"Tunggu dulu. Kenapa kalian pergi?"
Cleon berkata kepada temannya. Tetapi Revian, Kirio, dan Aron tidak menghiraukan. Kenta dan Atsushi masih bertengkar. Setelah beberapa saat akhirnya Cleon kelelahan dan membiarkan mereka berdua bertengkar. Semua anggota tim kecuali Kenta dan Atsushi pergi ke tenda. Pak pelatih sedang membakar ikan.
"Wah, harum sekali."
Takao mencium bau ikan yang sedang di bakar. Dia kemudian segera menghampiri pelatih.
"Perutku telah berbunyi."
Di belakang Takao ada Revian yang juga ikut berlari.
"Kalian pasti sekarang sedang lapar. Makanlah! Setelah makan kalian akan berlatih kembali."
Pelatih melihat Takao, Revian, Kirio, dan Cleo dari kejauhan. Setelah mereka mendekat kemudian pelatih menawarkan ikan bakar yang sudah selesai di bakar.
"Selamat makan."
Para anggota tim makan dengan lahap. Perut mereka lapar setelah berlatih Sekitar lima belas menit kemudian barulah Kenta dan Atsushi datang.
"Oh, kalian terlambat."
Takao berbicara kepada temannya itu. Dia lalu memasukkan ikan bakar ke dalam mulut dan membuang tulangnya.
"Dasar bodoh. Kenapa aku bisa melewatkannya?"
Kenta mengacak rambutnya. Dia menyesal karena datang terlambat. Padahal sejak kecil dirinya suka dengan makanan. Apapun itu masakan. Segera Kenta mengambil satu tusuk ikan bakar.
"Kenapa baju mereka berantakan?"
Revian bertanya kepada Cleon setelah melihat baju Kenta dan Atsushi sobek.
"Sebenarnya...?"
Cleon kemudian menceritakan kejadian beberapa saat yang lalu. Di depan lapangan voli pantai dia sedang melerai temannya. Kenta menarik pakaian Atsushi. Sedangkan Cleon melihat Atsushi yang tidak terima lalu menendang kaki Kenta. Akhirnya perkelahian terjadi. Mereka berdua saling pukul. Cleon berusaha mencegah tetap dirinya terjatuh. Pada akhirnya Cleon merasa kelelahan kemudian pergi.
"Apa mereka berdua tidak bisa berdamai?"
Revian merasa heran kepada dua temannya itu selalu bertengkar.
"Sebenarnya daripada dibilang tidak bisa berdamai tetapi bisa dikatakan kalau mereka itu bagaikan air dan minyak. Kenta yang suka membuat keramaian dan selalu bersikap seenaknya. Sedangkan Atsushi berkebalikan."
"Kamu memang benar Cleon."
Satu jam kemudian seluruh anggota tim kembali berkumpul. Pelatih membawa keranjang yang berisi penuh bola.
"Sekarang kalian kembali berlatih. Pertama kita akan melakukan pemanasan memukul bola. Kalian membentuk sebuah barisan. Pertama akan di mulai dari kapten lalu terakhir adalah Libero."
Sesuai perintah dari pelatih. Semua anggota tim bersiap dalam barisan. Kirio menerima bola dengan baik. Bola kemudian kembali. Kirio keluar dari barisan. Dia berlari menuju barisan belakang. Kini Aron yang menerima bola itu. Seperti yang di lakukan oleh kapten mereka dan Aron juga berlari ke arah belakang. Revian, Atsushi, dan Cleon menerima bola. Takao tersenyum tipis. Dia melihat perlahan anggota tim nya mulai berubah. Bahkan Revian yang awalnya tidak bisa melakukan receive sekarang berbeda. Kini tim nya selangkah maju.
"Takao."
Pelatih memanggil Takao dan memukul bola ke arah sang Libero. Bola di terima baik dengan tangan kanan sehingga membuat tubuh Takao berguling. Segera Takao berdiri di tempatnya. Seketika membuat anggota tim nya terkagum.
"Ternyata ada orang yang memiliki tubuh lentur seperti dia."
Kirio kemudian mengatakannya.
"Ini pertama kali aku melihat Kirio memuji orang secara terangan. Tetapi memang tadi sungguh hebat. Libero terbaik SMP di Jepang sangat berbeda dari yang lain."
Cleon ikut berbicara. Tidak terasa hari telah malam. Para pemain juga sudah kelelahan. Latihan di pantai tidak mudah dan berat. Padahal tadi mereka hanya latih tanding satu set dan berlatih receive. Tetapi seperti sedang melakukan kewajiban militer. Setelah tiba di penginapan kemudian Kenta segera masuk ke dalam kamar. Dia menjadi yang pertama tiba.
"Ah, badanku sakit semua."
Kenta merebahkan tubuhnya di tempat tidur dan mengeluh.
"Itu karena kamu tidak melakukan pemanasan setelah berlatih."
Atsushi kemudian menjawab perkataan Kenta.
"Bodoh. Aku sedang tidak berbicara kepadamu. Lagipula kenapa kamu berada di sini? Menyebalkan."
"Kalau keberatan aku berada di sini, kamu bisa mengatakannya kepada pelatih."
"Apa yang kamu bilang?"
Mereka berdua kembali bertengkar. Suasana menjadi gaduh. Pintu kamar kemudian terbuka.
"Berisik. Kalian tidak tahu sekarang sudah malam. Cepatlah istirahat sana!"
Pelatih meneriaki Kenta dan Atsushi yang telah membuat kegaduhan. Mereka berdua lalu berhenti. Pelatih menutup pintu itu kemudian pergi dengan marah. Atsushi meninggalkan Kenta. Dia segera berbaring.
Di dalam kamar sebelah ada Takao yang sedang berbaring dan memainkan bola voli Dia melepaskan bola itu keatas. Saat bola turun, Takao kemudian menangkapnya. Kirio duduk di kursi dengan membaca buku. Takao melihat Kirio dari kejauhan. Padahal pria itu hanya duduk dan membaca buku. Tetapi dia terlihat keren. Ada satu pertanyaan yang berada di dalam hati Takao. Sebenarnya dia ingin tahu alasan Kirio menjadi anak nakal. Tidak hanya itu saja. Kirio juga menjadi ketua geng mereka. Dengan penampilan seperti itu seharusnya Kirio bisa menjadi ketua OSIS. Tetapi kenapa dia justru tidak melakukannya? Takao tenggelam dalam pikirannya.
"Apakah ada sesuatu yang menempel di wajahku?"
Pertanyaan Kirio membuat Takao tersadar dari lamunannya.
"Hah."
Seketika Takao menjadi salah tingkah.
"Kamu sejak dari tadi menatapku."
Kirio meneruskan perkataannya barusan. Wajah Takao kemudian memerah karena malu. Dia baru sadar karena terlalu memperhatikan Kirio. Suasana menjadi hening. Takao menggaruk keningnya. Matahari mulai terbit.
"Siapa yang belum datang?"
Pelatih kemudian bertanya. Semua anggota tim saling menatap kepada temannya. Atsushi menghela nafas.
"Kenta masih tidur di kamarnya."
Akhirnya dia memberitahu. Padahal dia paling tidak menyukai temannya itu.
"Takao. Segera bangunkan Kenta!"
Sebuah perintah di berikan kepada Takao.
"Baik pelatih."
Segera Takao pergi. Dia berlari menuju penginapan. Di dalam kamar Kenta tertidur pulas. Bahkan terdengar suara dengkuran dari luar. Takao kemudian masuk. Membangunkan Kenta dengan menggoyangkan tubuh temannya dengan cepat.
"Ayo bangunlah? Pelatih menunggu kita."
Kenta yang merasa terusik kemudian membuka mata perlahan. Melihat dengan samar wajah Takao.
"Baiklah. Aku sudah tahu. Kamu tidak perlu membangunkan ku lagi."
Kenta kemudian bangun. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk cuci muka. Takao duduk di kursi. Lima menit kemudian Kenta keluar dengan pakaian olahraga.
"Kenapa kamu masih disini?"
Sebuah pertanyaan keluar dari mulut Kenta.
"Pelatih memintaku untuk pergi bersama."
Takao kemudian menjawabnya.
"Kamu tidak perlu menungguku. Cepat sana pergi!"
Kenta mengusir Takao dengan ekspresi yang marah. Dengan terpaksa akhirnya Takao meninggalkan Kenta yang berada di dalam kamarnya.
"Dasar pengganggu!"
Kenta menggerutu kesal. Dia lalu mengambil sisir. Merapikan rambutnya yang berantakan setelah bangun tidur. Di lapangan pelatih hanya melihat Takao yang datang.
"Dimana Kenta?"
Takao meletakkan tangannya ke belakang kepala.
"Kenta mengatakan kalau akan segera menyusul."
Seketika wajah pelatih terlihat masam. Dua tangan Takao maju ke depan.
"Tetapi aku sudah melihatnya memakai pakaian olahraga. Sebentar lagi dia pasti sampai di sini."
Takao terlihat gugup saat menjelaskan. Pelatih Masahiko menghela nafas.
"Baiklah kalau begitu. Lebih baik kalian melakukan pemanasan terlebih dahulu."
Takao segera menghampiri temannya. Beruntung sekali pelatih Masahiko tidak marah.