webnovel

PSIKOPAT GILA

Dari ukuran dan bentuk beda besi yang barus aja Jax lihat di atas tangan Hank, orang akan berpikir bahwa itu adalah sebuah gunting kuku dan Jax juga mengiranya seperti itu.

Ia berharap bahwa ia memang benar.

Jax sendiri juga tidak tahu kenapa ia berharap bahwa benda itu hanya sesuatu yang normal dan sering ia gunakan.

Tapi ketika Hank menunjukkan benda itu di hadapan Garry, semua keraguannya menghilang pergi ke luar jendela, karena terlihat dengan jelas bahwa benda itu adalah sebuah pisau kecil yang biasa disebut sebagai pisau lipat yang bisa dibawa-bawa oleh pemiliknya. Benda itu memiliki dua jenis pisau yang disambungkan dengan sebuah pegangannya dalam bentuk mekanisme poros, dan benda itu bahkan terlihat seperti barang yang baru.

Dan benar saja, Garry sudah gemetar lagi hanya dengan melihat benda yang ada di tangan Hank seakan keberanian kecilnya yang sejak tadi telah ia kumpulkan untuk bertanya mengenai permainannya, sudah menghilang begitu saja.

"Pisau mana yang harus kita gunakan?" Hank bertanya dengan keras, menatap ke arah pisau itu dan kemudian ke arah Garry. Ia terlihat seperti sedang memikirkan hal itu dengan sangat serius seakan ia adalah seorang peneliti yang sedang kebingungan di tengah-tengah penelitiannya.

"Aku rasa kita harus menggunakan yang lebih tumpul dari kedua itu, bos." Salah satu dari pengikutnya bersuara untuk memberikan saran dengan senyuman mengerikan yang menempel di bibirnya.

"Itu sudah merupakan permainan yang sangat sederhana, kita harus membuatnya menggunakan yang lebih tajam agar menjadi adil, bukan?" ucap satu dari kawanan mereka yang lainnya, terlihat benar-benar seperti kebingungan.

"Bagaimana menurutmu? Yang lebih tajam atau yang satunya lagi?" Hank menujukan pertanyaan ini kepada Jax. Dan tentu saja dengan rasa dan sikap antusias yang sama besarnya.

"Bagaimana bisa kita mengetahui mana yang lebih tajam?" Jax bertanya, hanya berusaha untuk bermain-main dengan Hank, karena ia tidak bisa mengabaikannya saja.

Mendengar jawaban itu dari Jax, sebuah kilauan kekejaman dari kedua mata Hank yang bercampur dengan kelicikan terlihat.

"Bagaimana jika kita mencobanya sekarang?" ia berhenti untuk beberapa saat, mungkin saja berpikir tentang apa yang bisa ia gunakan untuk memeriksa mana pisau yang lebih tajam. Kedua matanya mengarah ke arah Gerry, yang sekarang terlihat semakin pucat karena seluruh warna kulitnya telah menghilang dari wajahnya seakan ia akan memuntahkan semua keberaniannya.

"Aku rasa Garry akan bisa membantu kita untuk memecahkan masalah ini, benar kan Garry?" Hank bertanya dengan sangat misterius. Ia membentukkan bibirnya menjadi sebuah senyuman yang penuh arti.

Itu terjadi tanpa harus dikatakan bahwa Garry merasa sangat takut setengah mati ketika ia mendengar namanya disebut dengan pria yang selalu memiliki senyuman aneh itu.

"B- bagaimana…?" Garry bertanya dengan nada bicara yang terbata-bata. Itu sangat jelas terlihat bahwa ia sangat ketakutan untuk mendengar jawabannya tapi meskipun begitu ia tetap mengumpulkan sisa-sisa dari keberaniannya seakan menanyakan hal itu bisa merubah sesuatu yang tidak terelakkan.

Pada saat ini, sebuah pikiran yang acak muncul di dalam benak Jax, ia bertanya-tanya akan tindakan kriminal apa yang telah dilakukan oleh pria malang ini sehingga ia bisa berakhir di tempat yang seperti neraka baginya ini.

Hank dengan perlahan membuka pisau itu dari kuncinya dan mengangkat sedikit tangannya, seakan ia hendak menyayat wajah orang yang ada di hadapannya.

Melihat posisi siap dari Hank, Garry satu kali lagi bersembunyi di balik tubuh Jax. Jax tidak mengerti kenapa pria ini selalu menggunakan dirinya untuk berlindung seakan ia adalah penyelamat hidupnya.

"Tsk… Tsk… apa yang terjadi Garry? Aku hanya menunjukkan kepadamu pisau ini!" Hank mendecakkan lidahnya dengan kesal. "Kenapa, kau bahkan tidak ingin melihatnya secara jelas sebelum kau bermain dengannya?" ia kemudian menambahkan dengan nada bicara yang seakan terkejut.

"Wow, bos! Sepertinya dia bahkan tidak peduli pisau mana yang akan kita gunakan," ucap seorang pria berkepala botak.

"Temanmu terlihat seperti cukup berani dan sangat terbiasa dengan pisau." Suara kawanan pasaukan Hank lainnya yang menyarankan untuk menggunakan pisau yang lebih tajam agar adil bergema.

"Jadi seperti itu, aku tidak mengerti mengapa kau menghindariku lagi. Jika begitu masalahnya, kau tidak perlu merasa ragu dan bisa dengan langsung mengatakannya kepadaku bahwa kau sudah siap untuk memainkan permainan ini." Ucap Hank dengan nada bicara yang mengerti, sebelum ia menyerahkan pisau itu kepada Garry.

Namun, Garry tidak bergerak sedikit pun dari tempat persembunyiannya di belakang Jax bahkan setelah lima menit penuh. Tapi, itu bukan berarti ia bisa menghindar dari cakaran Hank. Pria berpenampilan menyeramkan itu hanya perlu menatap ke arah Jax untuk membuatnya menyingkir dan memberikan jalan untuknya dan dalam seketika pisau itu telah diberikan ke dalam tangan Garry yang gemetar secara paksa.

Itu sangat dimengerti, juga, bagaimana pun Jax juga tidak lebih baik dibandingkan Garry ketika itu berhubungan dengan berkelahi, tidak perlu mengatakan adanya sepuluh pria kekar di waktu yang bersamaan.

Jax bahkan tidak memiliki kesempatan jika salah satu dari mereka menantangnya untuk melakukan adu panko, jadi ia bisa melupakan tentang pembalasannya. Dan Jax bukanlah seorang manusia kudus yang akan mengorbankan dirinya untuk menjadi pelindung bagi orang lain.

Di dalam tempat seperti ini, tidak perlu bersikap seperti pahlawan jika kau ingin hidup dengan lebih lama, terlebih lagi ketika kau tidak memiliki kemampuan.

"Kita masih kekurangan sesuatu…" satu dari pengikut Hank mengatakan hal itu sambil menyentuh dagunya, terlihat seakan sedang berpikir dengan sangat serius.

"Apa itu? apa yang kita lupakan, Mark?" Hank bertanya, terlihat seperti benar-benar sedang menunggu temannya itu menjawab dan menyelesaikan kalimatnya secara lengkap.

"Ahh! Aku ingat sekarang! Bukankah kita seharusnya meletakkan tangannya di atas sesuatu sebelum kita bisa memulai permainan seperti ini?" Pria yang memiliki nama Mark, berkomentar dengan nada yang mengingatkan.

"Oh, dia bisa saja menuggunakan tanah dimana kita berdiri sekarang." Sarah dari salah satu orang yang menjadi pengikut Hank yang berdiri tepat di sebelah Garry.

"Bagaimana jika kita biarkan saja dia meletakkan tangannya di atas pahanya sendiri?" Saran dari pria berkepala botak sebelumnya.

"Ya, ya! Itu adalah pilihan yang sangat bagus!" Ucap pria yang angkat bicara mengenai pertanyaan sebelumnya.

"Ya benar, itu besih dan rapi, jauh lebih baik dibandingkan dengan tanah yang kita gunakan untuk berjalan, sangat kotor." ucap pria kedua.

"Benar bukan? Baiklah semuanya sudah siap kalau begitu." Hank menyetujui saran dari temannya dengan senyuman aneh di bibirnya, yang terlihat seperti sedang merasakan bangga dan tidak tahu malu seakan bawahannya itu memberikan sebuah ide yang sangat pantas.

Hank kemudian mengangkat kedua matanya dan menatap ke arah Garry dengan memberikan keberanian, namun senyumannya terlihat lebih seperti sedang memprovokasi dibandingkan dengan senyuman yang menguatkan.

Ia dengan kejam meminta Garry yang sejak tadi gemetar untuk melukai tubuhnya sendiri dengan senyuman aneh di wajahnya itu.

Ia tidak hanya menakutkan, ia sungguh seorang psikopat gila!!!

Tempat macam apa ini sebenarnya?!