webnovel

Ardy & Erza

[!]Warn : Gaya penulisan Non-Baku Kisah klise tentang seorang anak remaja bernama Ardy yang diam-diam suka Erza sang sahabat dari SD, berparas lembut dan manis dengan sifat yang rapuh membuat Ardy ingin melindungi dan mencintainya. Sulit bagi Ardy untuk mewujudkannya terlebih karena hubungan sesama jenis itu dilarang, perasaannya bersembunyi dibalik kebadungan masa remajanya. Selain Ardy dan Erza, ada pula selingan kisah dari teman-teman mereka dengan berbagai masalah dan konflik masa remaja, bagaimana mereka bisa menghadapinya? dan apa yang akan terjadi selanjutnya dalam kisah Ardy & Erza ini? bisakah Ardy mengungkapkan perasaannya pada Erza atau akan tetap ia kubur selamanya dan terlupakan? Tapi... mampukah Ardy melupakan perasaannya itu? [!]Bab baru setiap hari kamis.

wholoveya · LGBT+
Peringkat tidak cukup
208 Chs

Gagal dapet pinjemam duit

Hari senin adalah jadwalnya mata pelajaran matematika, meski pelajaran udah selesai sepuluh menit yang lalu dan guru udah keluar tapi kepala Ardy masih ngebul dan sekarang lagi tepar di mejanya. Karena lihat Ardy begitu gara-gara soal yang rumit bikin temen sekelas Ardy yang juga sohibnya keluar ide iseng, pasang senyum jahil kayak dikartun-kartun kemudian siap-siap buat melancarkan rencana jahilnya.

"BU TATI DATANG!"

"Ardy nggak tidur bu!" Ardy langsung terperanjat dengan keadaan setengah sadar. Oh ternyata dia kebablasan tepar di mejanya sehabis kerjain soal.

Rendy Rahardika, sohib sekelas Ardy yang sama-sama belakang namanya ada Y-nya ini berhasil ngejutin Ardy sampai terperanjat, si pelaku sekarang ngakak sehabis berhasil bikin Ardy latah karena kaget itu. Ardy noleh kesumber suara ketawa ngakak dan langsung berdiri kemudian ngepiting kepala Rendy sampai tercekik. "Bangke lo Martin!" Umpat Ardy.

"Udah gue bilang nama gue kagak ada Martinnya goblok!" Rendy keceplosan ngomong kasar sampai dilihatin temen-temen sekelasnya yang belum keluar dari kelasnya.

Di Sekolah ini para muridnya dilarang ngomong kasar di lingkungan Sekolah, kalau sampai ketahuan ada yang ngomong kasar atau jorok bakal langsung dibobot dan murid-murid di sini pada cepu, kalau ada yang ngomong kasar atau jorok auto lari nyari wali kelas buat laporan.

"Eh anjing jangan lapor ke bu Tati!" Teriak Rendy diketiak Ardy yang lagi-lagi keceplosan ngomong kasar sewaktu ada temen sekelas yang lari ngibrit keluar kelas.

Giliran Ardy yang ngakak karena Rendy yang bobotnya udah kebanyakan itu bakal punya nilai mines buat hobinya ngomong kasar itu, heran kok hobi ngomong kasar. "Mampus!" Ardy makin cekik Rendy di ketiaknya sampai si sohib ini batuk-batuk udah kayak kakek-kakek.

Rendy yang rasanya mau sekarat ini langsung gebukin Ardy membabi buta, mukul di pantatnya Ardy sampai dia reflek lepasin Rendy yang dia apit di ketiaknya. "Anjing, mesum lo!" Pekik Ardy dan si pelaku pemukulan pantat langsung lari ngibrit keluar kelas.

Ardy ini masih suka lari-lari main kucing-kucingan kayak waktu SD dan semua sohib-sohibnya termasuk Erza juga begitu. Ardy ngejar Rendy keluar kelas dan dia nggak sadar kalau dia juga abis ngomong kasar, bakal dibobot juga si Ardy ini dan ternyata nilai sikapnya Ardy juga sebelas duabelas sama Rendy bahkan bisa dibilang sama minesnya.

Lari di koridor, manufer kiri terus ke kanan buat menghindari tabrakan dengan orang-orang yang lagi lewat, ketawa-ketiwi sembari sesekali teriak-teriak sampai dilihatin yang lewat. Temen-temen Ardy kayaknya emang pada rusuh, termasuk si Hendri walaupun kesan pertama tadi pagi ngelihatin kalau dia kayak yang kalem terus cool gitu tapi nyatanya nggak jauh beda sama mereka berdua.

Rendy orang pertama yang melotot sewaktu lihat ada yang lagi bawa kotak kardus dua tumpuk kemudian berlanjut ke Ardy yang melotot karen hal yang sama, tapi bukannya berhenti keduanya malah tatap-tatapan sejenak sampai akhirnya Rendy duluan yang nabrak dan Ardy berhenti setelah lihat si sohib telungkup di atas badan seseorang yang lagi bawa kardus itu sampai si kotak kardus berceceran dengan isinya.

"Wow..." Ardy menganga dengan mata bak rajawalinya yang bulat itu jadi kelihatan tambah bulat. "Martin, Martin lo nindihin bang bro Suharja!" Seru Ardy heboh kemudian mencoba buat narik Rendy untuk bangun dari sana.

"Udah gue bilang nama gue kagak ada Martinnya...— Eh bang bro!" Sapa Rendy motong protesnya ke Ardy.

Ardy dan Rendy buru-buru bantuin mungutin kardus sama isinya, sedangkan si korban tabrak lari nggak dibantuin buat bangun. "Anjir parah lo pada..." Gerutu Hendri sembari nepukin celananya setelah berdiri tanpa dibantuin siapapun.

Tahu Hendri udah berdiri, Ardy sama Rendy buru-buru nyamperin kemudian ngasihin si kardusnya dengan posisi semula, tumpuk dua. "Ngapain di tengah jalan bang? Tahukan itu ngehalangin yang lewat apalagi lo bawa-bawa beban—"

"Heh bangsat, lo berdua ngapain lari-lari di koridor? Dah dibilang jangan lari-lari, emang lo berdua yang nyusahin pengurus OSIS!" Omel Hendri sampai nggak kekontrol.

Ardy sama Rendy saling tatap-tatapan dengan bibir membentuk huruf O dan wajah terkejut meski udah tahu si Hendri ini mulutnya juga kotor. Kalau di Sekolah Hendri ini jarang atau bisa dibilang nahan diri buat nggak ngomong kasar karena posisinya sekarang ini pengurus OSIS, tapi di luar Sekolah atau lagi ngumpul sama Ardy, bahasanya nggak ada akhlak bahkan kadang nyelipin kata-kata kotor. Wajah boleh ganteng ditambah orang kaya juga anggota OSIS, tapi kelakuannya serupa mereka yang bobotnya minus karena tukang langgar peraturan Sekolah.

"PAK RIDWAN, BANG SUHARJA NGOMONG KASAR!" Teriak Ardy dan Rendy bersamaan sembari lari.

"Kon***! Ardy, Rendy!" Umpat Hendri sama teriaknya soalnya dia udah kesel banget.

Hendri ngejar duo 'Dy' ini sambil teriak manggil-manggil sampai dilihatin orang-orang mana sesekali ngomong kasar lagi, habis sudah riwayat Hendri Suharja dari kepengurusan OSIS.

Tapi Ardy sama Rendy malah ketawa cekikikan sembari berusaha buat nggak ketangkap sama Hendri, sampai muter-muter di lapangan siang bolong menjelang dhuhur. Dari lantai dua, ada Erza yang kebetulan juga mau nyari Ardy, eh langsung ketemu karena suara teriakan Ardy yang gede itu langsung kedengeran.

"Ardy!" Panggil Erza teriak dan seketika aja Ardy berhenti.

"Oi Za!" Balas Ardy sembari dadah-dadah ke lantai dua di mana Erza berada.

"Lagi ngapain Dy?" Tanya Erza polos banget meski lihat Ardy lagi kejar-kejaran sama Rendy juga Hendri.

"Kena lo bangsat!" Ardy langsung dipiting lehernya sama Hendri sampai dia agak kecekik.

"Kh-kh... Ampun b-bang..." Ardy minta ampun karena pitingan Hendri itu betulan, sampai merah wajah Ardy karena pitingannya.

Erza ngerjap-ngerjap buat memproses apakah mereka beneran atau cuma lagi main kejar-kejaran, tapi denger Hendri ngomongnya kasar banget kemudian Ardy kayaknya kesusahan beneran, Erza buru-buru turun ke lapangan. "Kak, kenapa Ardynya dicekek?" Tanya Erza.

Hendri agak melotot horor sampai Erza jadi takut. "Temen lo kon***, nyusahin gue aja!" Jawab Hendri agak ngebentak Erza.

"K-kak nggak boleh ngomong jo—"

"Heh Erza jangan ikut-ikutan temen kon*** lo ya!" Hendri meringatin dengan kasarnya ke Erza.

Ardy yang lihat itu jadi rada nggak suka, sebenernya gampang-gampang aja sih buat Ardy lepasin pitingan Hendri, tinggal sikut aja perutnya cuma Ardy nggak main kasar sama temen. "Le-lepasin gue Hendri." Titah Ardy dengan nada bicara yang nggak seceria biasanya, dan kalau dia udah manggil Hendri dengan namanya itu berarti dia lagi serius atau lagi kesel sama si empunya nama.

Hendri lepasin pitingannya ke Ardy, lihat wajah Ardy yang rada-rada nggak enak bikin Hendri agak khawatir, soalnya Ardy kalau ngamuk bisa cukup ngerepotin. "Lo sama si Rendy kudu tanggung jawab ya bangsat kalau gue dikeluarin dari kepengurusan OSIS." Ancam Hendri kemudian melangkah pergi dari hadapan Ardy.

Takut kayaknya Hendri, takut Ardy ngamuk karena mau gimanapun badannya lebih kecil daripada si Ardy ini dan dia tahu betul Ardy bukan cuma badan aja yang gede tapi juga cukup jago berantem.

Ardy kadang dibuat nggak ngerti sama Hendri, anak kayak Hendri kok betah banget jadi anak OSIS? Secara Hendri ini anak IPS sedangkan OSIS biasanya anak IPA kayak temen mereka berdua yang super duper kalem kalau dibandingin sama mereka bertiga, Deni. "Bang jangan lupa duit gue ya bang!" Teriak Ardy sadar kalau dia barusan mengancam pinjeman duit dari Hendri.

"Kagak bakal gue pinjemin duit lo kon***!" Hendri ngacungin jari tengahnya sewaktu udah cukup jauh dari Ardy.

Erza menyimak tapi tetap nggak ngerti apa masalahnya, dia ngerjap-ngerjap saat lihat Ardy yang kayaknya frustrasi karena Hendri ngancem nggak mau minjemin duit. Erza sih bingung, ini gara-gara Ardy mau minjem duit atau karena yang lain? Erza garuk pipi kanannya yang nggak gatel kemudian manggil Ardy. "Dy,"

Ardy noleh ke Erza. "Hm? Apaan Za?" Tanyanya.

"Kalian kenapa?" Tanya Erza.

"Nggak apa-apa. yok jajan!" Ajak Ardy kemudian rangkul Erza.