webnovel

BARA

Cintanya terkhianati, ketika gadis yang begitu ia cintai itu kemudian lebih memilih menikah dengan putra bungsu Presiden yang sedang berkuasa penuh di negaranya itu. Ia kemudian hendak dijodohkan dengan seorang dokter cantik oleh sang nenek. Bukannya setuju, ia malah membantu dokter itu jadian sama laki-laki lain yang dokter itu cintai. Dan ketika kemudian ia menemukan cinta barunya, gadis itu kembali datang kepadanya. Meminta kembali tempat dihati Bara yang pernah ia miliki sebelumnya. Mana yang akan Bara pilih? Cinta barunya atau cinta yang menorehkan luka? Novel ini merupakan pengembangan dari novel yang saya tulis di platform sebelah. Dimana kisah Bara pertama kali saya tulis. Selamat membaca.

Kim_Aikko · perkotaan
Peringkat tidak cukup
130 Chs

Fakta Mengejutkan

"Danisa?"

"Hey, kau juga tahu namaku?" gadis itu melonjak kaget, membuat Bara hampir ikut melonjak.

"Tentu tahu, Nindi memaksa ingin mengenalkan kamu kepadaku. Lantas kenapa kamu pakai nama Septi jika namamu Danisa?" Bara benar-benar tidak mengerti kenapa harus pakai nama samaran? Apakah hal itu masih berlaku untuk era sekarang? Kenalan dengan orang pakai nama samaran?

"Namaku Danisa Septia Hadi. Anak-anak klinik memanggilku aku Septi. Jadi aku pakai nama Septi supaya kalau ke klinik nggak bingung." ujar gadis itu menjelaskan. "Kamu juga, kenapa sih pakai nama Abimana? Bilang saja kalau nama mu Bara!"

"Aku merasa nama itu tidak bawa hoki kalau buat kenalan sama cewek, yaudah pakai nama Abimana." guman Bara menjelaskan.

"Tadi kamu bilang kalau Nindi memaksamu agar mau dikenalkan dengan ku, lantas apa jawabanmu? Apakah kamu menolak?"

"Tidak, aku bilang padanya kalau kamu mau dikenalkan dengan ku, inginku mau langsung aku lamar, mau aku nikahi langsung. Eh malah kita kenalan sendiri ya." Bara terkekeh, ia melirik sekilas gadis itu. "Eh lantas aku panggil apa nih? Danisa apa Septi?" tanya Bara bingung.

"Panggil saja nama saat kita kenalan. Gimana?" wajah Septi memerah, tunggu, tadi dia bilang langsung akan menikahinya? Ya ampun, secepat itukah?

"Oke, deal ya? Kamu panggil aku Abimana." titah Bara sambil tersenyum.

"Deal!" Septi mengulurkan tangannya, Bara tersenyum ia menjabat tangan itu dan menggenggamnya erat.

"Jadi gimana? Kapan aku bisa datang melamar?" tanya Bara to the point.

"Harus secepat itu kah?" wajah Septi kembali memerah, kata Nindi dia laki-laki yang baik, dan tampangnya sekeren ini, astaga siapa sih yang tidak meleleh?

"Sekarang aku tanya, sudah siap menikah belum? Kalau sudah aku lamar, kita tentukan tanggal pernikahan. Kalau belum aku lamar kita tunangan dulu, gimana?"

Septi tertegun, ia benar-benar belum bisa mempercayai orang yang baru saja ia kenal itu. Dan tiba-tiba ia langsung ingin melamarnya?

"Septi, bisa aku dapat jawabanku?" Bara mengejutkan lamunan Septi.

"Harus sekarang?" tanya Septi ragu, ia menatap Bara lekat-lekat.

"Kuberi waktu seminggu." jawab Bara lalu membelokkan mobilnya ke halaman The Barn itu.

"Oke, terimakasih." Septi tersenyum, ia hendak melangkah keluar mobil ketika tangan Bara menarik lengan Septi, mencegahnya turun dari mobil.

"Kumohon, jika aku belum tahu kamu, belum pernah ketemu kamu saja aku sudah seyakin itu untuk menikahimu, apa lagi ketika aku meminta sendiri kepadamu setelah kita bertemu, Sep. Tolong pertimbangankan dengan serius permintaanku." guman Bara sambil menggenggam erat tangan itu.

Septi hanya mengangguk, lalu membalas genggaman tangan itu.

"Jangan khawatir, aku akan mempertimbangkan dengan serius. Ku harap kamu juga mempertimbangkan lagi semua ini."

Bara mengangguk dengan mantab, ia tersenyum lalu mencium tangan Septi dalam genggamannya.

"Salahkah aku jika aku berharap bahwa kamu adalah jodohku?" tanya Bara lirih.

Septi hanya menggeleng perlahan, "Namun salahkah aku jika aku perlu waktu untuk berpikir? Pernikahan bukan untuk main-main."

Bara tersentak, ia pernah dengar kata-kata itu. Itu kata-kata Hanifa. Benar memang, tapi Bara benar-benar tidak mau lagi kehilangan. Ia tidak mau hanya mencicipi tubuh wanita yang ia cintai, lalu kehilangan mereka untuk kesekian kali.

Ia ingin terus merengkuh tubuh itu, menjalani semua hari-hari nya bersama sosok itu. Dan sekarang harapan Bara adalah wanita yang duduk disampingnya ini, Danisa Septia Hadi.

"Aku mengerti, tapi tolong mengertilah, aku tidak main-main dengan permintaanku tadi."

Septi tersenyum, ia mengangguk lalu melepaskan genggaman tangan itu. "Seminggu lagi kamu akan dapatkan jawabannya."

***

Bara sama sekali tidak menyangka, Septi itu adalah Danisa yang hendak dikenalkan Nindi kepadanya? Astaga, apakah ini tanda bahwa ia benar-benar berjodoh dengan gadis itu? Apakah benar dia adalah separuh nafas yang selama ini Bara cari?

Bara tersenyum simpul, hatinya benar-benar berbunga-bunga. Bayangan wajah cantik Septi terus menganggu pikirannya. Seminggu lagi ia akan dapatkan jawaban dari gadis itu. Ia sudah benar-benar yakin, apa salahnya?

Mereka mengobrol banyak hal tadi, dan mereka sepakat untuk merahasiakan pertemuan dan perkenalan mereka dari Nindi. Tampaknya akan jadi kejutan luar biasa bagi Nindi kelak. Bara tidak bisa membayangkan bagiamana nanti reaksi Nindi ketika tahu bahwa mereka berkenalan secara mandiri.

Bara membelokkan mobilnya masuk ke area parkir apartemen. Ia bergegas turun dan naik ke lantai dimana apartemennya berada. Senyumnya mengembang dan ia seperti hidup kembali.

Setelah masuk ke dalam apartemennya, Bara bergegas merogoh Smartphone miliknya dan menghubungi nomor Septi.

"Sudah sampai rumah? Baik-baik saja kan?" sapanya ketika gadis itu sudah mengangkat panggilannya.

"Sudah. Kamu bagaimana?" suara itu begitu indah di telinga Bara, tampaknya ia benar-benar jatuh cinta.

"Sudah di kamar, lekas istirahat. Besok ketemu di kedai ya." Bara benar-benar ingin segera pagi dan kembali bertemu sosok itu. Ia sudah rindu.

"Oke, aku mau mandi dulu, aku tutup dulu teleponnya ya."

"Tunggu ...." Bara berteriak ketika Septi hendak menutup teleponnya.

"Ada apa?"

"Aku cinta kamu."

Jantung Bara hampir lepas rasanya, ia benar-benar seperti anak SMA lagi! Ia berani bertaruh, pasti wajahnya benar-benar memerah untuk saat ini.

"Me too." guman suara itu lirih, lalu menutup sambungan telepon.

Bara tercengang, apa tadi yang dia bilang? Me too? Dia juga cinta Bara? Yang benar? Bara sontak melempar Smartphone miliknya ke kasur, lalu melompat ke atas kasurnya, rasanya begitu bahagia, sungguh!

Astaga, memalukan sebenarnya. Laki-laki hampir kepala tiga loncat-loncat di atas kasur hanya karena kata me too dari seorang gadis? Tapi persetan! Bara tidak peduli, yang jelas untuk saat ini ia sangat bahagia.

***

Septi menggenggam erat Smartphone dalam genggamannya, wajahnya memanas. Astaga, jatuh cinta itu semudah ini kah? Ia sontak berteriak gemas di kamarnya.

"Kenapa?" sontak Andre sang kakak muncul, masih dengan snelinya karena ia baru pulang dinas.

"Abang!" teriak Septi lalu melompat dalam pelukan abangnya itu.

"Eh ... eh ... kenapa sih? Habis dapat undian?" tanya Andre heran.

"Lebih keren dari habis dapat undian ini!" Septi terus melompat-lompat dalam pelukan abangnya.

Andre mengerutkan dahinya, spontan ia menempelkan telapak tangannya di dahi sang adik.

"Ih apaan sih? Katanya dokter yang memeriksa suhu pakai tangan itu dokter yang bodoh, kenapa jadi sekarang pakai tangan?" dengus Septi kesal.

"Kamu sehat?" tanya Andre sambil menatap lekat-lekat sang adik.

"Sehat banget, sangat sehat! Pokoknya aku lagi bahagia!" teriak Septi lalu mendorong abangnya keluar dari kamar.

"Eh ... tunggu! Kamu kenapa sih? Kesurupan?" Andre masih kepo dengan apa yang terjadi dengan adiknya itu.

"Aku mau dilamar!" teriaknya lalu menutup pintu kamar.

"Apa? Dilamar?" Andre tercengang mendengar jawaban sang adik. "Hoi, buka dulu pintunya, Nis. Bukaa! Abang mau ngomong, bukain pintunya!" sontak Andre menggedor pintu kamar adiknya.

"Ogah, pokonya aku mau dilamar orang!" teriak Septi keras-keras dari dalam kamar.

Andre hanya melongo di depan kamar adiknya itu. Memang siapa sih yang mau melamar dia? Kayaknya adem ayem jadi jomblo? Kenapa tiba-tiba mau dilamar orang? Astaga, ia kecolongan!

-----

Jadi begini ya, jangan dikira setelah ini tamat ya. Karena setelah ini akan banyak kejutan lain yang bakal muncul di cerita ini hehehe

Semoga para pembaca tidak emosi ya!

Yang mau baca awal mula kisah Bara ditulis bisa baca di NovelT*on/M*ngaToon ya, judulnya Cinta Jas Putih. Tapi disana Bara cuma tokoh sampingan ya, disana ada tokoh utamanya lain, jadi bacanya harus sampai tengah-tengah episode hehehe

Yang mau baca tulisan author yang lain bisa mampir ya

Di NT/MT ada :

"Cinta Jas Putih"

"COMPLICATED"

"Sang Isteri Inden"

"Mysterious CEO"

Nama penanya Elza Veronika

Di Nov*lMe ada :

"Bawang Sebungkul"

"L I G H T"

Nama penanya Kim Aikko

Terimakasih