Diantara rutinitas ke kantor, kampus ada satu lagi kegiatan Sekar yaitu ke tempat kursus bahasa inggris untuk mengajar dan disinilah hobbinya tersalur.
Ketika itu hari minggu ditempat kursus ada acara sunday morning, Sekar terlibat disitu untuk mengisi acara. Kemudian disini Sekar bertemu dengan seorang siswa kursusnya ia seorang mahasiswa jurusan hukum di sebuah universitas daerah Jakarta Utara ia juga merupakan karyawan bank pemerintah, sama dengannya bedanya Sekar bank swasta, kemudian mereka berkenalan dan Sekar mengetahui namanya Johannes dan dia yang paling aktif bertanya dan ingin berbahasa inggris lancar, kemudian dia menanyakan nomor handphonenya dan mereka saling bertukar nomor handphone sejak saat itu mereka jadi intens berkomunikasi dalam bahasa inggris maupun bahasa Indonesia, karena seringnya mereka berkomunikasi menjadikan hubungan lebih dekat dan mungkin boleh dibilang sangat dekat.
Dan selanjutnya mereka sering bertemu dan pergi bersama sekedar refreshing, tapi mereka pergi hanya ke rumah saudara-saudaranya atau ke rumah kakaknya, tetapi kalau dia mau ke rumah Sekar selalu Sekar cegah "Jangan." Karena disini Sekar khawatir yaitu takut mamanya marah dan perkataan mamanya yang pedas, kalau orang yang tidak kenal mamanya pastilah sakit hati dengan semua ucapannya. Dan kekurangan Johannes adalah dia tidak berwajah tampan tetapi wajahnya ada cacat bekas jahitan panjang karena waktu kecil dia jatuh dari pohon kelapa menurut cerita kakaknya.
Setelah mereka berhubungan lama, Johannes memaksa untuk bertemu kedua orang tuanya, Sekar bertanya, "Untuk apa mas, ketemu mereka." Dia jawab, "Aku mau serius sama kamu dik, jadi aku harus kenal kedua orang tuamu, masa aku selalu pergi dan turunin kamu di pinggir jalan dan sebetulnya tidak baik tahu."
Pada akhirnya Sekar menyerah dan mengizinkan untuk bertemu dengan kedua orang tuanya dan Sekar bilang, "siapkan mental mas." Dan Johannes bilang, "Aku sudah siap mental lama sejak bertemu dengan kamu dik." "Oh, baiklah kalau begitu mas, dan kapan mas mau datang ke rumah biar nanti aku beritahu mereka," jawab Sekar
Hari minggu sesudah pulang dari gereja Johannes langsung mampir ke rumah untuk berkenalan dengan kedua orang tua Sekar, sesampainya di rumah hanya papanya yang mau bertemu dengannya dan mamanya sama sekali tidak mau keluar untuk berkenalan dengan kekasih Sekar itu. Dan penerimaan Papanya yang baik itu sangat menggembirakan hati Johannes dan papa banyak bertanya, "Kerja dimana kamu nak ? dan rumahnya dimana ?." Dan jawab Johannes, "Oh, saya bekerja di sebuah bank pemerintah dan rumah saya di daerah Jakarta Selatan Pak." Tapi yang menjadi beban pikiran Johannes adalah mamanya Sekar, apakah dia mau menerima Johannes sebagai kekasih anaknya.Sesudah sekali datang ke rumahnya Johannes semakin sering mengajak Sekar untuk jalan-jalan kemana saja dan kalau mereka tidak pergi jalan, bermain dengan adiknya yang paling kecil yaitu Bayu, karena Johannes suka sekali dengan anak kecil, Sebab setahunya anak kakaknya juga banyak dan Johannes suka bermain dengan mereka, dan dengan adiknya Sekar, Johannes cocok begitupun adiknya Sekar
.
Suatu hari yang paling Sekar ingat dalam hidupnya yaitu ketika kekasihnya minta dibuatkan makanan karena Johannes mau makan-makan bersama dirumah, sekaligus ada yang mau dibicarakan dan Johannes memberi Sekar uang untuk belanja keperluan masak untuk acara makan-makan tersebut. Sesudah masakan matang maka mereka hidangkan di meja makan, kemudian Sekar panggil mereka untuk menuju meja makan, semuanya menuju meja makan terkecuali mamanya Sekar, rupanya mamanya Sekar tidak suka dengan kehadiran Johannes itu. Tiba saatnya makan semuanya makan dengan lahap, ketika Johannes sedang makan dengan lahapnya tiba-tiba mamanya Sekar berbicara dengan keras dari dalam kamar, "Orang jelek saja doyan makanan enak." Dan semua yang ada di meja makan berhenti makan karena mendengar celotehan mamanya Sekar yang kurang enak didengar telinga semua orang, itu pasti tidak etis, memang begitulah mamanya Sekar kalau tidak suka dengan orang itu.
Dan saat itu juga Johannes itu langsung berdiri dan pergi dari meja makan, permisi pada papanya Sekar dan mengatakan bahwa dia sudah kenyang, mereka semua pun jadi berhenti makan dan meninggalkan meja makan.
Sesudah peristiwa di meja makan, Johannes jadi jarang ke rumah dan bila dihubungi melalui handphone selalu di reject dan karena itu pula Sekar protes mamanya dan mengatakan, "Mama, jangan begitu kalau tidak suka sama orang, memang wajahnya jelek cacat tapi hatinya baik."Dan mamanya menjawab, "Apa kamu tidak ada laki-laki lain yang lebih ganteng, jangan dapat yang model itu." "Kata mama aku suruh cari jodoh, itu yang kudapat, laki-laki yang sudah mapan walaupun berwajah jelek cacat," ujarku.
Dan sejak itu mereka tidak pernah bertemu lagi, di tempat kursuspun Johannes sudah tidak pernah datang lagi, tapi Sekar masih berusaha untuk menghubunginya untuk minta maaf atas perkataan mamanya, disini Sekar merasa sangat kehilangan orang yang paling Sekar sayang, semua gara-gara mamanya. Setelah kejadian itu Sekar berpikir untuk pindah rumah dan tidak tinggal bersama orangtuanya lagi, Sekar mau ngontrak sendiri dan Sekar mau mandiri dan bila Sekar masih tinggal dirumah orangtuanya, nanti bila Sekar punya kekasih pasti mamanya akan menghinanya.
Akhirnya Sekar dapat kontrakan di daerah Duren Sawit, disini Sekar belajar hidup sendiri dan mengatur diri sendiri dan tidak ada orang yang melarang ini dan itu. Tetapi hanya Papanya yang merasa khawatir anak perempuannya ngontrak sendiri, dia sering datang ke kontrakan menunggu Sekar pulang kerja nanti jika Sekar sudah pulang dan sampai di rumah dia lalu pulang ke rumah. Karena Papanya sering datang ke kontrakkan itu membuat mamanya marah besar dan katanya, "Papa kalian itu mau ke rumah istri mudanya." Padahal Papa itu mau ke kontrakkan Sekar, dan adik-adiknya sering mengadukan perkataan mama tentang kebenciannya pada Sekar, begitu sadismya perkataan mamanya.
Semakin lama, mamanya sangat membenci Sekar dan kebenciannya setinggi gunung, karena katanya Sekar anak durhaka yang tidak bisa diatur selalu melawan dan membantah perkataannya. Sekar memang selalu membantah perkataan mamanya yang menurutnya kurang cocok dan tidak benar, juga kadang kurang pantas didengar, padahal mamanya berpendidikan tinggi dan juga menjabat sebagai Kepala Sekolah Dasar. Kadang Sekar berpikir apakah mamanya sehat, atau dalam keadaan tertekan karena beban pekerjaan dan tanggung jawab yang berat, kadang terlihat mamanya menangis sendiri, itu seperti orang stres. Kalau masalah marah-marah itu, mamanya memang sudah biasa dan Sekar dengar dari Sekar masih kecil. Sekar membicarakan perihal mama yang sekarang semakin cepat marah dan tersinggung ke Papa, maksudnya agar mama dibawa ke psikiater, papa lalu menyetujuinya dan akan membawa mama ke psikiater. Pada waktu papa pulang kerja lalu papa bilang ke mama untuk pergi berobat ke psikiater tetapi apa jawaban mama, "Emang aku orang gila mau dibawa ke psikiater." Lanjutnya, "Kamu sama anak kamu ke psikiater bukan aku." Dan disini papa Sekar terdiam tidak bisa menjawab lagi.
Keesokan harinya papanya Sekar datang kekontrakkan dan mengatakan mama tidak mau dibawa ke psikiater, karena dia bukan orang gila dan menurut Sekar sudahlah mama jangan dipaksa untuk pergi ke psikiater, Sekar bilang pada papanya, "Mama nanti juga akan kita bawa ke psikiater dengan paksa."
,