aku segera mencari ponsel dan menelpon ayah,namun setelah aku telepon tiga kali berturut-turut tidak ada respon,"mungkin Ayah sedang sibuk." gumamku pada diriku sendiri.

lalu aku mengirim pesan kepada Nya,"ayah. aku sudah sampai dengan selamat. aku menyukai tempat ini." pesan itu langsung kekirim.

"tok... tok... tok..." suara seseorang yang mengetuk pintu.

"masuk pintunya tidak dikunci."ucapku sembari memainkan ponsel.

"maaf nona, koper ini diletakkan di mana?"ucap seorang laki-laki yang terlihat seumuran denganku.

"letakkan di depan meja rias itu saja." ucapku kembali memainkan ponselku.

"baik nona." jawabnya dengan patuh dan meletakkan koperku sesuai dengan instruksi ku.

"kamu anaknya bibi Helen ya?"tanyaku memastikan, pria itu terlihat seperti seorang yang pemalu.

"iya nona."jawabnya singkat tanpa basa-basi.

"siapa namamu?" tanya aku lagi dengan penasaran.

"Izon. nama saya Izon nona." jawabannya dengan cepat.

"baiklah kamu boleh pergi." ucapku sembari memainkan ponsel.

kalau diperhatikan ruangan kamar ini begitu besar, dengan kamar tidur di bagian samping kanan pintu. yang di bagian depan pintu terdapat meja rias di sampingnya terdapat lemari yang begitu besar. syarat ada di bagian depan lemari itu terdapat sebuah kursi sofa seperti yang berada di kamarku.

setelah jenuh berada di kamar aku pun berjalan keluar dan berkeliling di dalam rumah. bangunan yang besar namun terlihat sangat menarik. membuat orang yang memasukinya terpesona akan arsitektur ruangan ini.

"wah.... benar-benar hebat. berbeda sekali dengan mansion utama yang bergaya klasik."ucapku menyebarkan pandangan menatap ke langit-langit bangunan menatap ke sebuah lorong dan melihat ruangan 1 keruangan yang lain.