webnovel

Azra Story

❝Aku hanya ingin bahagia.❞ . "Mengapa aku lahir di dunia, namun tidak pantas untuk bahagia?" -Azra. . Azra Salsabilla. Dirinya berusaha keras berubah menjadi gadis bar-bar untuk menutupi kesedihannya. Bersama kedua sahabat bobrok nya; Caca dan Killa, juga seorang lelaki yang dicintainya; Andrey Pratama, membuat Azra memiliki tekad untuk menjalani hidup. Namun sialnya, teror-teror itu takkan pernah berhenti menghantuinya. Lalu, dapatkah Azra mencapai tujuan hidupnya? Apakah saja kesedihan Azra selama ini?

noviafitrii_ · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
3 Chs

01. Kejadian

happy reading🌚🖤

— Azra Story —

Andrey mengusap pelan kepala Azra, "emm, kamu masih inget kejadian sebelum koma?"

"Ck, jangan gitu dong. Aku jadi takut." cemberut Azra.

"iya, iya. Maaf,"

Sekarang, Rey sibuk dengan pikiran nya, sedangkan Azra sibuk memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang di sekitar taman kompleks.

"Rey, kamu masih mau pacaran sama aku?" Tanya nya, pelan.

"Kenapa nggak?"

Azra memilin ujung baju nya, "Ya, kan aku udah nggak per—"

Andrey meletakkan telunjuk nya di bibir Azra, "sstttt, ga boleh ngomong itu. Aku gapapa kok,"

"Kamu baik deh," Bisik Azra.

"itu tau,"

Azra tersenyum kecil, dirinya seperti mendapat semangat dalam hidup. lagi.

"Kejadian itu bikin aku deg-deg an setengah mati deh."

"Ishh, aku aja deg-deg an. Mau di flashback ga? Biar pembaca pada tau?"

Rey mengerutkan dahi, "pembaca?"

"Kita mulai pleshbeck nya yukk!" ucap Azra seraya merentangkan tangan nya, seolah-olah dirinya sedang berada di atas panggung. Halu nya..

Flashback mode on.

"Rey, aku ke toilet bentar ya." ijin Azra.

"iya, sendiri bisa kan?"

Azra mendengus, "Bisa dong, kan aku punya kaki!"

"Astagaa. Kaki nya ada dua, ya ampun. Tolongg!!"

"Oh," singkat Azra sembari pergi ke toilet.

**

"Yeh, lega juga."

Sebelum keluar, dirinya membasuh kedua tangan nya terlebih dahulu.

Namun, matanya menangkap tiga sosok misterius menghampiri nya. Dengan cepat Azra membalikkan badan nya.

Aishh, siapa lagi ini?!

"Hai, putri kesayangan Ayah Farhan dan Bunda Carletta." Sapa nya.

"eh, bentar-bentar. Kok mereka tau nama Ayah sama Bunda. Mereka siapa?" Batin Azra.

Wanita yang berambut panjang itu mengeluarkan sebuah pisau yang terlihat masih baru. Ingin sekali Azra menangis sekarang juga, namun ia tidak boleh lemah di saat seperti ini.

"Ini pasti bagian dari teror," gumam nya, yakin.

Ketiga wanita itu, mendekati Azra. Semakin dekat. Dekat. Dekat.

Wanita berambut pendek itu mendorong bahu Azra dengan kasar. Memasukkan nya di salah satu bilik toilet.

Erliza — wanita berambut panjang tadi, menggoreskan pisau nya di kaki Azra. Ssttt, ngeri..

Nada — wanita yang mendorong nya tadi, masih berusaha memegang kedua tangan Azra dari belakang.

Sedangkan Kinara, dirinya hanya berdiri sembari santai-santai saja. Sesekali menguap, bosan.

Erliza melanjutkan menggores kaki jenjang Azra yang sudah mengeluarkan banyak darah. "Nad, jambak rambutnya!"

Nada menganggukkan kepala nya patuh, kini dirinya menjambak kasar rambut panjang gadis itu.

Setelah merasa cukup menyiksa anak dari sahabat lama mereka. Dengan segera tiga wanita tadi keluar dari toilet, tidak lupa mengunci nya terlebih dahulu.

Azra yang masih di dalam bilik toilet mengumpat dengan kasar, "Mati gue!". Sesekali dirinya meringis kecil menahan rasa nyeri dari kaki dan kepala nya.

Pen cincang tuh orang!

Lama kelamaan, pandangan nya mulai gelap.

***

"Azra lama banget sih," cemas Andrey.

Caca dan Killa menghampiri Andrey seraya memegang bahu nya, "Azra belum balik?"

"iya,"

"Samperin aja yuk," ajak Killa.

Tiga remaja tadi pergi menuju toilet dengan langkah cepat. Perasaan gue ga enak deh!

Setelah membuka pintu toilet, terilhat darah segar yang mengalir dari salah satu bilik toilet.

"eh, itu kan da—darah," cicit Caca.

Killa mengangguk membenarkan, "iya, Ca. Ngeri ya."

Andrey membuka bilik toilet tersebut. Seketika tubuhnya menjadi menegang melihat pemilik darah itu adalah Azra. Azra.

Azra.

Astagaaa.

Tanpa ba bi bu lagi, dirinya membopong tubuh ramping Azra menuju Rumah Sakit terdekat. Diikuti Caca dan Killa di belakang nya.

Eitssss, tanpa mereka sadari ada seseorang bersembunyi di balik pintu dengan wajah yang bisa disebut menahan amarah?

***

Cowok itu mendengar percakapan di taman depan rumah. Dirinya mendengar dengan seksama percakapan mereka dari balik pohon. Kek setan.

"Azra lama banget sih,"

"Azra belum balik?"

"iya,"

"Samperin aja yuk,"

"Jangan-jangan, mereka udah ngelakuin nya?" batin Reza

Iya, itu Reza. Ada musuh di balik selimut.

Reza masih di belakang mereka yang menuju toilet, dirinya berdiri di balik pintu toilet.

Tubuh nya menegang melihat kondisi Azra sekarang, setahunya, Azra hanya disiksa sampai lupa ingatan atau apalah. Tapi sekarang, you see? Dia malah lebih parah dari itu semua.

"Ck, kan, malah jadi kek gini. Parah parah," kesal nya.

Reza mengambil ponsel dari saku nya, dan mengirim pesan untuk orang yang kemungkinan menyuruh teman lainnya berbuat seperti ini.

Reza.

yg nyrh Tante Nada sm lainnya tu Tante kn?

Flashback mode off.

"Udah ah, capek." Keluh Azra.

Andrey terkekeh, "Setelah itu, koma 1 tahun yang bikin aku khawatir."

Azra memicingkan matanya menatap Andrey dengan intens, "Halah!"

***

"Pil, lo milih Tiara, Lyodra, apa Ziva?" tanya Devan.

Ipul menoyor kepala Devan kasar, "Lo kira gue Upil? Nama gue Ipul!"

"Lah, gue nggak peduli. Tapi lo milih siapa?"

"Kalo gue milih Tiara lah, gue nikah sama dia juga mak gue ngrestuin." Heleh, mimpi muu!!

"Ck, kalo gue milih Jisoo." seru Devan.

"Beuhhh, tadi pilihan nya nggak ada Jisoo. Kalo gitu gue milih Jennie!" balas Ipul tak mau kalah.

Rian dan Arga berdecak, "kalian bisa diem ngga sih? lagi mabar epep nihh!"

"Anjay mabar!"

"eh, eh. Lex, itu si Caca alon alon!" bisik Vano.

"Nama gue Rian, alon alon teh naon?"

"Itu loh, bahasa inggris nya 'Sendiri'."

"Oh, gitu. Itu mah ALONE, Asep!! Gue ajak lo les Bahasa Inggris yuk." gemas Rian sebelum menghampiri Caca.

"bodoamat, mbel!"

Rian tak menghiraukan seruan Vano, mending dia godain cecan dulu. Alamak!

"Hai, neng Cacantik." panggil nya.

"Apaan sih!"

"Beuhhh, galak nyee. Abang peyuk sini!" goda nya. Nyenyenyee...

Caca bergidik, "ogah, nanti badan gue najis lagi!"

"Eh, aku kek anjing ya?"

"Lo yang bilang," ujar Caca.

"Eh, bodoamat ah. Caca tau nggak, perbedaan Kamu sama kursi?" tanya Rian.

Caca menutup kedua telinga nya rapat-rapat, "alah udah pernah denger!"

Rian mengangguk paham sambil mengelus-elus dagunya, "Ya, aku nggak peduli! Pokok nya I lope U Caca sayang!!!" teriak nya.

— Azra Story —