"The line has gone ...."
[ANGELIC DEVIL: The Crown]
Mile pun balas menggenggam tangan sang istri. "Jadi kau akan meninggalkan aku juga?" tanyanya. Langsung membuat Apo terhenyak.
".... eh?"
"Setelah semuanya meninggalkanku, kau pun akan pergi dengan dia?" ulang Mile. Benar-benar membuat Apo bingung.
Tunggu, apa dia tidak paham dengan ucapanku? Pikir Apo. Sebab Mile mengecup punggung tangannya. Gemetaran. Bahkan terpejam karena hampir gila tidak bisa menghirup aromanya di sana. "Apo ...."
"Mile, lepas ...." pinta Apo.
"Apo bisa kau dengarkan aku? Sebentar saja."
"Hhh ... hhh ...." Mereka pun bertatapan lurus. Sama-sama sakit. Sementara Apo menahan pening yang mendadak menyerangnya. "Oke, apa?" tanyanya.
"Aku sudah memberi kalian pilihan kemarin. Apa dia belum cerita? Aku paham kalau kau tertidur dan tak tahu apa-apa," kata Mile. Dia menatap baik-baik mata Apo, tapi Omega itu sepenuhnya kebingungan.
"Iya, Phi memang belum cerita. Dia masih istirahat pasca operasi transplantasi," kata Apo, yang entah kenapa tidak tahan melihat Mile berkaca-kaca. "Tapi, Mile ... apapun obrolan kalian. Biar kuperjelas dulu yang tadi. Listen ... aku tidak akan benar-benar meninggalkanmu, paham? Tidak seperti yang kau pikirkan. Trust me. Setelah cerai, aku janji kita masih bisa berteman. Kau pun boleh datang untuk main sama triplets. Kau bisa bertamu atau mengobrol denganku. Dan aku aku akan mendukungmu rehab sampai sembuh."
"...."
Kini Mile tampaknya bisa mengerti, tapi dia juga terlihat terguncang.
Pasti ada yang tidak beres ....
"Mile, kau ini sebenarnya kenapa?" tanya Apo. Sebab aneh saja menurutnya. Genggaman Mile terasa semakin erat. Agak menyakiti, tapi Apo peka Alpha itu seperti orang yang baru terperosok ke jurang. Buku-buku jarinya memutih. Dia mungkin tak tertolong, jika Apo tidak memegangnya. Dan Mile ingin Apo menariknya kembali. "Mile, are you okay? Kau harus tenang karena aku--"
BRUGH!!
"AAAAAAARRRRRRGGGHHHHH!" teriak Mile tiba-tiba. Dia memeluk Apo erat sampai rasanya ingin meremukkan. Dan Apo pun tersentak kaget karenanya. "ARRRGGGGHHHH! APOOOOOO! ARRRRRGHHHHH!" katanya, sehingga Apo panik segera mendekapnya juga.
"Hei, hei ... Mile?! MILE?! TENANG! MILEEEEEE?!" kata Apo.
BRAKKKKHH!
Nampan makanan di pangkuan Mile pun terjatuh ke lantai. Langsung berserakan. Dan Apo hanya tertegun saat suster berbondong-bondong mengecek kamar tersebut.
"TUAN ROMSAITHONG! ADA APA?!
ANDA KENAPA?!" panik mereka segera mengecek tensi dan lain-lain. Sebab ini pertama kali Mile mengamuk, tapi Apo melarang mereka mendekat dengan isyarat tangan.
"AAAARRRRRRRGGGGHHHHHH!" teriak Mile lagi. "APOOOOOOOOO! TIDAK! APOOOOOOOO!"
Ssssaaaakkkh!
Brugh!
Apo pun menjambak Mile dan membenamkan wajahnya ke dada. Omega itu mendesis karena kepalanya berdenyut-denyut. Apalagi baru sekarang telinganya berdenging oleh raungan lelaki ini. "MILE, DIAM!" bentaknya tidak sabaran. "Jangan berteriak di rumah sakit, BRENGSEK! Aku sudah di sini, terus maumu apa?!"
Seperti sihir, Mile pun diam walau remasannya di punggung Apo menguat. Alpha itu kesulitan menginterpretasikan perasaannya. Sehingga Apo memandang sekitarnya dengan mata penuh kecemasan.
"Hei, dia di sini untuk perawatan luka kan?" tanya Apo. "Aku istrinya, jadi bilang saja detailnya."
Para suster pun segera mendekat perlahan. "Iya, luka. Beliau cedera di dada, lutut, bahu, dan lengan. Ada tulang dan sendi yang geser, jadi butuh pembenahan tingkat 1 selama beberapa hari ini."
Apo pun berpikir sejenak. Baru 6 hari sejak perkelahian, kan? Memang ada apa selama itu?
"Terus, sudah? Itu saja?"
"Iya, Tuan. Sejauh ini masalahnya di sana," kata suster lagi. "Tapi memang kelihatan syok saat baru datang. Sepertinya itu akibat perkelahian? Kami kurang tahu karena beliau datang sendiri."
DEG
Seketika Apo pun terdiam. Datang sendiri, heh? Pikirnya. Omega itu pun meminta mereka pergi. Lalu mengangguk saat ditawari bantuan kembali.
"Baik, Tuan," kata salah satu suster. "Tapi pencetlah tombol di sisi ranjang kalau ada apa-apa. Kami ada."
"Oke."
Cklek!
Apo pun membiarkan Mile beberapa saat di sana. Memegangnya, lalu berbisik pelan. "Mile?" panggilnya. "Hei, Mile?" ulangnya sekali lagi.
Alpha itu tetap saja diam. Napasnya mulai teratur perlahan-lahan, dan Apo berusaha menunggu Mile hingga menyahuti dia.
"Kau benar-benar akan melakukan itu?" tanya Mile.
Apo pun mengangguk pelan. "Ya, tentu," katanya. Lalu meremas rambut Mile Phakpum. "Kau sendiri kan yang bilang kalau kau Daddy-nya triplets?"
"...."
"How was that, hm? It's okay?" tanya Apo sekali lagi.
"Tidak akan jijik denganku sampai kapan pun?" tanya Mile, yang terdengar makin ketakutan. "Tidak akan menjauhiku meskipun kita bercerai?"
DEG
".... no, I mean--kenapa aku harus sampai seperti itu? Kau memang sudah cukup brengsek selama ini."
Sebenarnya situasi itu agak jenaka, tapi baik Mile dan Apo tak ada yang tertawa. Mereka saling diam beberapa saat. Membayangkan bagaimana jika hidup tanpa satu sama lain, hingga ada ketukan di depan pintu.
Tok! Tok! Tok!
Cklek!
DEG
"Maaf, permisi ... bisa bicara dengan Tuan Mile Phakpum Romsaithong?" tanya polisi yang mendadak muncul di ambang pintu. Dia ditemani dua orang di balik punggung. Satunya bawahan, sebelahnya lagi lelaki berjaskan hitam. Lalu sebuah lencana resmi teracung ke udara. ".... saya Jeje Kuncalach dari Satreskrim Distrik Khong Kloe, Wattana, Bangkok. Diperintahkan dalam tugas penahanan tersangka atas laporan saudari Guli Nazha Bextiar."
DEG
"Apa?!" kaget Apo. Dia pun menatap sang suami pias, tapi segera mengendalikan ekspresi sebaik mungkin. ".... hei, kenapa?" tanyanya saat melepaskan pelukan. Namun, Apo justru disodori pertanyaan lain.
"Apakah Anda saudara Apo Nattawin Wattanagitiphat?" tanya Jeje. ".... istri pertama Tuan Romsaithong."
"Iya, tapi ... Mile?" Apo pun menatap sang suami kebingungan. Sebab dia belum naik gugat sejauh itu, tapi barusan--
"Kalau begitu tolong kerjasamanya dan ikut kami," kata Jeje. Dia tetap tenang saat menjalankan tugas. Sebab itu memang makanan sehari-hari mereka. ".... Jaksa Agung Na Naphat Vikairungroj dan Pengacara Pong ingin mengajukan pertanyaan kepada Anda."
Saat itu, entah kenapa tubuh Apo serasa melayang. Suara-suara di sekitarnya perlahan hilang. Dan dia diam saat polisi masuk untuk memborgol Mile Phakpum.
KACRAK!
DEG
"Turun! Berdiri!" bentak polisi itu kepada Mile. "Jangan memberontak atau kami tembak sekarang juga!" ancamnya sambil mengunci tangan-tangan itu di belakang tubuh.
"Mile ...."
Mile sendiri ternyata patuh. Alpha itu melepaskan diri dari Apo perlahan. Hanya menatap sang Omega dengan kedua mata kosongnya. Tak peduli dengan obrolan sekitar, meski orang-orang itu membicarakan dirinya.
"Sudah kau pastikan pasien ini dinyatakan sembuh?"
"Tentu, Pak! Hari ini memang waktu Tuan Romsaithong pulang!"
"Bagus, lanjutkan!"
"BAIK!"
KACRAK! KACRAK! KACRAK!
Bahkan saat Mile diseret oleh mereka keluar. Mata Alpha itu tidak melepaskan Apo sedetik pun. Sangat gelap. Sangat dalam. Pusaranya sempat membuat Apo sesak napas. Apalagi melihat ceceran menu sarapan di atas lantai.
Ah, Mile ... apa sebenarnya yang telah kau lakukan? Pikir Apo, walau keingintahuannya diiringi dengan batin yang bekecamuk. "Aku benar-benar tidak mengerti ...."