Randy selesai dengan aksi mandinya, ia keluar dari kamar setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian hangat. Lalu Randy melangkah menuju meja makan, dimana disana ia bisa memperhatikan Luna yang sedang memasak dengan leluasa.
Sedangkan Luna sendiri asik dengan aksi memasaknya, sampai tidak menyadari jika ada yang memperhatikannya.
Selesai dengan masakannya, Luna menaruh masakannya pada piring. Lalu ia membawanya menuju meja makan, barulah ia sadar jika Randy sudah menunggunya sejak tadi disana.
"loh, kapan dateng? Kok gw gak sadar yah?" tanya Luna heran.
"dari tadi, lo lagi asik masak sih. Ya udah gw liatin aja dari sini, biar gak ganggu." jawab Randy apa adanya.
"oh gitu, tumben anteng." celetuk Luna.
"hehe, gak apa-apa. Lagi males gangguin, cuma mau liatin cewek cantik masak." goda Randy pada Luna.
"apaan seh, gak usah ngadi-ngadi." balas Luna dengan rona merah di pipinya.
Randy terkekeh melihat respon Luna, dan ia terus memperhatikan setiap pergerakan Luna. Luna menaruh makanannya di meja, dan menyiap kan dua gelas air putih untuk minum mereka berdua.
"udah ah jangan liatin gw terus, ntar naksir loh" ucap Luna percaya diri.
"emang udah naksir" gumam Randy yang masih bisa di dengar oleh Luna.
"udah ah ayo makan, nanti keburu dingin." ucap Luna lalu duduk di samping Randy dengan wajah merona.
Randy terkekeh lagi melihat tingkah Luna, namun ia tetap diam agar Luna tidak merasa malu lagi. Merekapun menikmati makan malam berdua seperti biasanya, namun ada yang berbeda dengan malam ini. Randy tiba-tiba menghentikan makannya, dan menatap Luna dalam.
Luna yang di perhatikan seperti itu merasa malu, ia ikut menghentikan makannya dan menatap Randy bertanya melalui tatapannya. Tiba-tiba saja Randy menggenggam tangan Luna, dan mengungkapkan perasaannya.
"Luna, ada yang mau gw bicarain sama lo." ucap Randy sambil meraih tangan Luna dan menggenggamnya erat, seakan takut kehilangan.
"bicarain apa?" tanya Luna bingung
"maaf, kalo selama ini gw jahil dan usil sama lo. Asal lo tau aja, semua itu gw lakuin agar gw bisa liat setiap ekspresi yang lo punya. Gw suka, gw ingin terus ngeliatnya. Walaupun terkadang gw keterlaluan, gw minta maaf untuk itu." ungkap Randy jujur dan apa adanya.
Luna terdiam, ia ingin menangis disaat seperti ini. Ia merasa sedih secara tiba-tiba, seakan kehidupan bersama Randy akan berakhir. Itu memang akan berakhir, apalagi bulan depan Luna akan menikah dengan Rudy. Jelas saja ia akan berpisah dengan Randy, tapi setidaknya ia masih bisa memperhatikan pria itu dari jauh.
"gw tau kok, lo ngelakuin itu untuk mencari perhatian gw. Gw sadar itu kok Ran, perasaan yang sama memang kita miliki. Tapi kita gak tau apa itu akan bertahan atau tidak." balas Luna dengan sendu.
"gw sayang sama lo Lun, lebih dari itu. Gw cinta sama Lo, sangat mencintai lo." ungkap Randy jujur.
"gw tau, dan gw juga ngerasain hal yang sama." balas Luna tulus.
Randy mendekati Luna, dan memeluk Luna amat erat. Seakan Luna adalah harta berharga yang harus ia jaga, dan tak boleh di lepaskan
"gw punya satu permintaan Lun, apa lo mau mengabulkan itu?" tanya Randy serius.
"kalau hal itu bisa buat lo bahagia, akan gw lakuin untuk lo." balas Luna jujur.
"ayo buat 1 bulan ini menjadi waktu terindah untuk kita, apa lo mau?" ajak Randy dengan senyumnya.
Luna menatap Randy dalam, lalu ia ikut tersenyum dan mengangguk setuju.
"ayo buat banyak cerita, dalam album kenangan yang hanya kita berdua yang bisa mengingatnya." balas Luna senang.
Randy tersenyum senang, lalu ia mengecup pucuk kepala Luna sayang. Menikmati waktu yang ada, dimana kebersamaan mereka yang terasa.
Jika waktu bisa mereka kuasai, maka waktu saat ini akan terus terulang setiap saatnya. Tapi semua itu hanyalah angan-angan saja, nyatanya hanya sebulan saja waktu yang mereka miliki untuk tetap bersama. Berbagi rasa dan cinta.
.
.
.
.
.
Dan kini, Randy dan Luna telah berada di bagian depan dari taman bermain. Mereka mengantri untuk mendapatkan tiket masuk, dan Randy terus menggenggam tangan Luna dengam erat.
Antrian mulai berganti, kini Randy maju dan membelikan 2 tiket untuk dirinya dan Luna, lalu mereka masuk dan bersiap menikmati hari bersama mereka.
Luna menatap taman bermain dengan mata berbinarnya, sepertinya ia sangat senang berada di tempat ini. Melihat salah satu wahana, Luna meminta untuk menaiki wahana bernama roller coaster dan hal itu membuat Randy cukup terkejut.
"lo yakin mau naik itu?" tanya Randy memastikan.
Luna mengangguk semangat, dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
"ya udah ayok!" ajak Randy pada Luna.
Mereka menaiki satu bagian di kereta roller coaster, dan saat kereta mulai berjalan di sanalah teriak-teriakan histeris mulai terdengar. Begiti juga dengan Luna, ia pikir wahana ini akan seru. Tapi ternyata ia malah merasa pusing dan mual, sedangkan Randy terus menatap Luna khawatir.
Setelah turun dari wahana Luna terduduk lemas di kursi taman, sambil memegangi perutnya yang terasa ingin di keluarkam secara paksa semua isinya.
"lo gak apa-apa?" tanya Randy khawatir.
"duh, gak nyangka gw malah gini jadinya." balas Luna lemah.
Randy tersenyum lalu mengecup kepala Luna sesaat, lalu ia pamit untuk membeli sesuatu buat menenangkan syok nya Luna.
"gw pergi bentar ya, lo disini aja." pamit Randy pada Luna.
"mau kemana?" tanya Luna entah kenapa terdengar manja di telinga Randy.
"beli sesuatu" balas Randy dengan senyumnya, lalu pergi menghilang dikerumunan.
Tidak lama kemudian Randy kembali dengan dua es krim dikedua tangannya, lalu ia memberikan salah satunya pada Luna.
"asik, kok tau sih gw suka es krim vanila?" tanya Luna heran.
"gak tau, ikut perasaan aja." jawab Randy seadanya.
"cie pake perasaan" goda Luna pada Randy.
"oh udah mulai berani goda-godaan ya, si jutex-ku" goda Randy balik pada Luna.
Luna tersenyum senang, lalu mereka tertawa bersama. Menikmati waktu berdua memang benar-benar membuat mereka bahagia, bahkan mereka melupakan masalah yang sedang di hadapi.
Selesai dengan es krim nya, Luna kembali bersemangat. Ia mengajak Randy ke dalam rumah hantu, lagi-lagi hal itu membuat Randy menaikkan salah satu alisnya.
"yakin mau kesini?" tanya Randy lagi memastikan.
Lagi-lagi Luna mengangguk semangat, ia benar-benar menatap Randy penuh harap. Randy tersenyum membalasnya, lalu mengacak rambut Luna sesaat.
"ayo masuk" ajak Randy.
"asiikk" gumam Luna senang.
Perlahan tapi pasti Randy dan Luna melangkah memasuki ruang gelap nan pengap, selangkah demi selangkah mereka lewati. Sampai di satu titik aura mencekam begitu terasa, dan itu membuat Luna mengganteng lengan Randy cukup erat.