Bangkok, Thailand
____________________
Tulisan "GALA PREMIERE XXX - THE GOLDEN EMPRESS 2015" pun tertera di baliho gedung bioskop milik Luhiang. Suasana ramai karena banyak aktor dan aktris datang, tapi Apo tidak mau sembelit seperti dulu. Dia pun menggandeng lengan Paing di karpet merah untuk kedua kali. Tersenyum. Toh Mile dan Nazha mungkin juga melakukannya di Turki sana.
Dari belakang, Luhiang sendiri baru turun dengan paras anggun, tapi dia langsung lepas topeng begitu melihat stroller triplets di depan sana.
"Halooooo, Sayang! Ya ampun mereka menggemaskan sekali!" sapa Luhiang sambil memburu triplets dengan hebohnya. Dia bahkan meninggalkan Archen Aydin di belakang sana. Tak peduli lagi sedang dipotreti kamera media. "Uwu! Aku baru lihat yang dua ini. Namanya siapa kemarin? Kay dan Ed kan ya? Sial, rasanya aku makin tidak sabar untuk menjadi Ayah. Ha ha ha ...."
Mata Archen pun berkilat saat ikutan menatap triplets. Omega itu juga tampak sangat antusias, tapi karakternya tenang jadi hanya berdiri membatin.
Oh? Kelihatannya perut Archen juga semakin besar, pikir Apo saat melirik long coat lelaki itu. Pasti pernikahan Nona Luhiang akan dipercepat setelah ini. Tapi kenapa belum ada kabarnya sama sekali ....
"Luhiang, mereka takut kalau mukamu seperti itu," kata Paing memperingati. Sang Alpha membuat rekannya tertawa lepas, bahkan dikedipi juga karena mengganggu kesenangannya.
"Sssssh, Tuan Takon. Anda ini sebaiknya diam dulu," kata Luhiang sok-sokan sopan. "Aku dalam masa ingin baby-baby lucu, tahu. Anda sih belum pernah merasakan di posisiku. Ha ha ha ha ha ha. Jadi mana mungkin bisa tahu." Dia menoleh kepada sang kekasih yang terus diam. "Oh, iya ... Archen Sayang. Nanti kalau mengantuk bilang saja padaku. Kita pulang awal karena durasi film-nya sampai 3 jam."
DEG
"Wah ... lama juga ternyata," komentar Apo tanpa disadarinya. Bagaimana pun gala dimulai pukul 9, jadi berakhirnya pukul 12? Gila. Dia sendiri pun kurang suka kalau membawa triplets selarut itu.
"Iya lah. Soalnya kan histori kolosal," kata Luhiang dengan senyuman menawan. Alpha itu melirik Paing sekilas, lalu merangkul bahu Omega-nya. "Jadi bagus kalau detail dan ribut. Terutama scene perang yang "Sayangku" sukai."
Diperlakukan seistimewa itu, Archen pun senyum kepada Apo yang terpana. "Sebaiknya Anda juga pulang awal, Tuan Natta. Para baby pasti kurang bagus kalau tidurnya terlalu larut."
Apo pun mengangguk pelan. "Iya, kelihatannya memang begitu," katanya. "Atau tinggal mereka saja, mungkin? Kalau rewel ya aku akan keluar cepat."
"Ha ha ha ha ... ya ampun. Kapan ya aku direcoki seperti itu?" tawa Luhiang karena kepalang gemas. "Pastinya seru sekali."
Sial! Kenapa Luhiang sekarang lebih ekspresif? Pikir Apo. Perasaan pas resepsi Yuzu tidak begitu? Apa karena acara ini seperti miliknya sendiri?
"Hmp, Luhiang. Sebaiknya kita masuk sekarang," kata Paing mengingatkan. "Tapi mungkin kau dan aku harus bicara sebentar. Biar Apo sama Archen masuk duluan ...."
DEG
"Eh?"
Paing pun menoleh kepada sang Omega. "Tidak masalah kan, Apo? Ini soal produksi film dan lain-lain," katanya. "Nanti kami pasti menyusul ke dalam. Yang penting duduk saja dan senyum ke orang sekitar."
Apo pun mengangguk patuh. "Oh, iya, Phi."
"Good."
"Tolong jaga "Sayangku" juga ya, Tuan Natta. Dah ...." kata Luhiang sebelum pergi. Langkahnya disusul Paing menuju ke belokan lorong, dan entah kenapa kombinasi mereka selalu terlihat megah. Mungkin karena sama-sama Alpha? Apo sampai mengakui omongan Miri soal "kolega solid" di resto. Ya, walaupun Keluarga Takhon perlu puluhan tahun mewujudkannya.
"Ayo, Tuan Natta. Kita masuk," kata Archen, lalu memimpin jalan menuju ke bagian tamu khusus.
"Oke."
Mereka berdua pun dikawal beberapa bodyguard yang sudah menunggu. Sesekali Archen membantu Apo mengemong bayi-bayinya. Sembari menunggu kursi gedung dipenuhi tamu undangan.
"Woah, yang satu ini cantik sekali," puji Archen kepada Kaylee. Dia bercanda dengan si baby dalam gendongan. Dan itu luar biasa bagi Apo. Mungkin karena Archen masih sangat muda, baru kuliah S1, atau justru belum karena sibuk dengan karir idol.
"Iya, panggil saja Kay kalau ingin dia lebih responsif," kata Apo.
"Terima kasih sudah diberi tahu," kata Archen dengan senyuman. Omega itu memang terbuka kalau bicara privat, tapi kesopanan tetap bertahan setiap saat. Pantas saja Nona Luhiang menyukainya. Dia pantas jadi istri seorang pebisnis sukses.
"Oh, iya ... Archen, boleh aku tahu hubungan kalian sudah sejak kapan?" tanya Apo. "Soalnya Nona Luhiang kan tipe pekerja keras. Kupikir dia tidak memikirkan percintaan sejauh ini."
Archen pun menoleh kepada Apo sambil terkekeh. "Oh, itu ...." desahnya. "Kami baru kok. Mungkin belum ada lima bulan."
DEG
"Eh? Serius?"
"Iya, dan dia bertemu denganku setelah konser," kata Archen. "Ya, ada lah. Waktu itu dia merupakan rekan si penyelenggara. Terus tiba-tiba ingin bertemu denganku."
"Oh ...."
Simpel sekali kedengarannya, pikir Apo.
"Asistenku yang bilang pas istirahat," jelas Archen. "Dan karena aku sungkan sekali, ya sudah. Datang saja lah. Tapi aku tak menyangka kalau dia bilang suka padaku."
DEG
BRENGSEK! Luhiang benar-benar tipe yang cepat tanggap! Apo pun iri karena Archen beruntung. Apalagi Luhiang tipe yang tidak main-main sekali mendapat target.
"Mm ... begitu ...." kata Apo sembari mengangguk-angguk. Omega itu melirik Paing yang berseliweran dengan Luhiang di lantai dua. Tapi kali ini menemui beberapa orang penting juga. Mereka tampak serius sekali saat diskusi. Sampai-sampai rekan dokter yang di kafe hanya sempat disenyumi kekasihnya.
"Anda sendiri bagaimana Tuan Natta?" tanya Archen Aydin membalas. "Soalnya setahuku Tuan Takhon sempat digosipkan dengan Bie Hsu. Tapi aku kaget juga waktu resepsi kemarin Anda yang datang."
DEG
"Eh?"
Archen pun mengayunkan tangannya. "Tenang saja, tenang saja. Aku takkan mengatakan obrolan ini ke orang lain," katanya. "Hanya saja penasaran dengan kalian. Soalnya Tuan Takhon kan lama tidak punya gosip hubungan. He he he ... itu pun kata Alpha-ku."
Lidah Apo pun terasa kelu. Dia juga ingin menyebut Paing dengan kata "Alpha-ku", tapi rasanya itu sekarang tak benar. "Mn, kami baru juga kok. Mungkin belum ada 3 bulan," katanya. "Tapi kalau kenal memang sudah sejak dulu. Soalnya Phi seniorku waktu kuliah ...."
Archen pun langsung terlihat takjub. "Wah ... iyakah?" tanyanya.
"Umn. Tapi waktu itu dia punya Omega sendiri," kata Apo. "Namanya Fay. Dan kupikir, ya ... kami tak akan sejauh ini. Soalnya Phi sayang sekali sama pacarnya."
"...."
"Ah, tapi Fay sudah meninggal lama kok. J-Jadi aku tidak merebutnya atau sesuatu," kata Apo mendadak panik sendiri. Dia sampai mengelus leher salah tingkah, padahal Archen hanya diam memperhatikan. "Lagipula Phi baru pulang ke tanah air. Dia kelamaan kuliah di London, jadi kami sempat lost contact bertahun-tahun."
Archen pun memandang baby di gendongannya sendu. ".... aku mendadak jadi takut menikah," katanya. Mungkin sedang membayangkan pisah dengan Luhiang. "Apakah bisa melaluinya semudah itu? Kami berdua bahkan hampir punya anak."
DEG
Jujur saja Apo takut ditanyai soal status Mile. Tapi Archen sepertinya fokus pada hal yang lain. Bagaimana pun umur Archen jauh di bawahnya. Jadi, Luhiang tempat satu-satunya dia bergantung setelah melepas entertainment. "Rasanya aku paham apa yang Archen cemaskan," batinnya. "Toh semua sudah kualami setahun lalu."
Namun, mereka berdua benar-benar beda jauh. Sebab Apo cukup umur dan profesinya mapan saat menikah, walaupun momennya memang terburu-buru (itu pun praktiknya masih gagal juga). Beda jauh dengan Archen yang lemah dari segi apapun, kecuali profesinya sebagai idol yang kini bersinar.
Deg ... deg ... deg ... deg ... deg ....
"Umn, sebelum itu ... menurutmu Nona orangnya yang bagaimana?" tanya Apo hati-hati. "Maksudku, dulu aku juga yakin dengan suamiku. Tapi karakter dan pembawaan ternyata penting sekali."
DEG
"Maksud Anda?" tanya Archen dengan kernyitan kening.
"Ya, ini soal bagaimana pasangan menyelesaikan masalah," kata Apo sambil mengendikkan bahu. "Kegagalan tidak buruk setelah menjadi semakin kuat. Jadi apa yang kau cemaskan sekarang, suatu saat pasti bisa kau relakan."
Archen tampak bingung dengan perkataan Apo. Ya, pasti karena dia belum pernah kepikiran sampai sana. ".... tunggu," katanya. "Tapi apa Anda tidak kepikiran ayah mereka?"
...
....
Meskipun tempat duduk keduanya terpisah dari tamu, Apo tetap memelankan suara karena obrolan cukup sensitif. "Ya, kepikiran tapi ini bukan soal suka," katanya sambil tersenyum. "Bagaimana pun kami pernah sama-sama. Jadi kenangan pastinya ada."
Archen tampak menyimak baik-baik. "...."
"Kadang teringat, kadang terbawa, kadang juga membayangkan seandainya kami tak pernah bertengkar ...." kata Apo. "Bahkan juga ingin menghubungi kalau triplets ada perubahan."
"...."
"Tapi, ya ... semakin ke sini aku tidak menyesal sama sekali," kata Apo. "Menjadi waras dan lebih baik bersama orang yang tepat--pastinya harga pantas setelah aku melalui banyak hal."
Omega Luhiang tampak takjub dengan kalimat yang keluar dari mulut Apo. Atau bagaimana caranya bicara penuh percaya diri. Dia kuat dan tampak begitu tangguh, padahal saat bercerita kadang agak inferior.
"Aku jadi penasaran ...." batin Archen. "Dia ramah, mudah gugup, dan lembut hati. Tapi mustahil begini saat bekerja di perusahaan."
"Apo ...." panggil Paing tiba-tiba. Dari belakang Alpha itu berjalan bersama Luhiang. Lalu mereka mengambil tempat duduk di sebelah Omega masing-masing. "Apa Phi sedikit lama? Maaf tadi ada beberapa kendala."
Apo pun menoleh dengan senyuman ke Alpha itu. "Tidak kok. Lagipula film-nya belum dimulai," katanya. "Memang tadi kenapa? Aku jadi kepikiran Oma dan Opa."
Sambil melonggarkan syal dari lehernya, Paing pun membalas senyum sang Omega. "Nanti mereka pasti datang meskipun telat sedikit," katanya. "Toh film ini rekomendasi Ma sendiri. Jadi mustahil dilewatkan begitu saja."
"Oke."
"Hmp, sekarang coba lihat ke depan. Sepertinya akan ada sambutan singkat dari si pemeran utama."
Hal yang Archen Aydin lihat dengan mata penuh pemikiran. Betapa dia tidak perlu mundur untuk melangkah, tapi cukup melindungi diri sendiri seperti Apo setiap waktu.