"Please, stay with me ...."
[ANGELIC DEVIL: The Crown]
Bertamu mendadak tanpa perjanjian? Tidak sopan!
Itu adalah hal pertama yang Apo pikirkan saat mendengar si pelayan. Sebab Apo kesusahan mengabari sana-sini dulu. Meminta izin. Barulah digandeng Paing masuk ruang tamu Keluarga Romsaithong.
Memang sekilas kelihatannya pecundang. Apo tak masalah dianggap jelek, tapi jika seperti ini? Belum habis masa terkejut Sanee melihat puteranya pulang (kabur) ke rumah. Atau Yuzu yang datang menjemputnya ke kantor. Bahkan mereka belum sarapan bersama ... semua orang pun berkumpul demi menyambut usai membatalkan jadwal secara paksa--BRENGSEK!
Ada Songkit, Nathanee, Pin ... dan yang tidak Apo sangka adalah foto Pomchay membuka mata pun disodorkan untuknya. "Ini serius?" tanya Apo, meski Pomchay belum sanggup bangun karena ototnya lemas sekujur badan.
"Iya, baru saja. Semalam. Setelah Keluarga Bextiar bertamu ke tempat kami," kata Pin mewakili. Dia memaparkan kepada Apo maksud kedatangan mereka. Hati-hati. Toh hubungan keduanya memiliki jembatan. Pin juga handal bercerita sopan mengenai situasi mereka. Cukup sopan, walau isinya pengakuan salah dari Keluarga Romsaithong. Mereka tampaknya malu sekali. Terutama Songkit kepada Paing dan Apo.
"Kudengar Mile sudah bersedia menceraikanmu, Nak. Iya kan? Kalau begitu bisa tarik bukti narkobanya demi triplets? Kita barter saja agar hukuman puteraku tidak semakin berat," kata Songkit. ".... kami juga minta maaf dulu salah paham padamu."
Oke? Sekarang berani ya bilang begitu? Pikir Apo. Karena mereka sedang lemah-lemahnya, padahal sejak awal masalah ini bisa selesai tanpa perebutan.
".... kalau dariku terserah kau saja, Sayang. Ini bebas," kata Nathanee menengahi. "Bagaimana pun Mile tetap salah. Jadi, hukumanmu itu sah-sah saja."
"...."
".... hanya saja, Mile tidak mau melaporkan soal bonding, bukan?
Dia ingin kalian saling menjaga tanpa masalah. Apalagi triplets tidak di tangannya lagi," lanjut Nathanee sambil melirik ke perut Apo. ".... dia berharap triplets tetap punya Ayah. Jangan sampai mate-mu ditahan juga. Apalagi perkiraan keluarnya nanti sampai usia sekolah."
"...."
"Bisa kau pertimbangkan itu, Sayang?" tanya Nathanee dengan mata yang berkaca-kaca. "Dia bisa mengabaikanku, atau siapa pun. Tapi pasti lebih membenci diri sendiri, kalau sampai perusahaan hancur saat Pomchay bangun nanti."
Apo pun tertegun saat disodori dua surat perceraian. Milik Mile ternyata sudah ditanda tangani. Tinggal darinya. Bahkan dokumen itu didampingi puplen siap pakai. "Aku--"
"TUNGGU, TUAN NATTA! JANGAN BERGERAK!" bentak Yuzu yang sejak tadi terdiam. Dia berdiri dengan muka bara api. Menunjuk Songkit, atau siapa pun juga yang menyebalkan di tempat ini. "AKU MELARANGMU TANDA TANGAN SAMPAI KUIZINKAN. APALAGI KARENA TUA BANGKA INI!" bentaknya.
Songkit pun terkesiap karena Nona Takhon yang unik itu. "Apa--"
"BRENGSEK SIAL! KAU KAN YANG PERNAH MENGHINA KAKAKKU?!" teriak Yuzu, padahal tangan kanannya sudah terkepal agar emosinya tidak maksimal. "AKU DENGAR SEMUANYA, YA! SOAL KAU MEMBANTING MEJA ATAU MENGUSIRNYA! Hahhh ... hahh ... hahh ...."
Hebatnya, diantara Sanee dan Paing, tidak ada yang melarang Yuzu berperilaku se-bar-bar itu. "...."
"KAU PIKIR TIDAK SAKIT APA DISEBUT PELACUR?!" amuk Yuzu lagi. "PADAHAL TUAN NATTA ITU MENANTUMU! OMEGA YANG MELAHIRKAN CUCU-CUCUMU! TAPI SEKARANG ENAK SAJA BILANG ... 'ah, maaf ya, dulu itu kami memang salah--' CUIH! KOTOR! KAU ALPHA HARUSNYA PAHAM POSISI KAMI!" tegasnya tanpa meleset. "Sudah sinting ya ... dikira membuka kaki itu gampang apa? KAMI JUGA PUNYA HARGA DIRI! BUKAN CUMA ANAKMU YANG SUKA KELILING SEPERTI GIGOLO ITU, DASAR KAU KEPARAT GILA ...."
Aura Songkit pun refleks menajam. Sangat kuat, tapi Yuzu sepertinya tidak terpengaruh. Omega itu tetap teguh berdiri, bahkan Apo baru sadar aroma-nya sudah berubah.
DEG
"Hei, sejak kapan dia bonding dengan Wen?" batin Apo. Makin kagum karena kini ada 5 Keluarga Takhon yang sampai ke tahap itu.
".... pokoknya itu semua dariku," kata Yuzu. Kemudian duduk kembali pada sofanya. "Karena terserah lakukan apapun, tapi pasti kutandai semua orang yang macam-macam dengan kakakku ...."
Kebetulan duduk bersebelahan, Sanee pun mengelus bahu Apo Nattawin. "Sekarang bagaimana, Nak? Kami pasti akan mengikuti keputusanmu," katanya. "Tapi semoga itu yang terbaik untuk kita semua."
Apo justru menoleh ke Paing. Dia berharap Alpha itu mengatakan sesuatu, tapi hanya senyum tipislah yang dia dapat--Oh, shit!
"Iya, Oma," kata Apo. Barulah dia mengambil pulpen itu demi melepaskan. Namun, selama tangannya mencoret dokumen, bukan Mile atau dirinya sendiri yang Apo pikirkan. Melainkan perkataan Paing beberapa bulan lalu.
"Kalau pun one day kau tetap memilihku, Apo. Lakukan itu benar-benar atas maumu. Persis seperti hari ini."
Itu benar-benar memberinya kekuatan saat bergerak. Sangat tegas. Sehingga hasil tanda tangannya tergores secara presisi.
"Aku benar-benar tak menyangka bisa melakukannya," batin Apo. Lalu mendorong kertas itu di hadapan semua orang. "Sudah," katanya. "Aku setuju dengan yang tadi. Mencabut tuntutan, tapi jangan coba-coba saja ...."
"...."
".... jika masalah ini sampai diungkit ulang, awas saja ...." kata Apo sambil bersirobok dengan mata Songkit. "Aku takkan diam untuk melakukan sesuatu. Dan kalian pun harus minta maaf pada ibuku sepulangnya dari sini."
Orang-orang Romsaithong pun menahan napas. Tampaknya mereka capek menghadapi hinaan, apalagi sudah diawali Keluarga Bextiar (sebenarnya Apo ingin tahu sejauh mana Nazha menekan. Sampai-sampai hal ini bisa terjadi).
"Baik, tentu. Kau jangan khawatirkan soal itu, Apo. Kami pasti melakukannya secepat mungkin," kata Pin mengambil alih situasi. Agaknya posisi wanita itu takkan mudah digantikan, sebab Apo melihat dedikasinya sejak dulu hingga sekarang. Ah, Phi ... sebetulnya Romsaithong lah yang beruntung memilikimu ....
"Terima kasih, Phi," kata Apo. "Dan selamat juga atas kesembuhan Phi Pomchay. Karena aku sangat senang mendengar kabarnya, walau kalian mungkin takkan percaya."
Secara ajaib, pertemuan tegang itu pun berakhir pukul 9. Bahkan Apo juga dipeluk Pin sebelum pulang. Mereka pun saling membisikkan kabar penting masing-masing. Soal ingin berhubungan sampai kapan pun. Tak peduli seheboh apa persaingan mereka di masa depan.
"Tidak apa-apa kan, Apo? Aku benar-benar ingin kau datang saat resepsi ...." kata Pin sambil menepuki punggung Apo. Dia juga sempat terisak di sana, bahkan meremas kemeja sang mantan adik ipar. "Aku ini sebenarnya menyayangimu, tahu. Tapi, ya begini ... umn, so bisa jangan menghindar jika ketemu? Maksudku di lain waktu ...."
Apo pun segera mengangguk. "Oke, Phi. Tenang saja. Pasti akan kuusahakan," jawabnya. "Dan ... soal pernikahan kalian, semoga bahagia terus. Tetap langgeng. Jangan sampai terlepas seperti kami."
DEG
"Ugh, tentu," kata Pin sebelum melepaskan pelukan. "Kau juga sehat-sehat dengan baby-nya, ya. Termasuk yang sekarang ...." Dia membelai pipi Apo perlahan.
"Umn."
"Dan, kalau boleh aku tetap ingin main dengan mereka, mungkin dengan anakku juga di masa depan ...." jelas Pin. Suaranya jadi agak tercekat. Ingin menangis. Pasti karena triplets punya tempat khusus dalam dadanya (lebih-lebih Kaylee dan Edsel).
"Hm, iya. Aku akan sangat menantikan hari itu," kata Apo. Mereka refleks tertawa membayangkannya. Campur aduk. Barulah pisah di teras depan.
SRAAAAAAAAAKHHHH!!
BRAKKKKKKHHH!!
Apo pun memandangi mobil-mobil yang keluar gerbang tanpa berkedip. Dia lega, bahkan tidak pergi setelah semuanya hilang dari pandangan. "Ahh, ya Tuhan. Jadi sekarang aku benar-benar bebas ...." batinnya senang. Binar mata itu terlihat begitu cerah, tapi Paing sudah menggandeng tangannya demi menyadarkan.
"Hei, Apo. Ayo masuk."
DEG
"Eh? Iya, sorry ...."
"Apa kau tidak lapar? Oma dan Yuzu sudah menunggu di ruang makan," kata Paing. Alpha itu membuat jemari Apo merasa hangat. Apalagi saat muncul seringaian di sudut bibirnya.
"Iya! Iya! Tentu--sangat lapar!" kata Apo gembira. "Sekarang berikan aku banyak makanan! Ha ha ha ha!"
Brugh!
"Astaga, Apo--hati-hati--!"
"Ha ha ha ha ha ha ha!"
Apo justru memeluk semakin erat. Omega itu bahkan nyaris menumbangkan Paing. Untung tidak sampai menabrak barisan para penjaga.