webnovel

Bab 23 Nilai Tertinggi Prodi Saintek

Adik Clara yang bernama Yudha pulang dari sekolahnya terlebih dulu. "Apa kamu tidak punya PR?" tanya Esther sambil mengambil tas putranya.

"Mami, bukankah hari ini Kak Clara akan menerima hasil ujian UMPTN? Aku tidak perlu mengerjakan PR!" Yudha segera mengambil raket bulu tangkis dan bersiap keluar.

"Apa hubungan hasil ujian kakakmu dan PR-mu?" Esther bertanya pada putranya.

"Tentu saja ada hubungannya. Ayah mengatakan aku tidak perlu mengerjakan PR jika hasil ujian kakak jelek. Aku bisa kuliah tanpa mengerjakan PR-ku."

Esther memukul bagian belakang kepala putranya dan berkata, "Cepat kerjakan PR-mu! Jangan membuat kakakmu malu. Kakakmu selalu menjadi juara kelas sejak SD hingga sekarang."

"Ayah sendiri yang bilang begitu." Yudha mengusap kepalanya dan memandang ibunya dengan kesal.

"Mami." Clara memarkir sepeda di dekat pintu masuk dan segera masuk ke dalam.

"Kak, bagaimana hasil ujianmu?" Tanya Yudha.

Clara tahu ayahnya selalu memanjakan adiknya karena dia adalah cucu laki-laki satu-satunya milik keluarga Setiawan.

"Ada apa dengan kakimu?" Esther menepuk kaki putranya.

Yudha menatap ibunya dengan tatapan tidak senang. Tiba-tiba, dia melihat ayahnya pulang, "Ayah."

"Bagaimana hasil ujiannya?" Bagas segera bertanya pada Esther begitu memasuki rumah. Dia sengaja tidak menghadiri acara berkumpul dengan teman-temannya karena penasaran ingin melihat nilai ujian putrinya.

Clara mengambil transkrip nilai dan memberikannya pada Esther.

"Ini nilai ujianmu?" Esther melihat nilai di lembar transkrip. Delapan ratus tiga puluh. Clara berhasil lolos ujian. Wanita paruh baya itu tidak paham sistem penilaian ujian UMPTN.

"Kenapa kamu diam saja?" Bagas melihat reaksi istrinya dan seolah mendapat pencerahan, "Aku sudah mengatakan kalau Clara tidak mungkin lulus ujian. Kalian sebaiknya menyerah saja."

Jantung Esther berdetak kencang saat mendengarkan perkataan suaminya.

"Mami, aku sudah mengatakan akan kuliah di jurusan kedokteran." kata Clara pada ibunya.

Setelah mendengar perkataan putrinya, Esther menoleh ke arah Bagas dan berkata, "Apakah kamu dengar? Guru Rara mengatakan dia bisa kuliah di jurusan kedokteran dengan nilai ini."

Bagas tertegun, "Benarkah?"

"Benar. Apakah kamu tidak mendengar perkataannya barusan?" tanya Esther.

"Clara yang berpendapat seperti itu atau gurunya?" Bagas tampak tidak percaya pada perkataan putrinya.

"Kalau kamu masih tidak percaya, aku akan bertanya pada kakak sepupuku." kata Esther. Wanita paruh baya itu segera menghubungi Lina karena dia pasti tahu universitas mana yang bisa dipilih Clara dengan nilai 830.

"Cepat telepon sepupumu." Bagas segera menyerahkan telepon ke istrinya.

Clara mengabaikan sikap ayahnya dan pergi ke kamarnya untuk mengemasi barang-barang yang akan dia bawa ke Jogja.

Esther menghubungi Lina.

Telepon berdering beberapa kali.

Lina menatap telepon di atas meja dan menduga sepupunya menelepon. Sebenarnya, Lina juga ingin menelepon Esther karena ingin tahu hasil ujian UMPTN Clara.

Meski Clara mendapat nilai bagus salam ujian ini, dia yakin nilai gadis itu tidak akan cukup untuk diterima di jurusan kedokteran Universitas Nasional. Clara tidak mungkin memiliki kemampuan lebih baik dari putranya dalam mata pelajaran matematika, kimia dan fisika. Biasanya, nilai saintek anak perempuan memang lebih jelek dari anak laki-laki. Malang merupakan kota terbesar di provinsi Jawa Timur setelah Surabaya dan juara UMPTN dalam prodi saintek biasanya berasal dari kota Surabaya.

Setelah berpikir sejenak, Lina mengangkat telepon dan mendengar suara sepupunya dari ujung telepon sehingga dia bertanya, "Apakah Clara sudah menerima hasil ujian UMPTN?"

"Kak, guru Rara mengatakan dia bisa kuliah di jurusan ilmu kedokteran dan Rara akan pergi ke Jogja untuk melanjutkan studinya di Universitas Nasional." Esther ingat universitas pilihan putrinya dan wajahnya tampak sangat bahagia, "Aku ingin meminta bantuan Kakak setelah Rara lulus. Tolong bantu kami menghubungi dosen dari universitas itu untuk menjalin hubungan baik agar Rara dapat memperoleh pekerjaan di rumah sakit besar."