webnovel

KISAH KESEBELAS: MUSIM PANAS HAMPIR TIBA!

Akhirnya aku berhasil melewati ujian yang sebelumnya menjadi sebuah tekanan bagiku. Walau aku harus menghadapi masa-masa naik turun akibat ajaran dari Shiina, tapi hasilnya begitu memuaskan bagiku. Memang nilainya tidak seratus, tapi di atas KKM. Berkat itu juga, aku berhasil lolos dari masa remedial dan aku bisa menikmati liburan musim panas.

Ngomong-ngomong tentang liburan musim panas, biasanya identik dengan pantai kalau di anime-anime musim panas. Ngomong-ngomong tentang pantai, biasanya identik dengan pakaian renang perempuan di pikiran laki-laki normal. Termasuk di pikiranku.

Akhirnya, setelah bertahun-tahun melihat heroine-heroine di anime yang memakai pakaian renangnya untuk dipamerkan kepada sang hero. Aku bisa merasakan hal itu juga! Karena di kelasku, ada study tour dan salah satu kegiatannya adalah bermain ke pantai. Ini sebuah berkah yang tiada duanya, aku sudah mulai menginjak ke masa-masa kedewasaan!

Aku tidak sabar ingin melihat pakaian renang yang dipakai oleh gadis-gadis secara langsung, terutama pakaian renang yang akan dipakai oleh Avira! Selain itu, pakaian renang Yami pun aku penasaran. Yah, kurasa pakaian renang Toshiko-san juga, itu pun kalau dia mau ikut study tour dan mau bergabung dengan kegiatannya.

Ah, sial, saking senang dan tidak sabarnya. Tubuhku menjadi panas membayangkannya, bahkan rasanya kepalaku terbakar. Seharusnya aku tidak boleh membayangkannya dulu, kan lebih enak kalau melihatnya secara langsung.

Berarti aku harus menyiapkan tisu dan es di dalam plastik untuk jaga-jaga nantinya. Baru membayangkannya saja sudah membuatku panas, apalagi melihatnya langsung. Mungkin aku bisa mimisan hebat seperti di anime-anime.

Ahhh… sial, aku malah semakin membayangkannya. Tubuhku semakin panas, ditambah rasanya aku mengantuk sekali. Ahh… tubuhku kenapa jadi lemas begini? Apa ini efek karena memikirkannya terlalu berlebihan?

"Kiki-kun, kau baik-baik saja?"

Eh, kenapa wajah Avira terlihat cemas sekali dan menanyakan hal itu? Tentu saja aku baik-baik saja.

"Kiki, keringatmu banyak sekali."

Yah, memang benar, cuaca di sini panas sekali. Terlebih aku memang mudah berkeringat. Jadi tenang saja, Yami.

"Kiki-kun!!"

"Kiki!!"

Aduhh… kenapa tiba-tiba semua energiku hilang? Bahkan sampai-sampai aku jatuh dari kursi. Selain itu, aku semakin merasa ngantuk. Maaf, aku ingin tidur, biasakah kalian berdua berhenti memanggilku dengan nada keras dan memasang wajah cemas seperti itu?

***

Ahhh… perasaanku hancur sekali, benar-benar hancur sekali. Kenapa di saat impianku yang sebentar lagi tercapai tiba-tiba hancur begini? Kenapa di semua hari, aku sakitnya hari ini?! Kenapa study tour-nya tidak bisa diundur?!

"Kiki-kun, apa kau merasa baikkan?" tanya Avira setelah memasang kompres di dahiku.

"Lumayan dibanding kemarin," jawabku. "Sebaiknya kau segera bersiap-siap, nanti kau telat."

"I-Iya…"

Aku lupa memperhitungkan kemungkinan diriku yang akan terkena demam musim panas, padahal aku sering melihat di anime-anime. Terlebih, aku belum bisa menyesuaikan tubuhku dengan musim-musim di negara ini. Apalah dayaku yang lama hidup di negara dua musim.

"Allyn, akhirnya kau datang juga," ucap Avira melihat kedatangan Allyn. "Tolong rawat Kiki-kun, ya."

"Tentu saja, aku akan merawat tuanku sampai sembuh," jawab Allyn.

"Kalau begitu, aku pergi dulu, Kiki-kun. Lekas sembuh."

"Iya, terima kasih. Hati-hati di jalan."

Avira pun keluar dari kamarku. Sedangkan Allyn berjalan mendekatiku yang tertidur di atas ranjang, lalu duduk di sebelah ranjangku dan menyimpan mangkuk berisi bubur beserta gelas berisi air putih di atas nampan di atas meja kecil di sebelah ranjangku. Kemudian dia membantuku untuk duduk.

"Tuan, ini buburnya."

"Terima kasih."

"Ini, aaaa…"

"Aaa… Eh, tunggu! Kau mau menyuapiku?!"

"Tentu saja Tuan, kau sedang sakit. Sebagai maid-mu, aku harus melakukan ini," jawabnya dengan nada ala maid yang patuh. "Nah, cepat Tuan, bilang 'aaaa'."

Aku pun pasrah… tepatnya menerima tawaran itu dengan senang hati. "Aaaa…"

Selanjutnya Allyn kembali menyuapiku dan aku dengan senang hati menerimanya. Setelah selesai makan bubur dan minum air, aku pun meminta Allyn agar membantuku ke kamar kecil. Memalukan sih, tapi mau bagaimana lagi? Aku sulit menggerakan tubuhku, apalagi berjalan.

Selesai mengurus diriku di kamar kecil, aku kembali dibantu Allyn ke ranjang. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, lalu masuk Ruka dan Candy-san. Mereka berdua langsung menghampiriku dan Allyn keluar kamar.

"Kiki-san, apa kau sudah lebih baikkan?" tanya Ruka dengan ekpresi cemas.

"Lebih baik dari kemarin," jawabku ditambah senyuman kecil untuk menambah kesan kebenaran kalimatku.

"Semoga lekas sembuh, Rifki-san," ucap Candy-san.

"I-Iya, terima kasih…"

Kalau saja itu bukan kepura-puraan, aku pasti benar-benar senang mendapatkan perhatian Candy-san.

Kemudian datang Tsusakiyama-san sambil membawa kantong plastik. "Ini obatnya, Rifki-san," ucapnya sambil menghampiri kami. "Apakah kau merasa lebih baikkan?"

"Lumayan. Maaf membuat kalian cemas."

Kemudian, mereka pun keluar dari kamarku. Bersamaan dengan itu, datang Allyn dengan baskom berisi air dan handuk kecil.

"Tuan, lepaskan pakaianmu. Aku akan membersihkan keringatmu."

"Ba-Baiklah…"

Dengan malu-malu, aku membuka bajuku. Walau aku sering telanjang dada, tapi ini cukup memalukan kalau dilakukan di depan seorang gadis. Terlebih gadis itu akan membersihkan seluruh badanku.

"Tuan, buka juga celananya."

"Kalau itu aku menolaknya!!"

Tiba-tiba pintu kamar terbuka lagi. Kali ini yang datang adalah Muse.

"Ahhh, Kiki-san akan dilap!" teriaknya tiba-tiba sambil menghampiri kami. "Aku juga ingin membersihkan badan Kiki-san!"

"Mohon maaf, tapi ini adalah tugasku sebagai maid Tuan Kiki. Jadi, hanya aku yang boleh membersihkan badan Tuan Kiki."

"Tapi aku ingin mencobanya!"

Dengan cepat Muse memasukkan sapu tangan yang sebelumnya ada di saku jaketnya ke dalam baskom. Kemudian, dia naik ke atas ranjang dan membersihkan lengan kiriku dari samping.

"Sudah kubilang, ini tugasku," protes Allyn dengan nada datar sambil membersihkan lengan kananku.

Situasi macam apa ini?! Kenapa dua gadis manis yang berbanding balik sifatnya sekarang sedang membersihkan badanku?! Ini sangat menyenangkan sekali, tapi di lain sisi ini berbahaya untuk tubuhku! Aku jadi bertambah panas!

Aku ingin menghentikan mereka, tapi melihat mereka yang sangat fokus sekali membersihkan badanku berhasil membuatku benar-benar semakin panas. Bahkan rasanya energiku terus berkurang.

"Tuan."

"Kiki-san!"

***

Perlahan aku membuka mataku dan melihat ke samping. Ternyata bukan Allyn yang sedang duduk di samping ranjangku, tapi Aozora yang sedang membaca buku. Menyadari aku melihatnya, dia menutup bukunya dan melihat ke arahku.

"Senang. Akhirnya kau bangun, Kiki-kun," ucapnya. "Bertanya. Apa kau merasa lebih baik?"

"Sepertinya sebentar lagi aku sehat kembali, terima kasih," jawabku. "Di mana Allyn?"

"Menjawab. Dia sedang memasak bubur. Menambahkan. Aku kebetulan ingin melihatmu, jadi aku ditugaskan menjagamu selama Allyn membuatkan bubur untukmu."

"Begitu…" Aku pun bangun. "Maaf merepotkanmu, Aozora."

"Memberitahu. Aku tidak keberatan sama sekali, malah aku senang bisa melihat wajah tidurmu."

"A-A-A…"

"Cemas. Kenapa wajamu memerah? Apa demammu naik?"

"Ti-Ti-Ti-Tidak, bu-bukan… i-" Kalimatku terhenti karena tiba-tiba Aozora menempelkan dahinya ke dahiku.

"Kaget. Tubuhmu sangat panas sekali."

Aku bisa melihat wajah manisnya sangat dekat sekali dengan wajahku. Bibirnya yang terlihat lembut begitu dekat sekali, sepertinya tinggal didorong sedikit bibirnya bisa mengenai bibirku. Berkat itu, tentu tubuhku semakin memanas dan tubuhku semakin lemas.

***

Setelah melewati beberapa kali keadaan naik turun akibat serangan dari para gadis-gadis, akhirnya aku sembuh total. Dengan begini, kalau aku mendapatkan 'serangan' lagi pasti tidak akan pingsan lagi. Selain itu, dengan begini aku sudah siap melihat foto kiriman dari Karuto.

Sebelumnya, aku meminta tolong kepada Karuto agar memfoto Avira dan Yami yang memakai pakaian renang dan mengirimnya kepadaku. Walau hanya dari foto, tapi aku pasti akan senang sekali sebagian impianku yang sebelumnya kandas akibat demamku bisa terwujud.

Tanpa ditunda-tunda, aku langsung mengambil handphoneku dan memeriksa pesan yang ada. Tapi, tidak ada satu pun pemberitahuan kalau ada satu pesan yang datang. Aku pun melihat riwayat percakapanku dengan Karuto dan tidak ada pesan yang baru satu pun.

"Sial, apakah dia melupakan kesepakatan itu?! Padahal aku sudah membayarnya!" kesalku.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu depan. Aku langsung menyimpan handphoneku di saku dan berjalan ke pintu untuk membuka pintu. Saat dibuka, aku bisa melihat Avira membawa mangkuk berisi bubur berdiri di depanku.

"Kiki-kun, ini sarapannya," ucapnya sambil menyodorkan bubur itu.

"Eh, padahal tidak perlu diantar, nanti juga aku ke sana."

"Kau kan baru sembuh, jadi jangan dulu banyak gerak."

"Kalau begitu, ayo ma-"

"Menyapa. Selamat pagi, Kiki-kun, Avira-san."

Kami pun sontak melihat ke arah Aozora yang tiba-tiba sudah ada di belakang Avira.

"Pagi. Kenapa kau ada di sini, Aozora-chan?" heran Avira.

"Menjawab. Aku kemari mengantar bubur untuk sarapan Kiki-kun."

Belum sempat kami terkejut, tiba-tiba datang Yami sambil memegang mangkuk berisi bubur.

"Kiki, ini bubur un-"

Sepertinya dia menghentikan kalimatnya karena melihat dua gadis yang memegang mangkuk berisi bubur sedang berada di dekatku. Dipastikan juga, dia datang untuk mengantar bubur sarapanku.

Sekarang aku dihadapi oleh pemandangan super canggung karena mereka bertiga yang diam duduk dengan masing-masing bubur yang mereka bawa sudah tersimpan di atas meja. Sepertinya aku harus melakukan sesuatu agar situasi ini tidak semakin lama terjadi.

"Ahhh, kebetulan sekali, aku sangat lapar. Jadi, boleh aku memakan bubur kalian sekarang?"

Langsung saja aku mengambil bubur yang dibawakan oleh Avira, kemudian aku memakannya. Selama aku memakannya, aku bisa melihat Avira melihat ke arahku. Walau diperhatikan seperti itu, aku tetap melanjutkan makan.

"Ini enak sekali," komentarku setelah menghabiskan buburnya.

Avira langsung menundukkan kepalanya. "Ba-Baguslah kalau Kiki-kun suka."

Aku pun mengambil bubur yang dibawa Aozora dan memakannya. Reaksi Aozora sama seperti Avira, dia menatapku saat aku memakan buburnya.

"Ahhh… enak."

"Senang. Syukurlah kalau Kiki-kun menyukainya."

"Ki-Kiki, kau tidak perlu memakan bubur yang aku bawa. Kau pasti sudah kenyang," ucap Yami.

"Aku masih lapar, jadi aku akan memakannya."

Sejujurnya memang benar perutku ini terasa penuh sekali, bahkan rasanya aku akan mual kalau makan lagi. Tapi, melihat ekPResi Yami yang ditunjukkan kepadaku membuat nafsu makanku muncul lagi.

"Ahhh, aku kenyang…" ucapku setelah menghabiskan bubur yang dibawa Yami. "Enak sekali."

"Heheheh, baguslah kalau kau menyukainya."

"Oh iya, bagaimana dengan study tour-nya? Apakah kalian menikmatinya?" tanyaku.

"I-Itu…"

"Se-Sebenarnya kami tidak jadi ikut…" jawab Yami.

"Eh, kenapa?"

Yami dan Avira saling bertukar pandangan. Kemudian, mereka melihat ke arahku lagi. "Ka-Kami mencemaskanmu, jadinya kami tidak ikut," jawab singkat Yami.

"Menambahkan. Mereka berdua juga merawatmu selama kau tertidur," ucap Aozora.

Mendengar jawaban Yami yang bisa dibilang mewakili perasaan mereka berdua dan tambahan dari Aozora, membuat jantungku berdetak dengan kencang. Aku benar-benar senang diperhatikan oleh dua gadis semanis mereka. Mereka begitu kepada laki-laki sepertiku…

Mengingat apa yang terjadi sebelumnya, sepertinya aku mulai diterima oleh sebagian penghuni asrama ini. Walau tidak semuanya dekat denganku, aku…aku benar-benar senang sekali ada yang perhatian kepadaku. Aku bersyukur bisa menjadi pengurus asrama ini.