webnovel

Malam yang panjang

malam ini terasa hampa dan begitu gugup membayangkan hari esok. akankah semuanya baik-baik saja? jantungku berdegup dengan kencang. apakah ini pilihan yang terbaik?aku sudah mi yakinkan hatiku berkali-kali namun tetap saja seperti ada perasaan bimbang dan keraguan. terlintas rasa keraguan dalam hatiku untuk pernikahan ku. akankah aku bahagia? akankah dia mencintaiku dengan tulus? apakah dia akan memperlakukanmu dengan baik? dia bukanlah Leandricho yang aku kenal dulu.

aku mencari ponsel di dalam tas sembari duduk di depan meja rias,"lebih baik aku kirim pesan kepada Leandricho untuk memberitahu dia bahwa ayah menyetujui untuk memberikan rumah." gumamku.

alih-alih ingin mengirim pesan aku malah menekan tombol telepon,"Ya ampun. bagaimana ini? apa yang kulakukan? aku tidak mungkin langsung mematikan teleponnya. kenapa aku begitu bodoh!" makiku pada diriku sendiri.

"mau bagaimana lagi! aku harus menghadapinya." ucapku menghela napas dalam-dalam.

"akankah dia mengangkat telponku." gumamku dalam hati sembari menatap layar ponsel tanpa berkedip sekali pun.

"ahhh... dia mengangkat telponnya." gumamku dalam hati sembari menempelkan ponselku di telinga.

"kenapa kamu menelponku malam-malam begini!" teriak seseorang dari seberang telepon.

"DEG." salah jantungku berhenti berdetak untuk beberapa saat. hatiku terasa sakit. saat ini yang kurasakan senang dan sedih secara bersamaan.

aku mencoba mengumpulkan keberanian ku, "maaf jika aku mengganggumu. aku hanya ingin memberitahumu tentang rumah waktu itu." jawabku dengan gugup.

"katakan saja! kamu tidak perlu berbasa-basi." ucap Leandricho yang masih meninggikan nada bicaranya. seperti dia tidak mau lama-lama berbincang dengan ku.

"Ayah menyetujuinya untuk memberi kita rumah. tepatnya rumah yang berada di daerah Elhas." jelasku kepada Leandricho.

"Bagus kalau begitu." ucapnya terasa puas.

"aku tidak menyangka besok kita akan menikah."ucapku tanpa sempat aku berpikir dulu dan keluar begitu saja dari mulutku.

"hahaha... bukankah ini yang kamu inginkan." ucapnya menyindirku.

apa segitu bencinya dia padaku sampai dia bersikap seperti ini. aku menggigit bibirku. "apa kamu benar-benar tidak menginginkan pernikahan ini?" tanyaku menahan sesak yang ada di dada. mataku mulai berkaca-kaca dan terasa panas.

"huh..apa kamu pura-pura bodoh atau memang benar tidak menyadarinya. dari awal pernikahan ini bukan karena cinta dan aku hanya diperiksa oleh keluargaku." teriaknya dengan tegas.

kini aku tahu bahwa dia memang tidak mencintaiku. dia melakukan ini semua karena terpaksa. tapi kenapa? kenapa seperti ini? perjodohan ini permintaan dari keluarganya. tapi kenapa dia bersikap seolah perjodohan ini dari keluargaku. aku tak bisa membendung air mata aku lagi.

aku melangkah menuju ke tempat tidur dan duduk di atasnya sembari memeluk bantal, "aku minta maaf jika aku membuat kesalahan. kita bisa membatalkan pernikahan ini." ucapku dengan nada dingin.

diriku menahan semua gejala yang muncul. emang benar jika aku begitu mencintainya. aku ingin bersama dia seumur hidupku. tapi lain halnya dengan Leandricho, mungkin lagi dia pernikahan ini adalah sebuah penjara untuknya.

"sudahlah kamu tidak perlu menambah masalah dengan sikap arogan mu itu. semua akan berjalan seperti apa yang kamu mau." ucapnya dengan nada yang dingin.

"baiklah kalau begitu. dan lagi, aku harap besok Mitha tidak perlu datang." ucapku dengan ada yang tegas.

"apa maksudmu?" tanya Leandricho seakan seperti bom waktu yang meledak.

"kamu tahu sendiri besok akan ada banyak tamu yang datang dan itu bukan hanya sekedar tamu biasa. aku hanya tidak mau timbul gosip yang mempermalukan keluarga Albregatte dan monarustichell." jelasku padanya. di sisi lain aku juga tidak mau melihat wajah Mitha.

"oke kalau keadaanya memang begitu. aku menuruti kata-katamu kali ini dan tidak untuk lain kali." jawab Leandricho memperingati.

"begitu berartinya diakah untukmu?" tanya ku merasa sesak atas sikap Leandricho kepada Mitha.

"ya dia sangat berarti untukku. karena dia adalah wanita yang baik-baik. tidak seperti kamu yang penuh dengan trik jahat." jawabnya memakiku.

aku tersenyum masam mendengar apa yang Leandricho katakan,"huh.. kau bilang baik? itu karena kamu belum tahu dia yang sebenarnya. jika kamu tahu apa yang telah dilakukan. kamu pasti akan menyesal telah membela dia seperti ini." ucapku yang tak tahan dengan kepercayaan Leandricho pada Mitha.

"cukup Gea! aku tidak ingin berdebat dengan mu!" maki Leandricho dengan penuh rasa kesal.

"aku tidak berjumpa denganmu. aku hanya memberitahumu tentang Mitha. kamu tahu kakak dia sudah meninggal?" tanyaku yang mulai memprovokasi Leandricho.

"iya kakaknya meninggal karena kecelakaan." jawab Leandricho pelan-pelan seperti dia masih mengingat-ingat.

"hahaha..." aku tertawa menghina.

"kenapa kamu tertawa dasar wanita licik." teriak Leandricho.

"aku menertawakan kebodohanmu. kamu percaya begitu saja bahwa itu sebuah kecelakaan? aku tidak menyangka bahwa kamu benar-benar sebodoh itu. tanyakan pada Mitha dan suruh dia untuk menjawab yang sejujur-jujurnya. doa itu benar-benar kecelakaan ataukah ada sebuah rencana di balik itu semua." aku terus memprovokasi Leandricho berharap kepercayaan yang dia berikan kepada Mitha akan memudar.

"aku akan tetap percaya pada Mitha. kamu wanita iblis Gea. aku muak denganmu. kamu tidak pantas untuk dicintai dan bahagia." teriak Leandricho memaki dan mematikan telponnya.

saat itu aku mulai tersadar, yang ku katakan tidak melemahkan kepercayaannya kepada Mitha. melainkan semakin tebal nya dinding kebencian yang dia bangun untukku. pikiranku mulai kacau. semuanya lenyap jangankan Leandricho mencintai aku, hanya sekedar berharap pun kini sudah tidak bisa lagi. kepalaku tertunduk. air mataku mengalir membasahi pipi. rasa sesak kian menjadi-jadi. namun apa boleh buat kenyataan sudah terjadi dan tidak bisa diulang kembali. aku hanya bisa menghadapinya.

aku tidak tahu apa yang akan terjadi besok, akankah dia datang dan menikah denganku. attaqwa dia kan pergi bersama dengan Mitha. tanpa memperdulikan perbedaan publik tentang dua keluarga besar ini.

kepalaku rasanya ingin pecah. hatiku yang mulai bimbang. dan rasa frustasi yang menghampiri. aku bodoh. Dan aku benar-benar bodoh. aku sudah bertahan sekian lama. tapi kenapa untuk saat ini aku tidak bisa menahan nya lagi. padahal sebentar lagi aku akan menikah. cukup menunggu hingga hari esok tapi kenapa tidak bisa menahan ya walaupun sedetik pun.

perkataanku kepada Leandricho tentang kakaknya Mitha. mengingatkanku pada kejadian saat SMA. disaat Mitha mengetahui perjodohanku dengan Leandricho dan dia mulai menjauhiku. awalnya aku ingin membicarakan masalah perjodohan itu dengan Mitha agar dia tidak salah paham. tetapi dia tidak mau berbicara sedikit pun kepada aku. lalu aku tidak sengaja mengikuti Mitha. berharap dia mau berbicara kepadaku dan membahas tentang perjodohan itu.

tetapi saat itu aku tercengang dan merasa kalau Mitha benar-benar menakutkan. tadinya aku bisa melepaskan Leandricho untuk Mitha. agar aku masih bisa berteman dengan dia. tetapi setelah melihat kejadian itu, aku tidak bisa melepaskan Leandricho untuk seseorang seperti dia. mulai saat itu aku diam tanpa penjelasan pada Mitha dan bersikap biasa-biasa saja saat dia menjauhiku lalu dengan terang-terangan memusuhiku.

semua itu kulakukan demi Leandricho. tetapi saat ini semuanya diluar dugaanku. Leandricho bersama dengan Mitha dan tidak bisa terbantahkan lagi.