Ahmad terkekeh kecil melihat Azizah yang tengah mundur dan menyembunyikan ponselnya di balik punggung. Gadis itu sangat cepat, seperti seorang pesilat yang andal merampas senjata saat bertarung.
"Jangan macam-macam!"
Ahmad tertawa kecil. "Hanya satu macam kok. Ganas sekali kamu, aku baru tahu," ungkapnya membuat Azizah mendengus.
"Aku akan tanya pada orang tua dan keluarga Aini dulu, baru nanti aku akan katakan aku bersedia atau tidak, Ustadz. Please, paham, ya?" ujarnya penuh harap, hingga Ahmad tersenyum kecil.
"Iya," jawabnya seraya mengulurkan tangan. "Minta sini, itu tersambung ke panggilan."
Azizah segera menatap ponsel Ahmad di tangannya, lalu melihat panggilan yang benar-benar tersambung. Gadis itu menyerahkannya pada Ahmad, hingga pria itu bicara beberapa hal pada seseorang di seberang sana dan mematikan panggilan usai mengucapkan salam.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com