webnovel

Chapter 8 : Kebangkitan

Note : Maaf jika ada salah kata atau kata kata gak jelas.

***

Gelap…

Itu adalah yang aku lihat saat ini, aku tidak tahu mengapa aku bisa berada di disini, Di sini gelap dan dingin.

Aku tidak inggin berada di sini, siapapun tolong aku.

"Aku benci Ayah."

Saat aku memeluk ke dua lutut ku dengan tanag ku, teriakan tiba tiba saja terdengar entah dari mana.

Mendapati itu aku mulai melihat ke sekitar untuk mencari tahu asal suara dan saat itu.

Bagaian tertentu dari kegelapan ini tiba tiba saja terdistorsi dan sebuah Vidio yang seperti di putar dalam layar lebar dapat terlihat.

Di sana, aku dapat melihat seorang anak perempuan berambut hitam sedang cekcok dengan ayah nya.

Aku sangat mengenal kejadian itu karena perempuan yang ada di Vidio itu adalah diri ku.

"Aku tidak mau menikah, sudah berapa kali aku mengatakan nya pada ayah."

"Terus jika kau tidak menikah, kau mau jadi apa, apakah kau mau menjadi gelandangan yang meminta minta di bawah kolong jembatan."

"Aku tidak masalah, aku akan melakukan itu bahkan jika harus melakukan itu, Juga Bahkan ayah pun menikah dengan ibu tidak pada usia ku saat ini."

"Itu karena zaman mu berbeda dengan zaman ku dulu, kau tahu bahkan untuk makan dulu, aku harus mencari cari makanan basi di tempat sampah."

"Aku tidak masalah bahkan jika aku harus, aku akan melakukan hal yang di Lakukan ayah di masa lalu."

"ASELA….."

Saat itu Pria di depan ku di layar mengangkat tangan nya dan hendak menampar diri ku di layar, tapi tangan pria itu berhenti di udara.

Lalu bukanya takut, aku yang ada di vidio menatap ayah ku dengan tatapan tajam.

"Ayah berubah…"

Saat Tatapan tajam mereka satu sama lain, aku di vidio membuka mulut ku saat air mata dapat terlihat menetes dari mata nya.

Dengan tangan terkepal, dia mulai meneriaki ayahnya di depan nya.

"Ayah berubah, semenjak kematian ibu, ayah tidak seperti ayah yang dulu, aku benci ayah."

Setelah itu seperti yang ada di ingatan ku, aku langsung saja berbalik dan berlari keluar dari rumah.

Saat itu seharusnya aku telah kabur dari rumah ayah ku dan hidup secara terpisah, melihat pemandangan di layar, aku merasa aku sangat bodoh, dan jika waktu dapat di putar.

Aku akan menuruti perkataan ayah ku dan melakukan apapun yang dia inginkan.

"!"

Namun saat aku mengira vidio itu akan berhenti, tiba tiba saja aku masih dapat melihat vidio masih berjalan.

Meski aku tidak ada di sana, Aku dapat melihat ayah ku menutup matanya dengan tangan yang masih mengangkat, dan tiba tiba saja saat itu.

Sambil berlutut, dia tiba tiba saja membuat wajah kesakitan ketika dia memegangi jantung nya.

"Tunggu apa!! Apa yang sedang terjadi, aku tidak pernah ingat tentang ini."

Saat aku semakin melihat vidio itu, ayah ku semakin menunduk kebawah dan semakin ke bawah sebelum dia terjatuh di atas lantai.

Melihat itu entah sejak kapan, aku sudah berdiri dan berlari ke ayah ku, Tapi semakin aku mendekat, Vidio itu semakin menjauh dan semakin menjauh hingga akhirnya menghilang.

"Tidak.. tunggu apa yang yang sedang terjadi pada ayah ku.. Ayah … Ayah…"

Saat aku melihat layar itu telah menghilang, aku terus berlari namun entah berapa lama berlalu, karena kelelahan, aku terjatuh.

Lalu saat aku terjatuh.

"Aku menyayangi mu."

Kemudian sebuah suara wanita memasuki telinga ku, melihat ke sekitar, aku dapat melihat layar lebar degan Vidio yang terputar seperti sebelumnya.

Di vidio itu, kini seorang wanita berambut merah dapat terlihat di depan ku, dari pandangan pertama saja aku menyadari bahwa itu adalah ibu ku di dunia ini.

Aku tidak pernah mengingat pemandangan itu dalam pikiran ku, namun di lihat dari ku yang seolah memperhatikan hal yang lain, sepertinya saat itu aku sedang Berbicara dengan alpha.

"Maaf anak ku, aku tidak bisa bersama mu dan menemani mu tumbuh."

Saat ibu ku di dunia ini mengatakan itu pada ku yang masih bayi, seorang pria berambut hitam kemudian menyela, itu adalah ayah ku.

"Apa yang kau katakan, seolah kau akan pergi, Ki-Kita pasti bisa melihat anak kita tumbuh besar."

Dari wajahnya, aku dapat melihat ayah ku membuat wajah sedih yang ku lihat saat aku masih bayi.

Selain sedih, emosi penolakan dan tidak inggin menerima kenyataan juga terlihat di wajah tampa yang kini terdistorsi milik ayah ku.

"Maaf Sayang."

Melihat wajah ayah ku, ibu ku hanya bisa tersenyum sedih sebelum dia batuk sekali dan mulai melihat ke arah ku, kembali.

"Sayang. Mungkin ini sedikit egois, tapi bisakah aku menamai anak ku Gina Ayumi, Gina berarti terlahir dengan baik, dan ayumi yang berarti seorang yang berjalan di jalanya sendiri."

"TIdak sayang, Mengapa kau mengatakan itu seolah kamu akan pergi dari sisi kami, Apa yang terjadi pada anak kita jika kau pergi."

Sambil memegang tangan ibu ku dan menempelkan nya dengan hati hati ke pipi nya, ayah ku menangis saat dia melihat ibu ku yang lelah.

Melihat bagaimana percakapan mereka, kesedihan kemudian muncul juga dari dalam diri ku.

"Memang aku lah yang merebut kebahagian ayah ku, andai.. andai aku tidak lahir.."

Saat aku sedang meratapi pemandangan di depan ku, Suara ibu ku kembali dapat terdengar, yang saat aku melihat ke arahnya.

Ibu ku menatap ku dengan kasih sayang, dan mengabaikan Ratapan Ayah ku.

"Nak dengan nama itu ku harap kau menjadi sosok yang mandiri, teguh pada prinsip yang kau miliki, dan percaya diri untuk menjadi diri sendiri, juga ku harap.. Uhuk.. kau menjadi orang… yang berjalan di jalan mu sendiri… uhuk… Aku menyayangi mu.. Ayu…mi…"

Setelah suara ibu ku semakin lirih, ibu ku tiba tiba saja menutup matanya, dan tangan yang menyentuh pipi ayah ku mulai terjatuh.

"Sayang… !!! Kumohon sayang… bangun, aku tidak bisa hidup tampa mu sayang."

Sembari menangkap tangan ibu ku yang terjatuh, ayah ku menempelkan dan terus menempelkan tangan ibu ku di pipi nya.

Namun setiap kali dia melakukan itu, tangan ibu ku tetap terjatuh dan terjatuh, lalu kemudian aku yang sebelumnya di gendong oleh ibu ku langsung di ambil oleh Pelayan yang mungkin adalah Sia yang masih mudah, dan kemudian..

Seperti yang ada di ingatan ku ayah ku inggin mencoba membunuh ku, sebelum dia kemudian tersadar dan meminta maaf pada ku.

"…"

Melihat itu aku tidak bisa berkata kata, jika perasaan di tubuh ku saat ini dapat di gambarkan.

Maka seolah ribuan tombak telah menancap di hati ku yang terbuat dari kaca, tombak itu tertancap di hati ku, namun hati itu tidak lah pecah dan tombak itu terus tertahan di sana.

Karena itu lah, mendapati rasa sakit karena tancapan dari ribuan tombak itu adalah perasaan yang aku rasakan saat ini.

"Bagaimana dengan Ayumi."

Namun saat itu, seolah dunia mengejek ku, penderitaan itu masih belum berakhir.

Saat vidio yang menampilkan tentang ayah dan ibu ku menghilang, muncul sebuah vidio lain.

Terlihat di sana, Sosok laki laki itu adalah ayah ku, dan sosok perempuan memakai pakaian pelayan itu adalah sia.

Mereka berdua saat ini berdiri di lorong yang terlihat seperti penginapan, dan saat ayah ku bertanya pada sia, sia menjawab dengan senyum di bibir nya.

"Nona sudah tidur tuan."

Mendengar itu, ayah ku kemudian membuka sedikit pintu kamar ku, dan saat ayah ku melihat ke dalam.

Seorang anak yang berusia sekitar 3 tahun tertidur di atas tempat tidur, jika saja orang orang saat ini melihat itu.

Mereka akan bertanya tanya apakah anak itu adalah boneka atau semacamnya, karena betapa mungil dan cantiknya anak itu.

Ayah ku yang melihat aku tertidur di vidio itu, tersenyum tampa dia sadari ketika pandangan kasih sayang dapat terlihat di pupil matanya.

Aku terkejut ketika melihat ekspresi yang di tunjukan ayah ku, Karena Aku tidak mengira! dia bisa membuat wajah seperti yang ada di vidio itu.

"Jika begitu mengapa dia selalu bersikap dingin pada ku."

Seolah mewakili ku, Sia yang ada di vidio bertanya hal yang sama dengan yang aku pikirkan.

"Tuan saya tahu bahwa anda sangat mencintai anak anda, lalu jika begitu mengapa anda selalu mengabaikan nona, Anda tahu sendiri kan, selama ini nona menganggap dirinya sebagai penyebab kematian ibu nya."

Mendengar itu, ekspresi senang ayah ku langsung menghilang, dan setelah ayah ku menatap sia selama beberapa menit, dia berbalik dan menjawab pertanyaan sia.

"Itu karena wajahnya sangat mirip dengan ibu nya." Setelah itu ayah ku kemudian berjalan sembari melanjutkan perkataan nya.

"Aku takut Sia, jika aku membuat wajah sedih di depan nya, dia akan menyalahkan dirinya atas kematian istri ku, Aku tidak inggin membuat dia semakin menjadi sedih."

Melihat ayah ku pergi, sia bertanya pertanyaan lai pada ayah ku.

"Tapi tuan, jika begitu nona akan semakin sedih, karena di usia nona, nona saat ini membutuhkan kasih sayang dari orang tua."

"Aku tahu… Aku tahu… Tapi, karena ketakutan ku yang membuat nya sedih menghalangi ku bermain dengan nya seperti ayah dan anak."

Saat itu ayah ku kemudian berhenti, tapi tubuh nya masih membelakangi sia.

"Aku ayah yang buruk kan sia, aku tak pantas menjadi ayah nya."

"Tidak kau bodoh."

Saat aku melihat itu, tampa sadar umpatan keluar dari mulut ku, bagaimana dia bisa memikirkan hal itu, jika aku tahu ayah ku memikirkan itu, aku mungkin sudah memukul nya di tempat.

"Seburuk buruknya kau sebagi ayah, sejahat jahat nya kau pada ku, Jika saja.. Jika saja kau menunjukan kasih sayang dan cinta pada ku walau sedikit.. Hic…"

Saat aku tidak sanggup melanjutkan kata kata ku, vidio itu terus berlanjut, sekarang vidio itu menampilkan bagaimana ayah ku selalu melihat ku dari jauh.

Memperhatikan ku, tumbuh dan tertawa.

Saat aku tertawa di kejauhan di vidio itu, aku dapat melihat ayah ku juga tertawa bahagia, dan aku yang setiap kali melihat itu hati ku terus tercabik cabik sampai vidio itu menampilkan kematian ayah ku.

"Hentikan… Hentikan… aku tidak inggin melihat ini lagi."

Saat aku memohon pada siapapun entah itu dewa atau tuhan sekali pun.

Namun berapa kali pun aku memohon, mimpi buruk ini terus berlanjut.

"No-uhuk.. Nona lari.."

Lalu saat aku sedang memposisikan diriku seperti seekor kucing yang kedinginan, sebuah suara yang sangat aku kenal.

Suara itu adalah suara yang selama ini berada di samping ku, dan suara itu adalah suara yang sudah ku anggap sebagai ibu ku sendiri.

"Sia."

Melihat ke depan aku dapat melihat setitik cahaya di kejauhan, merasa bahwa itu dapat membuat ku keluar dari mimpi buruk.

Aku segera berdiri dan berlari ke arah cahaya itu.

Saat ini aku inggin sekali, datang dan memeluk Sia, aku inggin mendengar Suara Sia, aku inggin mendengarnya mengatakan bahwa semua akan baik baik saja.

Namun…

Saat Cahaya yang sebelumnya titik kecil itu semakin besar, hingga membuat pengelihatan ku menjadi putih.

Bukan nya Senyum hangat dan ceria yang aku temui.

Melainkan itu adalah sia yang terjatuh, dengan darah dan luka di sekujur tubuh nya.

Merasa déjà vu, pikiran ku terhenti sejenak saat itu, dan hanya setelah mendengar suara dari tubuh sia yang terjatuh.

"Sia…"

Aku langsung datang berlari ke arah nya, dan memeluk tubuh sia.

Namun yang aku dapati hanya lah tubuh sia yang secara real time mendingin, namun saat aku berpikir apa yang harus aku lakukan dalam situasi ini.

Sia sudah mati..

"Apa ini apakah aku masih dalam mimpi."

Dunia di sekitar ku, saat itu tiba tiba saja langsung berubah menjadi hitam putih.

Aku sudah tidak tahu lagi apakah ini mimpi atau tidak, jika iya maka aku inggin terbangun dari sini, Mengapa mengapa setiap kali aku memohon untuk bangun, aku masih tidak bangun.

Jika ini bukan mimpi, Lantas siapa yang harus aku salahkan atas semua penderitaan ku ini, aku tidak inggin semua ini berakhir seperti ini.

"Pfttt… Mimpi, sepertinya dia baru bangun tidur dan mengigau."

Saat aku meratapi takdir kejam yang aku alami, Salah satu ninja yang mengejar Sia tertawa seolah menganggap bahwa perkataan ku sangat lucu.

Ke dua ninja yang mendengar perkataan temanya juga tertawa seolah itu lucu, dan sesaat setelah mereka menenangkan diri mereka.

Salah satu ninja di tengah menyuruh temanya untuk menangkap ku.

"Hey cepat tangkap dia, jika kita terus berlama lama seperti ini bos kita akan marah."

"Ya kau benar." Mengatakan itu dengan santai salah satu ninja mendatangi ku hendak menangkap ku, namun saat jarak antara kita sudah beberapa meter saja.

"Limbo."

Aku mengaktifkan kemampuan ku dan membuat ninja itu langsung berhenti di tempat.

"Hem?"

"Hey ada apa dengan mu."

Melihat temanya berhenti di tempat, membuat dua ninja di belakangnya bertanya tanya ada apa dengan dia.

Namun..

Bruk..

Sesaat kemudian saat ninja yang mendekati ku ambruk, ninja di belakang tertegun sejenak, sebelum mereka tersadar dan menyadari bahwa terdapat sesuatu yang salah di sini.

"Ap-Apa!? Apa yang terjadi, ada apa dengan mu."

Mereka kemudian segera membuat posisi menyerang saat melihat teman mereka terjatuh tak bergerak, namun belum satu detik mereka membuat posisi menyerang.

Brukkk…

Dua buah benda runcing berwarna hitam, tiba tiba saja meluncur ke arah Salah satu ninja membuat ninja itu seketika terjatuh dan tewas.

Ninja yang tersisa saat melihat itu terkejut, namun saat dia melihat ke asal benda runcing itu.

Pupil mata merah dan hitam…

Itu adalah yang dia lihat di depan nya, untuk sesaat… Dia bertanya tanya pada dirinya apa yang sedang terjadi.

Namun saat dia melihat gadis yang seharusnya dia tangkap entah bagaimana sudah berada di depan nya.

Dia terkejut karena melihat mata yang seharusnya di miliki klan uchiha, terlihat di ke dua bola mata gadis di depan nya.

"Ba-Bagaimana dan ada apa dengan mata itu."

Saat dia bertanya tanya apa yang terjadi dengan mata gadis di depan nya karena mata itu tidak seperti Tiga tomoe yang di miliki Klan uchiha.

Pandangan ninja itu sudah keburu gelap, dan ninja itu telah mati tampa mengetahui bagaimana dia bisa mati.

Brukkk….

Melihat tiga ninja telah mejadi mayat di kaki ku, Aku menatap mereka untuk sesaat, aku merasa tiga ninja ini mati terlalu cepat dan mudah.

Namun aku tidak mempermasalahkan itu, karena di suatu tempat di hutan ini, ada seseorang lain yang juga harus mendapatkan Hukuman karena telah merenggut kebahagiaan ku.