"Kenapa harus ke Madiun?" tanya Septi yang kini sudah duduk di sebelah Bara, air matanya masih menggenang.
"Karena orang yang bisa menjelaskan semuanya tinggal di sana, Sayang!" jelas Bara sabar.
"Memang apa yang perlu dijelaskan?"
"Sesuatu yang tidak bisa diterima nalar dan akal sehat, yang kemudian bisa membuat aku lupa diri dan terjebak saat itu," Bara membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, sesekali ia melirik spion dan kaca mobil, memastikan tidak ada yang mengikutinya.
"Apa maksudmu, Bi?" Septi masih benar-benar tidak mengerti, apa arti semua ini?
"Nanti kamu akan tahu Sayang, tunggu kita sampai ya!" Bara meraih tangan Septi, menggenggam erat-erat tangan itu.
Septi hanya menghela nafas panjang, ia memalingkan wajahnya, menatap jalanan yang mulai gelap itu dari kaca mobil. Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Kenapa seolah-olah semua mempermainkan dia seperti ini? Kenapa ia yang hendak Kirana celakan? Apakah benar karena Bara lebih memilih dia daripada Kirana?
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com