webnovel

Bagaikan Rama & Sinta

Versi 01 : Cinta yang Hilang dan Ditemukan Novel ini menceritakan kisah cinta abadi antara Titah dan Kamil, dua sahabat masa kecil yang dipisahkan oleh waktu dan nasib selama 17 tahun. Mereka bertemu kembali dan jatuh cinta, namun sebelum mereka dapat menikah, masa lalu Titah yang kelam muncul kembali dalam bentuk Kevin, mantan kekasih yang jahat dan posesif. Kevin, meski sudah menikah, masih menginginkan Titah dan merencanakan untuk menculiknya. Dia berhasil menculik Titah dan memintanya untuk menjadi istrinya, tetapi Titah menolak dan memilih untuk setia pada Kamil. Kamil, yang mengetahui tentang penculikan ini, berusaha menyelamatkan Titah dan berhasil membunuh Kevin. Versi 02 : Perjuangan dan Pengorbanan Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Titah dituduh oleh warga desa telah berselingkuh dan diusir. Titah memilih untuk pergi dan meninggalkan Kamil, tanpa memberi tahu bahwa dia sedang mengandung anak mereka. Titah melahirkan dua anak kembar, Dzaka dan Dzaki. Sepuluh tahun kemudian, mereka mengetahui tentang ayah mereka dan berniat untuk mempersatukan kembali orang tua mereka. Namun, mereka harus menghadapi tantangan dari warga desa dan adik Kevin yang ingin membalas dendam. Dengan bantuan paman mereka, Fitra, dan sahabat ayah mereka, Rivan, Dzaka dan Dzaki berhasil meyakinkan warga desa dan menemui Kamil. Mereka menceritakan kisah mereka kepada Kamil, yang kemudian meminta mereka untuk membawanya kepada Titah. Akhirnya, Titah dan Kamil bertemu kembali dan Kamil membawa Titah pulang bersama anak-anak mereka. Mereka hidup bahagia bersama, menunjukkan bahwa cinta sejati dapat mengatasi segala rintangan. Novel ini adalah kisah cinta yang penuh dengan drama, konflik, dan emosi, yang akan membuat pembaca terpaku dari awal hingga akhir.

Titah_Kw · Fantasi
Peringkat tidak cukup
20 Chs

Bab 05

Di Bioskop..

"Mil tuh kosong tempat duduknya." kata Titah menunjukkan kursi yang kosong pada Kamil.

"Iya tah benar, ya sudah ayu duduk di sana saja." kata Kamil.

"Yuk.." seru Titah.

"Oh ya tah ada yang mau aku omongin nih." kaya Kamil lagi.

"Soal apa ya mil?" tanya Titah.

"Soal mama yang minta bawa kamu ke rumah kalau kita sudah jadian, gimana kamu mau atau siap gak?" tanya Kamil.

"Boleh mil, boleh.. Malah aku pengen banget ketemu sama mama kamu." jawab Titah.

"Ha.. Serius kamu?" tanya Kamil memastikan.

"Iya.." jawab Titah.

"Kira-kira malam minggu besok gimana kamu ke rumah aku nya?" tanya Kamil lagi.

"Boleh.." jawab Titah lagi.

"Yes.."

Titah pun mau ku ajak ke rumah untuk ku kenal kan kembali sebagai pacar bukan sebagai teman ke keluargaku. Aku juga mengajaknya jalan-jalan malam minggunya, Titah melihat di internet ada pertunjukan wayang orang yang berjudul Ramayana.

Aku tahu sekali kalau Titah itu suka dengan wayang orang dan tari, akhirnya kami (aku dan Titah) pergi berdua ke taman mini.

Keesokan Harinya..

DI RUMAH TITAH

Di Meja Makan..

"Diajeng." kata pak Adam.

"Iya kang mas." sambung ibu Salma.

"Does Titah have a class schedule on this Saturday?" tanya pak Adam.

"Kang mas ngomong apa sih aku gak ngerti, nduk.." keluh ibu Salma.

"Nggih bu, ana apa?" tanya Titah.

"Ayahmu ngomong apa sih, ibu gak ngerti." jawab ibu Salma.

"Dad.."

"Yes my daughter."

"Try to repeat what I talked about to the mother." pinta Titah.

"I asked your mother if you have class schedules on this saturday, like that." kata pak Adam.

"Nduk, apa yang di bilang ayah barumu?" tanya ibu Salma.

"Oh.., ayah bertanya sama ibu, aku hari ini ada jadwal kuliah atau tidak, seperti itu bu." jawab Titah yang menjelaskannya pada ibunya.

"Oh ya sudah kamu jawab." pinta ibu Salma.

"Iya ini baru mau jawab, dad.." kata Titah.

"Yes my daughter."

"Now I want to answer dad's question, today I have no class schedule." kata Titah.

"Oh, then why do you look so neat today, where are you going?" tanya pak Adam.

"Want to go out with my boyfriend dad.." jawab Titah.

"Your boyfriend?" tanya pak Adam memastikan.

"Yes dad, my boyfriend." jawab Titah lagi.

"Bring it home, yes, her new boyfriend." kata pak Adam.

"Yeah, dad, I'll bring it home later." sambung Titah.

"All right, daddy, wait, then let's continue breakfast." kata pak Adam lagi.

"Yes dad.." sambung Titah lagi.

Di Rumah Kamil

Di Meja Makan..

"Mil.."

"Iya teh.."

"Ieu pan dinten saptu pan nya?" tanya teteh Indriani.

"Iya teh, kenapa?" tanya Kamil juga.

"Anjeun oge pere pan nya?" tanya teteh Indriani lagi.

"Iya teh." jawab Kamil lagi.

"Lamun kampus tutup, pere naha anjeun rapih, pisan hoyong ka manten?" tanya teteh Indriani.

"Hoyong papag calon minantu na mama." jawab Kamil.

"Ha.." kata semua yang ada di meja makan sambil mulutnya menganga.

"Serius kamu mil?" tanya ibu Prameswari.

"Iya mah.." jawab Kamil.

"Kamu sudah di terima emangnya sama dia?" tanya ibu Prameswari memastikan.

"Iya mah sudah kemarin." jawab Kamil.

"Jemput di rumahnya kan?" tanya pak Galih.

"Enggak, jauh.." jawab Kamil lagi.

"Nya alloh sajauh naon da imahna, lamun anjeun deudeuh nya anjeun papag mil ka imahna." keluh pak Galih.

"Leres tuh naon sanggem bapa.." kata ibu Prameswari.

"Di bogor mah, yah imahna sarta lagian oge Kamil janjian kanggo papag anjeunna di stasiun manggarai naha." kata Kamil membela diri.

"Oh.." seru pak Galih dan ibu Prameswari.

Lima Menit Kemudian..

DI RUMAH TITAH

Masih Di Meja Makan..

"Bu, dad.."

"Iya.." seru ibu Salma dan pak Adam bersamaan.

"Titah pamit pergi ya, assalamu'alaikum." kata Titah yang pamit pergi.

"Wa'alaikumussalam."

Di rumah Kamil

Masih Di Meja Makan..

"Mah, yah Kamil pamit ya." kata Kamil yang pamit pergi.

"Iya.." sambung ibu Prameswari dan pak Galih.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

"Hati-hati ya mil." kata ibu Prameswari.

"Iya mah.." sambung Kamil.

DI RUMAH TITAH

Di Teras Depan Rumah..

"Lik jo, lik jo mana ya, bi Jumiati." kata Titah.

"Inggih den ayu." sambung Jumiati.

"Lik jo mana ya?" tanya Titah.

"Itu den ayu, jo.." jawab Jumiati menunjuk ke arah Paijo.

"Nuwun inggih Jum wonten punapa, kawula tau pasti panjenengan kangen ta jumbuh kawula?" tanya Paijo.

"Boten, kawula boten kangen jumbuh panjenengan" jawab Jumiati.

"Lah lajeng ngapain panjenengan aturi dalem, menawi boten kangen, sampun deh jujur kemawon menawi panjenengan menika saleresipun kangen ta sami dalem." kata Paijo.

"Dalem kangen panjenengan, haaa.. sumpena, gr panjenengan." sambung Jumiati.

"Oh gelanggang remaja." kata Paijo lagi.

"Gede raos Joya.." kata Titah dan Jumiati membenarkan perkataan Paijo.

"Wah sanguh kompak gitu nggih ndara uga abdi dalem, mangga paduan swanten riyen uga pendhet swanten." kata Paijo.

"A.. A.." Titah dan Jumiati mengikuti arahan Paijo.

"Eh kok malah paduan suara sih.." kata Titah.

"Hehe.." Paijo hanya tertawa.

"Joya.." Titah dan Jumiati marah.

"Ampun den ayu." kata Paijo yang ketakutan ketika Titah marah.

"Raosaken sampeyan, kula dipunkengken timbalikaken sampeyan kok, malah sampeyan gojek." kata Jumiati.

"Nggih sampun ampun gojek nggih, lik jo." sambung Titah.

"Inggih den ayu."

"Anterin kula teng stasiun nggih kula sampun telat menika."

"Emangnya kuliah den, menika dintenaken sabtu kok mlebet setau lik jo perei loh den.."

"Emang perei lik jo, kula purun dalu mingguan."

"Karepe den ayu kuwi manuk-manukan ngono?" tanya Paijo.

"Haa.. manuk-manukan apan kuwi lik jo?" tanya Titah juga.

"Jum.."

"Apa?" tanya Jumiati.

"Kantenanaken, den ayu." jawab Paijo.

"Inggih lik.."

"Kajengipun ing kantenanaken sami Jumiati, Jum mangga ing kantenanaken, ingkang enggal nggih sayangipun durasi soalnya asihan den mas Kamil nunggu den ayu kiyambakan wonten stasiun."

"Em semprul, genten ngene wae aku sing neng kongkon ngaruhanke, dadi ngene den ayu.. manuk-manukan kuwi mung ungkapan wong jawa wae, sing maknane kuwi pacaran kaya kuwi."

"Oh mangkono.." seperti Titah.

"Nggih den.." keduanya menyahut (Paijo dan Jumiati).

"Nggih sampun mangga terna teng stasiun."

"Oh inggih den, mangga lebet teng lebet mobil."

"Nggih, bi Jum berangkat ya assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Aku pun sudah berada di stasiun manggarai menunggu Titah yang belum tiba. Dan satu menit kemudian Titah tiba di sana, Titah mengajakku ke toko buah dahulu sebelum ke rumahku.

Di Stasiun Manggarai..

[Kamil : Beb..]

[Titah : Iya..]

[Kamil : Sudah sampe mana?]

[Titah : Sabar atuh satu stasiun lagi..]

[Kamil : Oh baru sampai tebet ya?]

[Titah : Iya..]

[Kamil : Ya sudah, kalau sudah sampai telepon, whatsapp, messenger ya..]

[Titah : Iya ayank bebku muahh.. Muahh..]

[Kamil : Prikitiew..]

Status Whatsapp Kamil.

Menunggu calon bini di stasiun yang tak kunjung datang hehe..

Status Whatsapp Titah.

Uh.. Kasih calon suamiku lama nunggu di stasiun, ayankku sebentar lagi aku sampai kok.

Balasan Whatsapp status Kamil.

[Fitra : Lebay banget ya anak bujangnya mama haha.]

[Kamil : biarin, kaya situ gak gitu saja dulu hehe..]

[Titah : Sudah sampai nih, kamu dimana?]

[Kamil : Aku di depan stasiunnya ayank beb..]

[Titah : Ya sudah, aku sudah lihat kamu kok..]