Hari ini tubuh Clarissa benar-benar letih. Seharian dia mengurus proyek baru yang akan dia mulai di suatu kota. Clarissa Wijaya, seorang wanita kaya raya yang telah mengembangkan perusahaan milik Ayahnya ketika masih hidup. Di usianya yang mendekati tiga puluh tahun, dia belum pernah memikirkan untuk menikah. Bahkan, teman lelaki pun hanya sebatas teman ataupun karyawannya. Pekerjaan yang begitu padat, membuatnya selalu pulang larut malam. Seperti halnya hari ini, sudah pukul 22:00 WIB dia masih sibuk mengurusi berkas-berkas yang akan di presentasekan untuk besok pagi. Tetapi, hari ini dia merasa ada yang berbeda karena tak biasanya Bu Resty seorang Ibu yang telah melahirkannya, belum juga ada kabar. Biasanya jika dia sedang lembur, ponsel miliknya selalu berdering karena kekhawatiran yang berlebihan dari Ibunya.
Akhirnya yang di tunggu-tunggu pun tiba. Ponselnya berdering tanda panggilan masuk dari Ibunya. Dengan segera dia mengangkat telfon itu.
"Halo Bu, maafin aku yang belum sempat menghubungi Ibu terlebih dahulu jika hari ini aku lembur. Pekerjaan banyak sekali di kantor karena besok akan presentase untuk mengurus proyek baru, " Clarissa mengawali telfonnya dengan ucapan panjang lebar tanpa mengetahui siapa yang telah menelfon menggunakan ponsel milik Ibunya.
"Halo Mbak, ini saya yang membawa Ibu Anda ke Klinik. Ibu Anda tadi terserempet sebuah mobil yang melaju lumayan kencang. Kebetulan saya lewat karena baru saja pulang dari pabrik tekstil di sini dan kebetulan juga saya shift malam hari ini. Sekarang, Mbaknya bisa menemui Ibu Mbak di Klinik Medika Utama ya," balas suara laki-laki yang ada di sebrang telfon.
Seketika Clarissa menutup telfonnya tanpa mengucapkan sesuatu kepada lelaki yang telah menghubunginya. Semua pekerjaan yang tadinya ingin segera di selesaikan, akhirnya dia tumpuk dan dia bawa ke dalam mobilnya untuk mengerjakan di rumah nanti. Pikirannya telah kacau, bahkan konsentrasinya pecah tatkala mendengar kabar Ibunya mengalami kecelakaan.
Setelah semua pekerjaannya di masukkan ke dalam mobil, dia segera mengendarai mobil dengan kecepatan yang cukup tinggi. Suasana malam yang hening, membuatnya tidak kesulitan untuk cepat sampai ke Klinik yang di maksud karena memang jalanan tampak sepi. Ketika turun dari mobil, dia berlari ke ruang informasi menanyakan di mana Ibunya di periksa. Setelah mendapatkan informasi, dia berlari lagi sampai akhirnya dia berhenti pada suatu ruangan pemeriksaan untuk Ibunya. Dengan cekatan, dia membuka pintu.
"Ibu! Ibu kenapa bisa begini? Ngapain Ibu keluar tengah malam? Tubuh Ibu bagian mana saja yang sakit? " tanya Clarissa dengan panik.
"Ibu tidak apa-apa kok Nak, tadi Ibu ingin pergi ke Apotek untuk membeli obat sakit perut. Tadinya Ibu mau nyebrang, tapi ada mobil yang sepertinya, pengendaranya sedang mengantuk. Akhirnya Ibu terserempet mobil itu meski Ibu sudah berjalan pada arah yang benar. Syukurlah, tadi langsung di bawa Nak Danes ke sini. Tadi kaki Ibu mengeluarkan darah banyak sekali. Nak Danes lah yang mendonorkan darah untuk Ibu karena kebetulan di sini, darahnya lagi kosong, " balas Bu Resty yang menjelaskan kejadian dari awal.
Clarissa memandang lelaki yang telah menyelamatkan nyawa Ibunya dengan penuh senyuman bersyukur. Dia tidak menyangka jika masih ada orang sebaik Danes. Meski ada rasa malu,dia memberanikan diri untuk mengawali pembicaraan.
"Mas, terimakasih telah menyelamatkan nyawa Ibuku. Aku tidak tahu harus ngomong apa, tetapi apapun yang bisa saya bantu untuk membalas semua kebaikan Mas, pasti saya lakukan, " ucap Clarissa dengan mata yang berbinar.
"Tidak apa-apa Mbak, tidak usah di pikirin saya ikhlas kok, oh iya. Panggil saja namaku, Danes. Saya kebetulan lewat di jalan raya sendirian karena memang setiap harinya, saya melintasi jalan itu ketika pulang pergi dari pabrik tekstil. Kebetulan saya baru saja lewat dan mendapati Ibu Mbak, berlumuran darah karena terkena pagar besi yang roboh, " balas Danes sambil mengamati seluruh tubuh Clarissa yang modis dan sesekali dia bergumam di dalam hatinya jika wanita yang ada di hadapannya adalah wanita yang di dambakannya yaitu ingin memiliki istri kaya.
"Kalau namaku Clarissa Wijaya. Tak usah panggil Mbak ya, sepertinya kita seumuran. "
Clarissa membalas lagi dengan kalimat yang membuat hati Danes ingin berkenalan lebih jauh dengannya. Begitu juga dengan Clarissa, meski baru pertama kali mengenal Danes, tetapi menurutnya dia adalah lelaki yang baik. Melihat tatapan mata Clarissa yang memandang Danes begitu penuh makna, Bu Resty pun angkat bicara juga karena dari tadi memperhatikan jika putrinya telah tertarik pada lelaki.
"Nak, saat ini memang Ibu masih di beri umur untuk hidup. Tetapi, belum tahu untuk besok-besok. Sepertinya Ibu ingin menimang cucu, " ucap Bu Resty dengan lirih.
"(Deg), jantung Clarissa terasa hampir copot karena baru saja mendengar Ibunya berbicara barusan"
Seketika Clarissa terdiam dan menatap ranjang yang di tiduri Ibunya dengan tatapan kosong. Melihat wajah Clarissa yang pucat, Danes segera mendekat dan menanyakan kembali keadaannya.
"Clarissa, kamu tidak apa-apa? Kenapa wajahmu pucat? Jika kamu sakit, sekalian berobat saja di sini, biar nanti aku yang akan mengantarkanmu pulang dan aku juga mau kok, menjaga Ibumu di Klinik ini, " ucap Danes yang sekarang memanggil nama Clarissa dengan sebutan namanya saja.
Clarissa masih terdiam dan hanya menatap mata Danes. Dia merasa kagum akan kebaikannya, akan jiwa sosialnya yang tinggi tanpa pikir panjang dan mengenal siapa yang di tolongnya.
Dalam posisi terbaring lemah, Bu Resty memperhatikan gerak-gerik Danes jika dia adalah orang baik dan memiliki firasat jika Danes ada rasa pada putrinya sejak pertama kali bertemu malam ini. Wajah Clarissa yang oriental, hidung yang mancung, di tambah kulit mulus dan bertubuh seksi, siapa saja pasti akan tertarik padanya. Dalam diamnya, akhirnya Clarissa menjawab pertanyaan Danes dengan perkataan yang lembut.
"Aku tidak apa-apa kok, biar bagaimanapun juga ini yang sakit adalah Ibuku. Aku sendiri yang akan menjaganya di sini. Terimakasih atas tawarannya, " sahut Clarissa dengan tersenyum pada Danes.
"Kalau itu maumu, aku juga akan tetap di sini menemanimu dan Ibumu. Aku tidak akan membiarkan, seorang wanita malam-malam menjaga Ibunya sendirian, apalagi wajahmu sangat pucat. Nanti aku akan menemanimu. Kamu tunggu dulu di sini, aku akan mencarikan makanan di warung yang masih buka pada jam segini, " balas Danes sambil berlalu dari ruangan itu.
Dalam hati Clarissa ingin mencegah kepergian Danes. Namun sayang, langkah kakinya begitu cepat meninggalkan ruangan Ibunya. Kini dia dan Bu Resty hanya saling menatap dan menggelengkan kepala. Sedangkan saat berada di luar Klinik, Danes memperhatikan mobil mewah yang ada namanya Clarissa. Melihat mobil itu, pikiran licik ingin memiliki dan menguasai hartanya Clarissa pun muncul di pikiran Danes. Karena menjadi orang kaya secara instan adalah impiannya dari dulu. Di samping tidak usah bekerja keras, dia juga mendapatkan istri yang cantik. Yang ada di pikirannya adalah jika dia kaya pasti semua orang akan kagum padanya dan apapun bisa dia lakukan dan apa yang dia inginkan pastinya terwujud. Melihat warna mobil Clarissa yang begitu cantik, warna khas kesukaan wanita, yaitu warna pink, Danes memiliki ide untuk menarik hatinya untuk yang pertama kali.