webnovel

Makan Malam

Sinta tentu saja gembira dengan keadaannya sekarang. Impiannya selama ini untuk bisa bersama Ayah Dan Bundanya terwujud sudah. Kini dia juga bisa pergi kekampus bareng bersama saudara - saudaranya Arya Dan Lili meski mereka berbeda jurusan. Lili dijurusan fasion Dan Arya dijurusan bisnis. Sedang dirinya di jurusan kedokteran.

Sinta bersyukur dan juga sangat bahagia karena bisa selalu melihat Ayah Bundanya dalam jarak dekat, meskipun dirinya tak bisa menyentuh sang Bunda. Cukup melihat senyum Bundanya juga sudah cukup.

Sinta menyadari Ada yang tidak beres dengan kondisi sang Ayah, karena Ayah selalu pulang larut Dan terlihat sangat letih, begitu juga dengan sang kakak, Santi juga nampak seperti itu.Sinta sangat ingin membantu namun yang dia bisa Bantu hanya sekedar membuatkan minum untuk sang kakak atau sang Ayah.

Malam itu, ditengah makan malam hangat mereka sang Ayah memberitahu kalau besok akan Ada kawannya yang hendak bertamu. " besok akan Ada kawan papa juga keluarganya yang akan berkunjung Dan makan malam dirumah, jadi papa harap kalian semua bisa makan dirumah semuanya" kata sang Ayah memulai percakapannya. "rekan Kantor papa kah? kok Santi tidak tahu?" Tanya si sulung pada ayahnya. sang ayah mengeleng."bukan, beliau kawan kuliah papa dulu" ucap sang Ayah lagi sambil melanjutkan makannya. "tidak bisa pa, Lili sudah Ada janji untuk makan diluar bareng teman - teman" rengek Lili." kalau Santi, Arya, Mawar, kalian tidak Ada acara kan?" Tanya sang ayah lagi. " Mawar usahakan, waktu makan malam Mawar sudah selesai pa" kata Mawar. Dan diangguki Arya juga Santi.

Hati Sinta berkecamuk, apakah ayahnya tidak mengharapkan dia datang, kenapa ayahnya tidak menyebut namanya. Namun lamunanya terburai karena perkataan sang ayah. " Sinta,bisakah kalau ayah minta tolong,masakin ikan seperti yang kamu masak kemaren, juga sayur seperti yang waktu itu, Ayah yakin kawan Ayah pasti suka" kata sang Ayah. senyum Sinta mengembang, dianggukkannya kepalanya tanda ia bersedia.

"oh iya....Sinta bisa bikin sambal yang biasa nenek bikin?" Tanya sang Ayah lagi. Sinta kembali menganguk sebagai jawaban. " tapi tidak seenak buatan nenek yah" kata Sinta lirih. Ayahnya tersenyum sambil berkata " pasti buatan anak Ayah lebih enak". Perkataan sang Ayah membuat pipi Sinta merona. Sinta tidak menyangka, ayahnya akan memujinya, bahkan sebelum dia memasak.

"Tapi....jangan lupa, karena keasyikan masak kamu jadi lupa berkemas, pokoknya kalian semua harus tampil rapi, cantik - cantik juga ganteng" ucap sang Ayah lagi.

Keesokan harinya Sinta menjadi orang yang sangat sibuk, dimulai pergi kepasar, kekampus lalu memasak untuk makan malam yang entah berapa orang yang akan datang.

Asisten rumah tangga juga bekerja sesuai arahannya. "Non, Ini sudah dicuci" ucap salah satu asisten memberikan ikan yang baru dia cuci.

Sinta menerimanya Dan memberi perintah lainnya.

Tidak terasa setelah berjam - jam mereka membuat berbagai kegaduhan didapur, kini semua masakan pesanan ayahnya telah siap, bahkan sudah tertata rapi tinggal menunggu tamu datang.

"Bi, makanlah,,Cobain masakan Kita, ajak yang lain juga" ucap Sinta pada Bi Sari, Asisten tertua dirumah itu.

"wah....non...ini enak banget" kata salah satu asisten ketika mereka makan. " iya, non Sinta pandai memasak ternyata, Bibi aja kalah" kata Bi Sari menimpali. Sinta yang mendengar pujian tentang ketrampilanya memasak tersenyum antusias.

"kalau misalnya Sinta bikin lestoran laku ndak ya?" Tanya Sinta pada para asisten rumah tangga yang sedang makan bersama dengan dirinya juga. "laku non, pasti nanti Ningsih beli" ucap Ningsih asisten rumah tangga yang seumuran dengannya. "padahal Sinta ingin Ningsih ikut kerja dilestoran Sinta" ucap Sinta sambil memandang Ningsih. " Saya juga non"." Saya juga mau kerja ditempat non nanti" sambung asisten yang lain .Dan dijawab gelak tawa mereka.

Ayahnya yang sejak tadi melihat Sinta dan para Asisten ruham tangganya tersenyum. Gadis kecil yang dia tinggalkan bersama orang tuanya telah tumbuh dewasa dan sangat cantik, cantik wajahnya, juga cantik perangainya. Gadis kecil yang dulu menangis meraung saat dia tinggal pergi, gadis kecil yang malu saat melihatnya berkunjung, bahkan gadis yang takut saat dirinya akan mengajaknya jalan - jalan.

Sang Ayah mengusap air matanya memikirkan bagaimana jahatnya dia pada anaknya sendiri. Bagaimana perasaan gadis itu saat disekolah dan tak pernah orang tuanya mrnemaninya barang sekalipun. Kini lamunanya terhenti saat mendengar apa yang sedang dipikirkannya ditanyakan oleh bi Sari pada Sinta.

" non, dulu pas sekolah gimana kan tidak Ada than Dan nyonya juga?" Tanya Bi Sari pada Sinta."hehehehe...Bibi tahu, dulu Sinta tu, takut banget pertama Kali sekolah, tapi setelah itu sebenarnya Sinta sudah berani sendiri, karena sudah punya kawan. Tapi...nenek sama kakek takut Sinta diganggu kawan, juga takut Sinta jajan sembarangan, akhirnya tiap hari nenek selalu menemani Sinta sekolah, bahkan sampai Sinta kelas 2 SD Nenek masih nungguin Sinta dipintu kelas...heheh" kenang Sinta sambil tertawa."berarti tuan Dan nyonya besar sayang banget sama non Sinta " ucap Ningsih.

"bukan cuma nenek, kakek, paman juga Bibi juga sama aja, bahkan Bibi akan langsung merebut kalau aku jajan , tapi untung saja Sekar, anak Bibi yang seusiaku pintar. jajan nya disembunyikan, Dan akan kami makan kalau dikelas,,hehhe...jadi Bibi atau nenek tidak mengambilnya,,ah....aku jadi kangen Sekar" ucap Sinta. "memang non Sekar sekarang kuliah dimana non? disana kah?" Tanya Ningsih penasaran. " tidak, Sekar sangat pandai, dia sekarang kuliah di Inggris, beasiswa, trus Abangnya Sekar, Bang Deri, selalu ngasih kami jajan yang dia punya, ah....pokoknya,,biar tidak bersama Ayah Bunda, disana Sinta bahagia..Dan tidak terasa, kalau Sinta punya Ayah Bunda, soalnya kakek, nenek, paman - paman, juga Bibi - Bibi semuanya membuat Sinta selalu merasa Paling disayang" kenang Sinta lagi.

Sinta tak tahu dibalik dinding ada ayahnya yang sudah Tak mampu menahan airmatanya, juga Mawar yang bahkan sudah sesengukan.