"Tempat ini sangat buruk. Kapasitasnya terlalu kecil. Fasilitasnya sangat buruk. Pengisi acaranya kurang terkenal. Aku hanya mengetahui Heatsink saja. Yang paling menjijikan adalah orang-orangnya. Mereka semua bersenang-senang dengan kualitas acara yang sangat buruk seperti ini," ucap seorang gadis muda dengan wajah datar. Matanya memeriksa satu persatu penonton yang terlihat gembira seraya bersorak menikmati para performance yang tampil di panggung.
"Nah, kau terlalu menuntut. Akademi Mistral Vandrechia cukup bagus bila dibandingkan dengan Akademi Mistral di kota-kota lain di level yang sama. Bagaimanapun membandingkannya dengan Ibukota seperti Avania itu terlalu parah kau tahu," jawab seorang pemuda di sampingnya.
"Kau benar, Thomas." Gadis itu mengangguk mengakui kebenaran dari pendapat pemuda di sampingnya.
"Panggil aku Kakak."
Pemuda itu adalah Thomas Hawlink bersama dengan Adik perempuannya, Frisila Hawlink. Mereka berdua datang untuk mengunjungi kakak sulung mereka yaitu Jennifer Hawlink.
"Acara intinya akan dimulai, apa kita perlu turun ke sana dan bersorak untuk Kakak kita tercinta?" tanya Frisila.
Thomas terdiam untuk sementara waktu sebelum menjawab, "Kurasa tidak perlu. Dia juga pastinya tidak mengharapkan dukungan kita. Wanita itu jelas-jelas membenci kita. Lebih baik menghampirinya setelah semua selesai."
"Ide bagus." Frisila merenggangkan tubuhnya sedikit. Menghilangkan rasa kaku karena berada di posisi yang sama selama beberapa jam. Mereka berdua tidak duduk di kursi penonton melainkan berdiri di balkon paling atas di stadion itu.
Suara langkah kaki segera menarik perhatian kedua orang yang berasal dari Ibukota itu. Mereka melihat sosok yang berjalan menghampiri mereka. Sosok itu adalah seorang gadis berambut putih pendek dengan beberapa helai pink. Shiina Kazuma.
"Kalian berdua nampaknya tidak terlalu menikmati acara ini. Sampai rela mendatangi kota kecil seperti ini, sebegitu besarkah rasa sayang kalian untuk kakak kalian yang payah itu?" Mulutnya menyunggingkan senyum seraya melontarkan beberapa ejekan pada kedua Hawlink itu.
"Mengalahkan pecundang tidak akan membuatmu menjadi pemenang. Sebaliknya kau hanya akan menjadi pecundang lainnya. Katakan pada Kakakmu untuk selalu mengingat apa yang terjadi di turnamen nasional," Thomas membalas perkataan Shiina dengan santai. Kepopuleran Shou di media menjadikannya sasaran oleh para jenius dari Akademi lainnya. Hasilnya sudah jelas, Shou kalah di turnamen nasional antar Akademi Mistral Grenomia.
"Kau tak punya hak untuk mengomentari Kakakku," ucap Shiina dengan nada tajam. Matanya menatap kedua orang dari Ibukota itu dengan ganas.
"Seperti Kakak, seperti Adik. Kalian berdua sama-sama pecundang," ucap Frisila mencibir Shiina.
Shiina terkekeh pelan. Ia berkata, "Tentu saja Tuan Putri yang berbakat. Ooh tunggu ... Gelar itu sepertinya lebih cocok untuk Yuna dibandingkan dirimu. Jangan lupa Yuna datang dari kota ini, kota yang kau anggap remeh."
Frisila mengerutkan keningnya. Dia terlihat agak kesal ketika nama Yuna disebut. Ada banyak orang yang membanding-bandingkan mereka berdua sebagai Gadis paling berbakat tahun ini.
"Humph, gadis itu hanya beruntung. Aku rasa lebih baik kau urus dirimu sendiri. Jangan sombong lagi dihadapanku jika hasil ujianmu bukan nomor satu di Akademi Mistral seperti ini," balas Frisila menyingung mengenai Ujian Masuk Akademi Mistral Vandrechia yang sudah dekat.
Shiina yang hendak membalas ucapan Frisila terpaksa diam ketika kepala Akademi Mistral Vandrechia, Ragael mulai berpidato.
Ragael berdiri di panggung dengan membacakan pidato perpisahan. Di hadapannya, berjejer rapi murid tahun ketiga Akademi Mistral Vandrechia. Mereka memakai pakaian kelulusan dengan rapi. Masing-masing dari mereka mempertahankan ekspresi serius.
[" ...Mulai saat ini kalian akan bercampur dengan masyarakat. Dengan kekuatan yang kalian miliki, kalian akan memperoleh tanggung jawab yang besar untuk menggunakan kekuatan tersebut di jalan yang seharusnya. Beberapa dari kalian pasti telah mengetahui jalan yang akan kalian lewati di masa depan...]"
Pidato Ragael menekankan pada tanggung jawab. Di Grenomia, Pidato perpisahan itu sendiri memang selalu menekankan tanggungjawab. Hal itu didasari oleh kenyataan bahwa Mistral akan selalu menjadi pilar bangsa. Jika para Mistral yang memiliki kekuatan besar menyalahgunakan kekuatan mereka. Negara Grenomia pasti akan sangat kesulitan. Apalagi Grenomia memiliki kebijakaan untuk mengurangi kesenjangan antara Mistral dan orang biasa.
[" ...Dengan ini aku menyatakan kalian semua telah lulus. Silahkan berbaris dan ambil medali serta surat kelulusan kalian."]
Sorakan terdengar. Semua penonton beserta bagian-bagian dari staff Akademi Mistral bertepuk tangan untuk merayakan kelulusan para murid Akademi.
Setelah para murid tahun ketiga mengambil medali dan surat kelulusan mereka. Alunan musik santai diputar. Semua orang berdiri di lapangan, para penonton juga ikut turun ke lapangan entah untuk memberi selamat pada anggota keluarga, atau teman mereka yang lulus atau ikut berdansa mengikuti lantunan musik.
Dari semua murid yang lulus, Ronald hanya mengenal Jennifer. Namun, Jennifer kelihatannya sedang sibuk merayakan bersama teman-temannya. Ronald juga mengajak Xiao Ning'er untuk menari, sayang sekali gadis itu tidak mengerti cara menari dan menginjak kaki Ronald terus menerus sehingga Ronald akhirnya memutuskan untuk berdiam diri menunggu Jennifer selesai bersenang-senang dengan teman-temannya.
Sekilas, Ronald juga menemukan Emma, gadis berkemampuan laba-laba yang sepertinya datang kemari bersama Pamannya, Sir Davis. Gadis itu berdansa dengan pria asing yang Ronald tidak kenal. Jadi, Ronald memutuskan untuk tidak menghampirinya.
[Apa kau merindukan gadis berambut merah, nyaw?] ucap Zio dalam pikiran Ronald.
"Maksudmu Yuna? Tidak, dia pasti sedang sibuk," balas Ronald dengan suara kecil. Menghindari pendengaran orang-orang yang mungkin akan menganggapnya berbicara sendirian.
[Kau punya benda kotak itu untuk menghubunginya bukan? Aku tidak pernyah melihat kau menyelepon gadis itu, nyaw.]
"Ponsel. Benda kotak itu ponsel."
[Ya, ponsel.]
Ronald menghela nafas dalam-dalam.
"Akhir-akhir ini aku menyadari satu hal. Yaitu seberapa besar perbedaan antara aku dan dirinya. Dulu, aku berjanji akan mengejarnya dan secara kekanak-kanakan berpikir bahwa selama aku bekerja keras maka aku mungkin bisa mengejarnya. Namun ...."
Ronald berhenti sekejap untuk mengambil nafas sebelum melanjutkannya.
" ....Aku bertemu dengan banyak orang. Xiao Ning'er, Para pengikut Cthullu, Jennifer, Zack, Han, Rhinos, Samurai Bee, dan terakhir Emma. Beberapa bulan ini aku mengalami banyak kesulitan lalu mengatasinya dan menjadi lebih kuat. Tetapi semakin aku kuat jarak antara aku dan Yuna tidaklah menyempit. Sebaliknya itu malah semakin melebar. Aku semakin sadar bahwa perbedaan antara aku dan Yuna sangatlah besar."
Tangan Ronald bergetar. Ada nada kesedihan dalam ucapannya. Cita-citanya sebagai Mistral terkuat perlahan mulai pudar. Janjinya untuk mengejar Yuna perlahan membebaninya. Tekanan untuk menjadi lebih kuat dan menyelamatkan Miura seakan mencekik lehernya.
Ronald yang beberapa bulan lalu adalah remaja idealis yang memiliki impian yang polos mulai berubah menjadi lebih realistis dan kehilangan semangat juangnya. Ditambah dengan beban yang terus mengikatnya. Ronald mulai meragukan dirinya sendiri.
[Apa kau merasa tujuanmu, impianmu, janjimu, dan keinginanmu membebanimu?]
Suara Zio seakan berubah. Tidak ada lagi nada yang mirip dengan anak-anak. Tidak ada lagi dialek kucing yang sering dia gunakan. Ia mengucapkan kalimat itu dengan serius.
[Apa kau merasa dengan kekuatanmu sangatlah sulit untuk mengatasi rintangan dan mencapai tujuan yang kau impikan?]
[Kau benar. Dengan kekuatan dan bakatmu kau memang akan gagal.]
Ronald tertawa miris, "Heh. Kupikir kau akan menghiburku. Kucing sialan."
[Aku hanya berkata jujur. Dengan kekuatanmu sangat sulit untuk mencapai tujuanmu.]
Ronald sedikit marah ketika Zio mengucapkan kalimat itu, "Aku tahu itu. Kau tak perlu mengucapkannya lagi."
[Tapi kau punya aku.]
"Kau? Aku tidak tahu asalmu. Aku tidak tahu seluruh kekuatanmu. Dari yang kualami sejauh ini aku tidak bisa mengandalkanmu."
[Sekali lagi kau salah. Aku tidak berkewajiban untuk membantumu. Kaulah yang membutuhkan bantuanku. Karena itu kau perlu menawariku sesuatu agar aku mau membantumu.]
"Apa i–"
"Hei, kau sedang melamun?"
Ronald membalikkan badannya. Dia melihat Jenny yang memakai seragam kelulusan berada di belakangnya. Ronald segera berbalik dan berhadapan dengannya.
"Ah, tidak ... Aku hanya, sedikit bermedtiasi. Ngomong-ngomong selamat atas kelulusanmu. Terima kasih juga atas undanganmu. Aku sangat senang bisa menghadiri acara ini," ucap Ronald dengan tulus berterima kasih pada Jennifer.