Erlangga Sanjaya kaget mendengar berita itu.
Tetapi dia mencoba tenang. "Jadi bagaimana jika dia bangun? Dia sekarang adalah wanita yang lemah dan tidak memiliki apa-apa atas namanya. Dia bukan tandingan kita."
Darma Sanjaya tiba-tiba merendahkan suaranya. "Erlangga, Shinta berkata bahwa dia memiliki bukti praktik korupsi kamu dan juga hubunganmu dalam konspirasi dengan pihak luar. Apa menurutmu itu akan baik-baik saja?"
Erlangga mencibir. "Ayah, itu terjadi lebih dari setengah tahun yang lalu. Bahkan jika ada sesuatu yang mencurigakan, jejaknya pasti sudah hilang sekarang."
Darma menarik napas lega. "Untunglah. Bagaimanapun, Grup Sanjaya tidak akan pernah bisa jatuh ke tangan Arya, bajingan itu."
Jika mendengarnya, Arya akan terganggu dengan pernyataan Darma tadi.
"Jangan khawatir. Itu tidak akan pernah terjadi. Bahkan sampai kematiannya, Angga bahkan tidak akan tahu siapa dalang sebenarnya. Bodohnya! Dia pernah bekerja keras dalam hidupnya hanya untuk usahanya direbut oleh orang lain haha."
Hari berikutnya, di Kediaman Susi Pratama.
Dengan membawa kopernya, Indah kembali ke rumah dengan kelelahan.
Saat memasuki rumah, dia mendengar percakapan ibunya, Susi, dan saudara perempuannya Putri.
"Ibu, apa ibu tahu apa yang terjadi? Arya mau aku memanggilnya Ayah karena dia membeli mobil baru! Apakah menurut ibu dia akan melakukan sesuatu pada ibu?"
"Omong kosong apa yang kamu katakan? Ayah? Mengapa dia melakukan itu?"
"Andaikan aku tau kenapa! Aku pikir dia sudah gila. Mungkin dia tidak bisa mendapatkan perhatian yang dia inginkan dari kakak dan mengalihkan perhatiannya ke kita," kata Putri.
"Brengsek! Dia sekarang sering bersama seorang wanita bernama Cantik, kita lihat berapa lama ini akan bertahan! Dimana Indah? Dia harus menceraikannya secepat mungkin!" kata Susi dengan sinis.
Indah tercengang. Apakah suaminya sekarang berhubungan dengan wanita lain?
"Ibu, apa katamu?" Dia bergegas masuk.
"Kamu sudah kembali nyonya muda," Sebaliknya, seorang wanita berusia pertengahan empat puluhan mendatanginya dan menyapanya dengan senyum lebar di wajahnya.
"Kamu siapa?" Indah tidak bisa mengenali orang itu.
"Dia adalah Mba Tuti, seorang pembantu rumah tangga yang baru-baru ini kupekerjakan." jawab Susi. "Mba Tuti, masak sesuatu yang enak. Putriku ada di rumah hari ini, dia ingin makan makanan enak. jika tidak sesuai standar, aku akan memotong gaji kamu."
Mba Tuti cemberut tetapi mengangguk dan langsung menuju dapur.
"Kenapa kita punya pembantu rumah tangga? Dimana Arya?" Indah bertanya dengan heran.
"Bajingan itu diusir dari rumah ini, dan dia tidak akan pernah kembali. Tahukah kamu bahwa dia bersama dengan seorang wanita saat kamu pergi untuk urusan bisnis? Dia seorang dokter, cucu dari dokter ternama di Like Earth, Dokter Zaenal Zakari. benar-benar pria tidak tahu malu!"
Tentu saja, Susi bercerita sesuai dengan apa yang ia inginkan, menambahkan cerita yang tidak berdasar untuk mendukung tujuannya lebih jauh. Putri menambahkan dengan sindiran.
Disaat itu, Indah sudah berada di batas kemampuannya.
Susi melanjutkan, "Indah, bukankah ini hal yang baik? Karena dia sekarang tinggal dengan wanita itu, kamu memiliki semua alasan untuk menceraikannya! Aku telah menunggu hari ini begitu lama! Akhirnya, kita bisa mengucapkan selamat tinggal pada lelaki tidak tau diri itu!"
Ekspresi Indah menjadi suram. "Aku tidak mau percaya dengan apa yang kamu katakan begitu saja. Aku akan menelponnya, aku ingin mendengar langsung darinya."
"Keraguan apalagi yang kamu pikirkan? Dia menampar ibu hanya karena wanita itu, apa kamu tidak tahu itu?" Putri menambahkan.
Indah melihat mata Putri yang terbuka lebar penuh amarah, mencoba untuk mengerti semua hal yang telah ia dengar.
Shinta Sanjaya tidak sadarkan diri dan terbaring di tempat tidur selama lebih dari enam bulan, dan hanya bisa bertahan hidup dengan cairan infus.
Bahkan saat dia sadar kembali, butuh waktu baginya untuk memulihkan diri dan pulih.
Dengan pemikiran tersebut, Arya menulis resep untuk mempercepat proses pemulihannya.
Namun, dia tidak memiliki izin medis. Karena itu, dia tidak diizinkan untuk mendapatkan berbagai obat yang dibutuhkan dari apotek dan rumah sakit. Hanya Cantik yang bisa membantu. Lalu, dia menghubungi nomor Cantik.
Cantik berada di rumah sakit saat mereka berbicara dan segera menyetujuinya. Ditambah lagi, dia juga sangat takjub dengan resep yang dibuat Arya.
Arya mengebut di jalanan dengan BMW nya, dia tiba di rumah sakit dalam waktu singkat.
Cantik sedang berbicara dengan anggota keluarga pasien di kantornya. Sangat menyenangkan melihatnya berbicara dengan suara lembut dan bersikap anggun.
Indah Pratama, di sisi lain.
Sudah lama sekali Arya tidak merasakan kehangatan darinya. Pengabaian dan sikap apatis adalah sikapnya sehari-hari, bersamaan dengan kebencian dari Putri dan Susi terhadapnya. Karena itu, dia lebih suka tinggal di rumah sakit.
Tentu saja, dia tidak membenci Indah, karena dia berperan besar di dalamnya.
Sementara dia tenggelam dalam pikirannya, keluarga pasien pergi. Cantik melambaikan tangannya di depan wajah Arya dan berkata, "Hei! Apa yang kamu pikirkan?"
"Ah!" Arya kembali sadar dan berkata dengan santai, "Tidak ada, kamu terlihat sangat cantik hari ini, Aku sedikit teralihkan."
Cantik terkejut dengan ucapannya yang jenaka dan mulai menendang tulang keringnya. "Ucapan yang manis! Dimana resepnya? Dapatkah aku melihatnya?"
Arya menenangkan emosinya dan memberikan resep itu kepada Cantik.
Kemampuan Cantik masih kurang dibandingkan kemampuan kakeknya. Meski begitu, dia tidak bisa diremehkan karena dia memiliki setidaknya enam puluh persen dari kemampuan Zaenal Zakari.
Namun, dia tidak dapat memahami resepnya. "Apa ini? Aku melihat banyak bahan yang digunakan untuk membantu pemulihan. Meskipun menurutku mereka tidak cocok untuk ibumu karena dia baru saja bangun. Apa kamu mendapatkan ini dari internet? Tidak, aku tidak bisa menyetujui resep milikmu."
"Ini akan berhasil. Begini, aku telah menambahkan beberapa bahan untuk menetralkan beberapa efek obat yang lebih berbahaya dan mempertahankan khasiat obatnya.
Dan dengan didampingi terapi pijatan, itu akan bekerja dengan baik…" kata Arya meyakinkan.
Setelah mendengarkan penjelasan Arya, dia memikirkannya sebelum memutuskan untuk mempercayainya. "Baiklah, aku akan memberikan persetujuan."
"Terima kasih, Dokter Cantik yang cantik. Aku tahu kamu orang baik!"
"Tunggu, aku belum selesai!" Dokter Cantik memutar matanya. "Aku ingin mengamati bagaimana ibumu akan mengkonsumsinya."
"Tentu saja, silakan."
"Satu hal lagi, bolehkah aku bertanya tentang ilmu 13 Totokan Ilahi?"
"Tentu."
Arya mulai mendemonstrasikan teknik tersebut kepada Dokter Cantik.
Untuk mendapatkan efek yang lebih baik, Arya menunjukkan titik pijat pada Cantik di tubuhnya. Tekanan terakhir dilakukan pada titik akupunktur kira-kira tiga inci di atas dada. Dan saat dia menyentuh tempat itu dengan jarinya, pintu kantor terbuka, dengan tidak lain adalah Indah Pratama yang berdiri di sisi lain.
Dia melihat tangan Arya di tubuh Cantik, yang tidak menunjukkan tanda-tanda perlawanan.
Dia menyerbu ke depan dan mengayunkan tangannya ke wajah Arya.
"Plakk!"