webnovel

ATASHA : SPARKLING LOVE

Natasha Aluna, tidak ada yang dia pikirkan selain bagaimana nasib pekerjaannya dan satu lagi, bagaimana kabar Raga pradipta. Masa mudanya berakhir menyedihkan, harapan-harapan yang ia bangun selama hidupnya hancur lebur karena perkara kedua orangtuanya. Bagaimana bisa orang tua meninggalkan banyak musibah saat mereka meninggalkan dunia? Mengapa pula banyak orang tua yang bersikap seakan mereka benar dan anaknya adalah yang paling salah dalam urusan keluarga? Pikiran Natasha hanya tentang bagaimana rasanya dicintai, entah itu oleh keluarga, kekasih, atau bahkan yang paling simple oleh teman. Semua orang hanya menyukai dia dan harta milik orangtuanya, bahkan saat mereka tau bahwa Natasha tidak lagi menjadi orang berada, mereka meninggalkannya sendiri. Harapannya bertemu sosok seperti Raga, penyayang, tampan, baik hati, hangat, dan yang paling penting adalah... pria itu tidak pernah memandang tinggi rendahnya kasta. Aku mencoba tidak menyukainya bahkan saat dia berbaik hati padaku, karena semua orang yang menerima cintaku tidak akan pernah berakhir baik saat saling berhubungan. — Natasha Aluna. Saat melihat Natasha, pikiran pertama ku adalah dia anak yang kesepian. Maka dari itu aku banyak meluangkan waktu untuknya, tidak ada pikiran untuk mencintainya. — Raga Pradipta.

lovemizi · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
247 Chs

Kita memang tidak bisa

Butuh beberapa waktu untuk Natasha mencerna apa yang terjadi, Dito datang dengan informasi bahwa seseorang terus mengikuti dirinya bukan sebagai bodyguard tetapi dia menyamar sebagai temannya.

"Temen gue selain Jeno ya, Raga dan Gara, gak mungkin kan papah ngutang sama papahnya Jeno, ya kali, papahnya dia malah bakal ngasih dengan suka rela,"

Jadi, siapa yang mengikuti dirinya? Tidak mungkin bukan keluarga Raga yang kemarin, buktinya dia kemarin pergi kesana tidak ada satupun bodyguard yang mengenalnya padahal Natasha tidak mengoperasi wajahnya menjadi berbeda.

Pagi hari ini, Natasha harus pergi mengecek mencari pekerjaan sebelum dia bekerja dengan Jeno. Karena jika dia tidak mencari, tidak mungkin dia akan bertahan lebih lama lagi meski kulkasnya masih penuh, tetapi tetap saja Natasha ingin jajan yang tidak ada di dalam kulkas.

"Kemana dulu?" gumamnya. Natasha sudah menyiapkan beberapa tempat yang katanya sedang membuka lowongan kerja sesuai dengan kemampuannya. Natasha berpikir yang salah bukan bidang entertaiment nya, bila karena itu Natasha tidak bisa bekerja disana. Tetapi karena disana ada Raga yang membuat fokusnya terus saja berpindah berkali-kali, dari pekerjaan pindah ke Raga, apakah pria itu sudah selesai dengan meetingnya, apakah pria itu tidak lupa makan siangnya? Atau jika tidak ada Raga di kantor, Natasha akan bertanya-tanya dimanakag pria itu sekarang dan berakhir dia tidak serius bekerja.

Kesimpulannya adalah, kesalahannya ada pada Raga Pradipta.

***

Natasha mengetikkan sesuatu di ponselnya, dia mengetik alamat perusahaan yang akan dia tuju untuk pertama kali. Natasha juga sudah menyewa satu ojek untuk menemani dia berkeliling, hari ini ada diskon besar-besaran jika dia menaiki ojek online. Lumayan tidak usah susah payah menunggu bus untuk berangkat.

Sebelumnya Natasha sudah mengabari Jeno agar tidak pergi ke rumahnya hari ini karena dia sedang keluar.

"Langsung ke alamat ini ya pak, nanti disana bapak tunggu sebentar saja. Sudah saya booking ya Pak," tukan ojek online itu mengangguk.

***

Sudah hampir setengah hari Natasha mencari pekerjaan, dan dia juga mulai bosan dan jenuh terlebih lagi ojek ini tidak mengajaknya berbicara. Natasha tidak bisa bertanya terlebih dahulu karena canggung.

"Pak, turunkan saya di restoran depan, Pak!" ucap Natasha, dia melihat selebaran untuk mencari seorang pegawai.

"Ini ongkosnya pak, makasih telah berkenan,"

"Saya yang terimakasih neng, kan saya yang kerja,"

Natasha tertawa, "Haha, iya iya pak,"

Natasha berjalan ke arah pintu masuk, disana terlihat sedikit ramai karena memang restorannya yang sudah buka.

"Permisi, saya kemari ingin menanyakan lowongan pekerjaan," ucap Natasha pada pelayan yang bekerja di kasir.

"Oh, kalau misalnya mau melamar pekerjaan bisa langsung ke ruangan itu kak,"

Natasha mengikuti arah tangan kasir itu, ada sebuah ruangan yang digantungin gantungan bertuliskan "Ruang Pribadi".

"Kesana?" tanya Natasha yang dijawab langsung anggukan.

"Disana itu tempat wawancara kalau mau kerja kak, dan sebelumnya kami membutuhkan jasa untuk melakukan delivery order. Kamu perlu seseorang unruk mengantar pesanan," ucapnya.

Aduh, Natasha tidak bisa menaiki kendaraan karena dia tidak memiliki SIM itu.

"Ah, jadi untuk itu ya kak? Yah, seperti nya saya tidak jadi mendaftar soalnya saya tidak bisa menaiki kendaraan bermotor,"

"Yasudah kak kalau begitu, saya izin pamit," pamit Natasha.

Dia tidak akan berusaha untuk naik kendaraan agar dia mendapatkan pekerjaan itu, karena menurut Natasha itu adalah keinginannya dan mendadak harus tidak jadi karena orang tuanya yang meninggal dan sweet Seventeen yang berubah menjadi dark seventeen.

***

Natasha berjalan di tepi trotoar, tidak banyak yang bisa dia lakukan saat ini. Dia harus mencari pekerjaan, untuk makan dan membayar uang rumahnya akhir bulan nanti. Sementara pekerjaan saja sangat sulit dicari saat ini.

Natasha menghela napasnya, "Cari pekerjaan di online aja mungkin,"

Dia berjalan menuju sebuah kursi saat sudah mendekatis sebuah taman kota, sangat ramai disana. Ada anak yang bermain dan orang tua yang menonton, Natasha tidak mau melihatnya karena nanti dia akan teringat orng tua nya yang bahkan tidak pernah mengajaknya bermain seperti itu. Ibu dan ayahnya sangat sibuk dengan pekerjaan sedari awal melahirkan Natasha.

Dia terus men scroll, mencari pekerjaan paruh waktu. Terkadang dia beruntung karena hanya membiayai dirinya sendiri tanpa adik ataupun orang tua, dia hanya perlu untuk dirinya saja.

Saat men scroll mencari pekerjaan yang cocok, Natasha menemukan beberapa dan langsung menelpon ke contact person yang sudah di cantumkan.

"Hallo, permisi,"

Natasha mengernyit, "Iya pak, saya menanyakan lowongan pekerjaan,"

'Sudah terisi beberapa hari lalu, kami belum bisa menghapusnya karena tidak sempat'

Natasha memasang wajah canggung, "Oh, begitu ya pak, terimakasih,"

Natasha terus menelpon mencari pekerjaan yang dia minati, tetapi tidak ada satupun yang pas dengannya. Ada yang memiliki jadwal siang tetapi gajih nya yang tidak pantas untuk bekerja hampir satu kali dua puluh empat jam. Dan ada juga yang memiliki sift malam, tetapi restorannya tutup di tengah malam, Natasha berpikir bagaimana caranya dia pulang ke rumah karena itu jauh dari rumahnya.

"Ah, sial gak ada satupun!" teriaknya,

Natasha langsung melihat ke sekeliling, beruntung tidak ada yang memperhatikan dirinya sekarang.

Natasha menghela napasnya lelah, tidak ada satupun pekerjaan yang cocok dengannya. Dan jika ada yang cocok, itu akan memiliki banyak hambatan.

"Sudahlah, lebih baik kembali pulang,"

Natasha hendak memesan ojek online, tetapi saat ingin memesan, ponselnya mendadak mati.

"Apa aku lupa men charger nya?" gumam Natasha.

"Mungkin iya," sahutnya tidak perduli.

Natasha berjalan mencari halte bus terdekat, tidak mungkin dia akan naik ojek pangkalan karena itu lumayan mahal dari tarif ojek online bayangan biasa dia tumpangi. Menunggu sekitar sepuluh menit lagi untuk bisa selanjutnya.

***

Natasha sampai di rumahnya setelah berjalan beberapa ratus meter dari halte bus di depan jalan besar itu. Dia terkejut saat melihat Jeno disana, Natasha langsung berlari menghampiri Lee Jeno.

"Hai! Lah, lo ngapain kesini?" tanya Natasha, tanpa mengajarinya pula.

"Lo kemana aja?"

Natasha menunjuk dirinya sendiri, "Aku?" tanyanya.

Jeno mengangguk, "Gue ngechat lo, nelpon, dan lo gak angkat. Karena lo tinggal sendiri, gue jadi berkali-kali lipat khawatir tentang itu. Lo tau kan panik nya gue gimana," ucap Jeno dengan intonasi nya yang khas saat panik.

"Ah, aku keliling kota tadi. Bosen di rumah, terus ponselnya kehabisan baterai, alhasil gak bisa ngangkat telpon dari lo,"

Natasha terkejut saat Jeno tiba-tiba memeluknya, tidak biasanya Jeno seperti ini. Mungkin ada yang mengganggu pikirannya selain tentang Natasha yang tidak mengangkat telponnya, itu hanya yang memancing emosi ini keluar.

"Lo kenapa?"

Jeno menggeleng dan masih memeluk Natasha, biar saja dia memeluk Natasha sejenak. Sebelum nanti kenyataan akan menampar nya balik dengan sebuah penyesalan karena sudah lancang menyukai Natasha.