webnovel

ATASHA : SPARKLING LOVE

Natasha Aluna, tidak ada yang dia pikirkan selain bagaimana nasib pekerjaannya dan satu lagi, bagaimana kabar Raga pradipta. Masa mudanya berakhir menyedihkan, harapan-harapan yang ia bangun selama hidupnya hancur lebur karena perkara kedua orangtuanya. Bagaimana bisa orang tua meninggalkan banyak musibah saat mereka meninggalkan dunia? Mengapa pula banyak orang tua yang bersikap seakan mereka benar dan anaknya adalah yang paling salah dalam urusan keluarga? Pikiran Natasha hanya tentang bagaimana rasanya dicintai, entah itu oleh keluarga, kekasih, atau bahkan yang paling simple oleh teman. Semua orang hanya menyukai dia dan harta milik orangtuanya, bahkan saat mereka tau bahwa Natasha tidak lagi menjadi orang berada, mereka meninggalkannya sendiri. Harapannya bertemu sosok seperti Raga, penyayang, tampan, baik hati, hangat, dan yang paling penting adalah... pria itu tidak pernah memandang tinggi rendahnya kasta. Aku mencoba tidak menyukainya bahkan saat dia berbaik hati padaku, karena semua orang yang menerima cintaku tidak akan pernah berakhir baik saat saling berhubungan. — Natasha Aluna. Saat melihat Natasha, pikiran pertama ku adalah dia anak yang kesepian. Maka dari itu aku banyak meluangkan waktu untuknya, tidak ada pikiran untuk mencintainya. — Raga Pradipta.

lovemizi · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
247 Chs

Paruh waktu

Natasha memilih keputusan untuk mencari kerja sekarang, melihat pengeluaran sekolahnya wah terlihat seperti utang utang yang menggunung.

Saat sedang duduk memikirkan ingin kerja apa, Natasha bertemu dengan salah satu selebaran tentang dibutuhkan pekerja paruh waktu di salah satu perusahaan yang bergerak dibidang entertainment. Tapi Natasha tidak pernah tertarik dengan itu, tapi saat melihat gaji perbulannya.

"Delapan juta?!" ucapnya hampir berteriak, dia lupa sedang berada di taman sekarang.

"Sial, aku harus daftar sekarang!"

Natasha merogoh saku dress miliknya dan mengambil ponsel kemudian menghubungi nomor tertera, ternyata kabarnya belum ada pendaftar.

"Ini bener atau boongan dah?" gumamnya.

"Beneran kali ya,"

"Iya Pak, saya akan datang untuk wawancara,"

'Alamatnya sudah saya kirim ke nomor Anda, silahkan dicek dan kemudian Anda bisa datang ke alamat tersebut untuk melakukan sesek wawancara'

Secepat itu Natasha menghubungi contact yang tertera disana, dia membutuhkan uang. Memang seharusnya seluruh pekerjaan diambil oleh dirinya, entah pekerjaan apapun itu. Dia harus sadar diri tidak bisa pilih-pilih ketika membutuhkan banyak pemasukan.

"Oke, sekarang kita pergi ke tempatnya?" gumam Natasha.

Ya dia harus datang ke tempat itu sekarang, tidak ada lain hari lagipula orang yang di telpon tadi bilang ditunggu untuk wawancara. Mungkin memang hari ini waktunya.

"Oke, kita pulang dulu ke rumah. Mandi, ganti pakaian, cari kendaraan, liat maps, dan wawancara," ucapnya.

"Apa gak terlalu cepat? Bukannya harus menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan, apa yang harus dia bawa? Ijazah? Dia belum lulus SMA, atau dia butuh surat tanda siswa, ah atau apalah itu.

"Apa itu dibawa?" ucapnya bergumam, dia seperti nya lupa membawa dokumen penting saat pindah. Tetapi dia juga merasa sempat membawa itu. Yang terpenting sekarang hanyalah pulang.

***

Natasha melihat jam digital ponselnya, sudah pukul dua siang, dia berjalan dari makam menuju gang depan yang menghabiskan waktu tiga puluh menit dengan berjalan seperti siput. Natasha yang pemalas.

Dan sekarang dia sedang menunggu di pinggir jalan, menunggu kendaraan umum lewat karena saat melihat dan mencari halte bus dekat sini seperti nya tidak ada, dan dia memutuskan untuk naik angkutan kota saja.

Sekelebat dia memikirkan Raga, pria itu terlalu penuh dengan misteri dan kejutan. Mungkin Raga memang tidak suka naik mobil atau dia nyaman dengan sepeda, tetapi masalahnya kenapa seseorang yang memiliki kendaran mahal seperti itu bekerja parah waktu. di sebuah Mart pula.

"Mobilnya nyicil mungkin?" sahut Natasha memikirkan mobil bagus itu.

"Atau mungkin dia paruh waktu jadi supir?"

Natasha menggelengkan kepalanya mengusir pikiran itu, dilihat dadi cara Raga menghampirinya, menyetir, dan bagaimana gestur percaya diri milik pria itu terlihat meragukan kalau Raga berprofesi sebagai supir.

"Ngga mungkin, mana ada supir yang rela ngabisin waktunya buat nganter aku, padahal kan dia juga butuh uang," ucapnya.

Dari pada memikirkan hal itu, Natasha lebih baik memesan kendaraan online saja. Tidak ada yang lewat sini entah itu angkot ataupun busway, jika dia menaiki ojek yang ada di pangkalan, itu akan memakai budget yang lumayan.

"Ojek online aja,"

Dia memesan ojek online dan menunggu, sembari menunggu tidak ada yang dia lakukan. Hanya menunggu dengan pandangan ssekali berbalik ke arah kanan dan kiri, gerakan reflek yang akan dilakukan saat ada kendaraan lewat bersebrangan.

***

Natasha sampai di rumahnya, dia membayar ojek online dan langsung bergegas menuju kamar kosnya.

"Apa yang harus di cari?" gumamnya.

Terpikirkan harus bertanya pada seseorang, Natasha berinisiatif menghubungi Raga. Pria itu pasti tau karena Raga adalah pekerja paruh waktu.

Natasha menekan tombol memanggil di layar ponselnya, room chat miliknya dengan milik Raga beberapa hari ini kosong karena pria itu yang terlihat sibuk. Dan sekarang pun tidak panggilan pertama yang Raga angkat, tetapi panggilan nya yang ketiga.

"Hallo?" sapa Natasha pertama.

'Hem, kenapa?' tanyanya.

"Sedang sibuk kah?" tanya Natasha awalnya, takut mengganggu kesibukan Raga.

'Sedikit, tapi masih bisa angkat telpon kamu. Ada apa?'

"Em, aku ada interview sore ini, apa aja yang harus dilampirkan?" tanya Natasha to the point.

'Biasanya mereka cantumin apa aja yang diperlukan, kamu tau kerjaan itu darimana?'

Natasha mengernyitkan dahinya, selebaran itu mungkin emang ada persyaratan yang harus dia lampirkan. Dan dia melupakannya.

"Sempet liat tadi di jalan, tapi gak sempat aku ambil," ucap Natasha diikuti tawa ringan miliknya. Bingung.

'Astaga, sempet kamu nelpon nomor yang tertera disana?'

Natasha mengangguk padahal Raga tidak akan melihat anggukan nya.

"Sebentar, aku sempet nelpon. Ada di riwayat kan ya kalah abis nelpon," gumam Natasha sendiri. Sementara di ujung sana, Raga sedang sibuk memperhatikan orang-orang yang sedang melakukan pekerjaannya dan di hadapan dia banyak sekali lembar dokumen berserakan dan bertumpuk. Dan dia menyempatkan diri mengangkat telpon dari Natasha.

'Ada, Nat?'

Natasha mengangguk, "Ada, aku harus apa?" tanyanya.

'Kamu hubungi aja contact person nya, nah tanya apa aja yang harus dilampirkan'

Natasha mengangguk lagi, sebelum dia sadar dia sedang apa.

"Padahal dia gak liat," gumamnya.

'Sudah itu saja pertanyaannya?'

Natasha bergumam kecil, "Maaf kalau mengangguk waktu kamu, dan makasih banyak Raga udah bantuin tentang hal ini,"

Raga terdengar sedikit tertawa di sebrang sebelum dia izin untuk mematikan teleponnya terlebih dahulu.

Natasha menghubungi nomor yang sempat mengirimkan pesan padanya tadi, menanyakan apa saja yang perlu dia lampirkan. Tidak mungkin dirinya hanya datang untuk wawancara tanpa persyaratan apapun, ingat saja gajih yang mereka tawarkan sangat besar.

Setelah mendapatkan apa yang dia perlu untuk dibawa nanti, Natasha bergegas untuk mandi dan mempersiapkan dirinya. Dilihat di persyaratan awal, tertera bahwa seorang pelamar harus berpenampilan menarik dan memiliki fashion yang bagus. Natasha tidak heran karena itu perusahaan yang bergerak dibidang entertaint.

Selepas mandi yang mencari pakaian yang pas, Natasha bergumam.

"Untung dulu sempat kaya raya, jadi punya deh stok baju yang layak pakai," gumamnya sembari diselingi tawa.

Natasha ingat bahwa dia sangat suka shoping terlebih membeli sepatu dan baju branded, tapi tak jarang Natasha membeli pakaian biasa yang sering dijual di toko-toko pinggir jalan saat dia pulang sekolah. Dan fashionnya sekarang tidak akan diragukan lagi meski Natasha tidak pernah benar-benar berpakaian rapih.

Dia duduk di meja rias yang sempat dia beli beberapa minggu lalu, mulai melihat wajahnya dan memoles wajahnya senatural mungkin. Saat melihat lipstik yang berwarna super merah, Natasha menggeleng mengingat seorang wanita yang mencari Raga waktu itu di supermarket.

"Pakai warna natural aja, kalau udah cantik ya cantik aja," gumamnya sembari memoles bibirnya menjadi ombre Lips.

Dia terlihat sangat cantik, "Oh my god, it's me. Natasha Aluna,"