webnovel

NASIB BURUK

Waktu berjalan dengan lebih cepat di dalam suasana sepi dalam penjara ini, dan Jax sudah melalui waktu selama satu pekan.

Selama beberapa hari ini, Jax sudah melakukan apapun yang bisa ia lakukan untuk menghindari pria berpenampilan seram sebelumnya dan para bawahannya.

Dari bisikan-bisikan yang ia dengar dari obrolan semua sesama narapidana yang ada disana, ia menjadi mengetahui satu atau dua hal mengenai pria itu, salah satu dari hal-hal itu adalah namanya; hank. Dan Jax merasa sangat tidak percaya setiap kali sesame teman narapidananya akan melewatkan berbicara mengenai daftar pelanggaran pria itu, seakan itu adalah sebuah topik pembicaraan yang tabu. Itu sungguh sangat aneh bagi Jax.

Itu tidak seperti bahwa Hank akan bisa mendengar mereka bicara mengenai mereka juga. Dan itu juga tidak mungkin baginya untuk menyuruh semua pengikutnya untuk mengawasi setiap orang di dalam penjara ini dan menceritakan segala hal kembali kepadanya, kan?

Mengesampingkan hal itu, Jax kembali memikirkan cara bagaimana untuk bisa menghubungi Peter Steve dan bertemu lagi dengannya, sang pembela umum yang bekerja di atas kasusnya, dengan harapan mungkin saja ia bisa membuka kembali kasusnya.

Bagaimanapun juga, hal itu terjadi tanpa ia katakan bahwa Jax tidak ingin menghabiskan seumur hidupnya di dalam sel tahanan berbentuk persegi ini. namun, terlepas dari seberapa banyak ia mencobanya, semua penjaga yang ada disana akan selalu menolak usahanya untuk bisa berhubungan dengan pembela umum yang disebutkan sebelumnya.

Tujuh hari berlalu dengan begitu saja, tanpa dirinya melakukan apapun. Namun, Jax tidak akan menyerah dengan mudah. Ia akan melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan hidupnya kembali tepat pada jalan yang seharusnya.

Sementara ia sedang sibuk merenungkan cara bagaimana untuk membuat para penjaga mengerti akan kondisi sulitnya, seseorang menubruk dirinya yang hampir membuatnya terjatuh ke bahwa tanah.

Jax dengan cepat menyeimbangkan dirinya dengan berpengangan dengan apapun yang bisa ia capai, dan sesuatu itu ternyata adalah tangan dari kawanan sesama narapidananya. Jax hendak berterima kasih kepada orang itu yang tangannya baru saja ia pegang, tapi kata-katanya tertahan kembali ke tenggorokannnya ketika ia mengetahui siapa orang itu.

Ini adalah pria kurus yang sama seperti yang beberapa hari lalu diserang oleh para pria kekar yang merupakan pasukan dari Hank. Kedua mata Jax dengan cepat meneliti ke arah sekelilingnya seakan ia sedang mencari sesuatu.

Ia tidak tahu kenapa ia tidak ingin terlihat bersama dengan pria ini, tapi instingnya seakan mengatakan bahwa pria ini akan membawa masalah untuknya.

Benar saja, bahkan sebelum ia bisa sepenuhnya menolehkan kepala dari arah kiri ke arah kanan, kedua matanya mendarat di sebuah senyuman yang aneh. Pemilik senyuman itu tersenyum seperti anak kecil yang diberikan beberapa permen sebelum berjalan menuju ke arah mereka dengan langkah yang santai.

Membicarakan tentang nasib buruk! Kenapa semuanya cenderung selalu berjalan ke arah yang berlawanan dengan apa yang selalu Jax inginkan?

Apakah ia tidak sukses dalam menghindari pria ini seperti orang yang akan menghindari sebuah wabah? Namun, disini lah dirinya sekarang, merasa seperti sedang dijadikan seorang target oleh seorang pemburu yang sedang melaksanakan pembunuhan besar-besaran.

Jax dengan cepat mengatakan ucapan terima kasihnya dan dengan segera mencoba untuk melarikan diri dari tempat kejadian itu, tapi sebelum ia bisa melakukannya, lima orang datang secara bersamaan ke arah dimana ia berada dan mengelilingi dirinya bersamaan dengan pria kurus itu, kemudian diikuti dengan lima orang lainnya lagi mengelilingi tujuh orang sebelumnya.

"Kau sudah menghindariku selama satu pekan. Apa kau tidak ingin bermain bersama denganku?" Pria yang bernama Hank itu, berkata dengan nada bicara yang mengerikan ketika ia hanya berjarak beberapa langkah dari gerombolan ini.

Jax mengira, pada awalnya pria menakutkan itu sedang bicara kepadanya ketika ia mendengar kalimatnya yang pertama dan jantungnya seakan hampir melaompat ketika memikirkan tentang hal terburuk yang akan dikatakan oleh Hank bahwa ia sedang menghindar darinya. Tapi kemudian setelah mendengar kalimat keduanya, Jax bisa kembali merasa sedikit tenang dan itu sangat jelas bahwa Hank bermaksud mengatakan kalimat itu kepada pria kurus itu.

Ia mengangkat kedua matanya untuk menatap ke arah pria kurus, yang dengan segera mencoba untuk bersembunyi di baliknya seakan dengan melakukan hal itu, bisa membuat pria kekar di hadapannya berhenti melakukan apapun yang akan mereka lakukan.

Jax tidak tahu bagaimana ia harus memberikan reaksi pada tindakannya, tapi sebelum ia bisa memikirkan tentang apa yang harus ia lakukan untuk meninggalkan situasi yang tidak terelakkan ini, Hank secara tiba-tiba berkata.

"Apa lagi sekarang? Kau bahkan tidak ingin bicara kepadaku? Kenapa kau bersembunyi dariku sejak awal?" Hank berkata seakan ia sedang mengeluh karena sikap marah dari kemarahan yang kekanakkan dari sahabatnya.

Jax mengangkat kedua matanya, hanya untuk melihat bahwa tempat dimana mereka berdiri sudah berubah menjadi sebuah titik fokus dari lingkaran besar, dengan mereka sebagai pusatnya dan narapidana yang lainnya membentuk ke dalam garis pertahanannya.

Ia menatap ke arah belakangnya dan melihat pria kurus itu menggelengkan kepalanya tanpa henti. Namun, itu sangat jelas apa yang sedang ia coba untuk sampaikan. Dan kemudian ia semakin menunduk di belakangnya,

"Jax, sepertinya kita bertemu lagi." Pria kekar itu memiliki ekspresi wajah yang terkejut di dalam wajah tersenyumnya yang aneh seakan ia baru saja menyadari keberadaan Jax. "Bagaimana yang kau rasakan dengan berada disini sejauh ini?" ia menambahkan, seperti mereka baru saja datang ke dalam penjara ini untuk berlibur.

Berlawanan dengan ekspresi antusias dari Hank, Jax menampilkan ekspresi wajah yang datar ketika ia menjawab dengan singkat, "Baik."

Hank memiringkan kepalanya sementara ujung dari bibirnya membentuk menjadi sebuah senyuman miring. "Ya.. ya… kau sudah membaut dirimu merasa nyaman seperti sedang berada di rumah, sepertinya." Dan kemudian ia menganggukkan kepalanya ke arah pria itu, yang sedang bersembunyi di belakang Jax. "Kenapa kau tidak bermain bersama dengan kami karena Garry terlihat sedikit lebih bergantung kepadamu. Ayolah, kita bisa mengenal satu sama lain juga."

Jax benar-benar melihat kata 'masalah' yang melintas di hadapan kedua matanya ketika ia mendengar ajakan dari Hank, namun tidak mungkin ia bisa menolaknya sekarang.

Kemudian kedua matanya mencari keberadaan para petugas yang menjaga penjara ini, tapi seperti biasanya, mereka seakan menjadi buta untuk apapun yang terjadi disini.

"Kau tidak ingin bermain bersama dengan kami?" Hank mengangkat kedua alisnya.

Sampai pada titik ini, Jax bisa menyimpulkan satu hal, jika ia tidak bisa menghindari mereka, maka satu-satunya pilihan yang tersisa untuknya adalah bermain besama mereka. "Tentu, permainan apa?"

"Ini adalah permainan yang sangat, sanngat mudah." Hank memberitahukan, dengan sangat bersemangat. Tapi kedua matanya berkilau dengan kekejaman di waktu yang bersamaan, mengkhianati pikiran awal Jax.

Apa yang ia pikirkan ketika ia menerima undangan dari pria ini? Jax menyadari bahwa menghindari Hank selama satu pekan, adalah pilihan terbaik yang pernah ia lakukan di dalam hidupnya.