webnovel

AUTUMN LOVE

||On Going|| Kisah cinta rumit antara seorang artis cantik dan seorang mafia yang kejam. Mereka dipertemukan kembali setelah belasan tahun berpisah. Tapi perasaan dendam yang tersimpan membuat keduanya menyangkal pernah berteman sejak kecil.

ZN_Diamondz · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
11 Chs

8

Uh, nyaman. Tempat tidur ini senyaman tempat tidurku.

Aku menatap ponsel ku yang sempat ku sembunyikan di bawah tempat tidur. Layarnya retak, mungkin terjadi saat aku terjatuh dari tangga.

Klek,

Aku langsung memasukkan ponselku ke dalam laci meja yang berada di sebelah tempat tidur.

Seorang dokter yang tak asing masuk. Ia segera memberikan pengobatan pada tanganku. Ya, itu yang ku butuhkan sekarang.

"Apa tanganku akan cepat sembuh?"

"Ya, jika tangan kananmu tak kau fungsikan beberapa saat."

"Berapa lama ini akan membaik?"

"Sudah dalam tahap pemulihan. Sekitar 2 sampai 3 hari lagi." Dokter itu langsung pergi.

Inho mengirimnya di tengah malam begini? sungguh tak kuduga.

Baiklah, ayo tidur dan besok kita pikirkan cara melarikan diri dengan matang. Semoga saja otakku masih mempunyai ide cemerlang.

✿۝✿

A

ku duduk termenung di atas ranjang. Sudah hampir 3 jam.

Dan sepertinya, sebuah bola lampu terang di atas kepalaku. Pertanda ide baru muncul.

Jadi begini idenya, cukup sederhana sih. Tapi belum dicoba belum tahu hasilnya. Pertama-tama...

Tap... Tap... Tap...

Wow, waktunya tidak tepat untuk membicarakan idenya. Aku harus langsung mempraktekkannya. Hehe,

Klek,

Pintu sedang dibuka, dan aku berada dibalik pintu menunggu seseorang masuk.

Seorang penjaga masuk, aku langsung memukulnya dengan vas bunga. Seperti yang pernah ku lakukan.

Bagus, dia terjatuh. Aku tak menyangka bakal headshot. Tak butuh waktu lama, aku langsung berlari keluar dan menabrak dada bidang Inho. Mata dinginnya menatapku. Mengapa dia kesini? Apa dia ingin mengajakku makan siang?

Penjaga tadi meringis kesakitan dan temannya tampak membantunya bangun.

Dalam hati, aku meminta maaf karena aku kuat memukulnya sehingga dia terluka.

Tunggu, penjaga itu menatapku sinis? Apa-apaan dia? Dia pikir hanya dia yang bisa melakukan seperti itu. Aku pun menatapnya sinis dan mengertakkan gigiku. Untung aku belajar mata sinis ini dari manajer Yeong. Dia sangat ahli melakukan hal itu.

"Apa maumu?"

Sontak aku menoleh lagi pada Inho. "Kalau ku beritahu, kau takkan mengabulkannya"

"Aku akan mengabulkannya."

Mataku berbinar. Apa itu benar?

"Tapi yang tidak berhubungan dengan keluar dari sini dan ponsel."

Oh shit, dia sepertinya membaca pikiranku. Dua permintaan itu sudah ku persiapkan untuk kukatakan dan aku harus membuang permintaan itu jauh-jauh.

Aku menaruh jari telunjuk di dagu. "Aku bosan di sini, aku butuh sesuatu untuk dimainkan"

Inho berbalik dan pergi.

"Yaa! Kau bilang akan mengabulkan permintaanku!"  aku mulai menendang pintu yang sudah tertutup.

Aku mendengus kesal dan pergi ke balkon. Membosankan. aku menarik nafas dan membuang perlahan. Sekarang lebih baik.

"Waah, sepertinya musim gugur sudah tiba. Kenapa aku baru menyadarinya?" Aku menatap daun dari pepohonan berwarna keemasan. "Dan udaranya juga semakin dingin."

Aku langsung masuk kembali. Aku merebahkan diri di atas ranjang.

Jadi teringat saat aku merengek ingin keluar kamar dan di taman aku bertemu dengan Inho. Tak terasa sudah 14 tahun aku tak bertemunya.

Klek,

Seorang pembantu yang mengurusku masuk. Dan apa yang dibawanya?

"Apa semua ini?"

"Nona Sia, aku membawakan speaker, dan mixrofon. Bukankah kau bosan? Menyanyi mungkin membuatmu lebih baik" Pembantu itu tampak antusias.

Aku mengernyit "Apa ini idemu?"

"... Hanya ini yang ku punya"

"Baiklah, ayo kita coba" aku bangkit dari atas ranjang. "Berikan ponselmu"

"Tapi nona..."

"Aku ingin mencari instrumen laguku."

Ia tampak ragu memberikannya. Aku menyambar ponselnya dan mencari laguku. Aku tak kaget dia mempunyai beberapa laguku.

Lagu di putar dan volume ku atur cukup besar. Semoga Inho terusik.

Aku naik ke atas ranjang dengan mikrofon di tangan kiri. Membayangkan berada di atas panggung dengan ratusan penonton.

"Annyeong yeorubun! Terima kasih atas penyambutannya. Maka untuk memeriahkan hari ini. Aku akan membawakan 1 laguku!"

Aku suka lagu yang ku pilih. Awal nadanya memang rendah, tetapi saat menuju reff...

♪"~karena aku mencintaimu...!~"♪

"Nona, anda terlalu berisik" pelayan tadi terlihat gundah.

"Yaa! Rumah ini sepi sekali seperti pemakaman. Aku harus menyemangati seisi rumah dan jangan coba-coba mengecilkan volume nya."

Aku bernyanyi lagi. Kali ini lebih besar. Tampak si pelayan menyuruhku berhenti.

Mana kau Inho? Ayo masuk dan bentak aku. Aku ingin melihat wajahmu itu.

Klek,

Bagus! Dia benar-benar masuk.

"Apa-apaan ini?" Wajah dinginnya menatapku.

Ayolah, aku ingin raut marah darimu.

"Ini bukan tempat konser"

"Ya, ini adalah konser, dan kalian semua adalah penonton ku." Aku menunjuk mulai dari pelayan di sebelahku sampai para penjaga di belakang Inho.

Inho berbalik, "Pak Lee, ayo cari udara segar."

Aku turun dari tempat tidur dengan sekali lompatan dan langsung berlari ke sebelah Inho.

"Aku ikut!" Aku memegang lengannya sambil tersenyum.

Inho menepis tanganku "Kemana?"  Ia bingung dengan ucapanku.

"Jadi, kau belum punya rencana? Hmm... Bagaimana kalau taman hiburan? Pasti seru!" Aku sangat antusias.

"Omong kosong" Inho beranjak pergi.

"Yaa! Kau akan mengabulkan permintaan ku kan?"

"Tapi yang tidak berhubungan keluar dari rumah ini"

"Apa kau takut aku kabur?" Aku mendekatinya. "Aku tak bisa kabur kalau seperti ini"

Aku menggenggam tangan Inho dan memasukkan jari-jari tanganku diantara jarinya. Aku tersenyum kepadanya.

Aku sudah menyusun sebuah rencana pelarian.

Inho menatapku sejenak. "Pak Lee, ambilkan jasku"

Yes, berhasil! "Roller coaster! I am coming!"